BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dampak negatif perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami menjadi pola makan yang monoton dan serba instan, sehingga kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan berlemak tinggi secara berlebihan semakin meningkat. Ditambah lagi dengan tingkat stres yang tinggi dan gaya hidup yang salah, seperti kebiasaan merokok, akan mengakibatkan timbulnya gangguan metabolisme lemak sehingga terjadi tingginya kadar kolesterol dalam darah. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah merupakan penyebab utama terjadinya aterosklerosis. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu gejala dari aterosklerosis, penyakit ini merupakan penyakit yang paling sering menjadi penyebab kematian di negara-negara berkembang (Marinneti, 1990). Data dari World Health Statistic 2009 yang dilansir Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) menyebutkan, penyakit jantung koroner dengan (PJK) dan stroke masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Penemuan ini juga selaras dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2007. Data Depkes 2005 menyatakan bahwa penyakit jantung koroner menepati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak di seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang. Angka kematian pada kelompok usia 45 54 tahun di daerah perkotaan akibat penyakit jantung iskemik 8,7 % ( Riset Kesehatan Dasar 2007) Upaya pengendalian serta pencegahan timbulnya aterosklerosis dapat dilakukan dengan diet, olahraga, maupun dengan obat-obatan hipolipidemia. Pemakaian obat sintetis sering menimbulkan efek samping dan adanya kontra indikasi terhadap penyakit tertentu. Disamping itu, Harga obat-obatan hipolipidemia yang mahal menyebabkan tidak semua orang dapat menjangkaunya Pencarian obat hipolipidemia terutama berasal dari alam sangat giat dilakukan. Obat-obatan dari alam ini selain murah dan mudah didapat, juga memiliki efek 1
2 samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan obat-obatan sintetis. Tumbuhan merupakan sumber senyawa kimia, baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui jenisnya, dimana banyak diantaranya berpotensi sebagai bahan dasar obat-obatan. Senyawa metabolit sekunder seperti steroid, alkaloid, fenol, flavonoid dan triterpenoid yang ada pada tumbuhan diduga memiliki aktivitas anti kolesterol, antikanker, antimikroba, dan menghambat oksidasi lipoprotein dalam darah. Penelitian yang dilakukan oleh Anggadireja (1993) menyatakan bahwa rumput laut yang telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan ada 61 jenis dan 21 jenis diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa Euchema cottonii mengandung komponen agar, alginat dan karagenan mempunyai pengaruh kuat dalam menurunkan kadar kolesterol plasma dan mampu menahan laju absorbsi glukosa darah. Di samping itu Eucheuma cottonii mengandung protein, fosfor, kalsium, sodium, potasium, iodin, zat besi, vitamin A, vitamin B-1, vitamin B-2, vitamin B-6, vitamin B-12, dan vitamin C (Pantjawidjaja, 2007). Rumput laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dijadikan sebagai bahan ekspor yaitu Eucheuma, Gracilaria, Gelidium, Sargassum dan Hypnea (LIPI, 2000). Salah satu bentuk hasil olahan rumput laut yang paling potensial dan bernilai ekonomis tinggi yaitu polisakarida alga, dan salah satunya karagenan (Satari, 1996). Ren et al. (1994) telah mempelajari efek hipokolesterolemik dimana komponen agar dapat menurunkan kolesterol darah hingga 26% dan 39%, serta alginat mempunyai potensi tinggi dalam menurunkan kolesterol darah melalui penghambatan absorpsi di usus. Hasil penelitian Potter et al. (1993) meyimpulkan bahwa penambahan beberapa jenis serat pada diet manusia dapat menurunkan kadar LDL, dimana 65% komponen LDL adalah kolesterol yang sangat berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner. Karagenan merupakan salah laut hasil ekstrak rumput laut yang cukup penting. Dalam skala industri, peranan karagenan tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan agar-agar,maupun algin, terutama pada industri farmasi. Berdasarkan sifat-sifatnya, karagenan dapt dijadikan sebagai pengemulsi,
3 penstabil, pengental dan bahan pembentuk gel (Food Chemical Codex, 1981 dalam Febrianata, 2005). Karagenan dalam industri makanan dan minuman biasa digunakan sebagai dietic food. Penggunaan lain dari karagenan adalah sebagai penstabil lemak dalam makanan ternak (Anggadiredja et al. 1993). Penggunaan karagenan sebagai penstabil kolesterol dan lemak dalam tubuh masih belum banyak dilakukan, karena kurangnya infomasi bahan kimia sebagai uji reaksi terhadap parameternya. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa penelitian tentang pengaruh pemberian hasil olahan rumput laut Eucheuma cottonii yaitu karagenan sebagai bahan penurun kolesterol dalam darah belum banyak dilakukan. Kondisi perairan yang selalu berubah akibat pencemaran dari tahun ke tahun dan kurangnya bahan obatobatan hipolipidemia dari sumberdaya perairan sehingga merupakan pendorong dilakukannya penelitian ini. Rumput laut yang digunakan adalah spesies Euchema cotonii yang merupakan jenis rumput laut komersial di Indonesia. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana efektivitas Euchema cotonii sebagai antikolesterol terhadap hewan uji? 2. Berapa jumlah dosis efektif karagenan pada Euchema cotonii sebagai penurun kolesterol dalam darah? 1.3 Tujuan 1. Menguji efektifitas Euchema cotonii sebagai penurun kolesterol dalam darah; 2. Mengetahui jumlah dosis efektif karagenan pada Euchema cotonii sebagai penurun kolesterol dalam darah.
4 1.4 Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan Eucheuma cottonii sebagai bahan hayati laut yang memiliki potensi sebagai antikolesterol, sehingga dapat menghambat hiperkolesterolemia yang sekarang banyak diderita penduduk Indonesia sebagai agen pemicu aterosklerosis. 1.5 Kerangka Pemikiran Ekstrak murni Eucheuma cotonii dapat digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol dalam tubuh karena mengandung iodium, flavonoid, dan senyawa aktif fenol yang berperan didalamnya (Widiastuti, 2001). Senyawa aktif fenol yakni tanin berperan dalam mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan, sedangkan flavonoid menghambat aktivitas enzim lipase pankreas (Hayati, 2008). Orang yang mempunyai kelebihan berat badan cenderung mampunyai kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dalam darah, salah satu cara menurunkannya yaitu dengan mengurangi penimbunan lemak dalam tubuh yang secara tidak langsung dapat menurunkan keadaan hiperlipoproteinemia. Studi tentang kemampuan agar, alginate maupun karagenan dalam menurunkan kolesterol darah mulai banyak dilakukan oleh para peneliti di bidang pangan dan medis. Penelitian pada tikus percobaan yang dilakukan oleh Alan et al. (1976) menunjukkan bahwa penambahan agar sebanyak 7% dalam ransum menurunkan kadar kolesterol dalam serum. Pada tikus yang berperan sebagai kontrol (tanpa penambahan serat) kadar kolesterol serumnya sejumlah 78 mg/100 ml, sedangkan yang diberi agar sebanyak 7% adalah 72 mg/100ml. Demikian juga yang dilaporakan Kelley dan Tsai (1978) pada tikus percobaan yang ditambahkan agar 5% dalam ransum, kandungan kolesterol dalam serumnya menurun. Serum tikus yang berperan sebagai kontrol mengandung kolesterol 110 mg/dl, sedangkan yang diberi perlakuan agar 5% kolesterol serumnya 108 mg/dl. Anz (2003) menyebutkan penambahan karagenan 5% dan 10% dalam pemberian ransum pada tikus percobaan
5 (Spague dawley) memiliki kadar total kolesterol serum lebih rendah masing-masing sebesar 46,43% dan 53,08% dari grup kontrol positif. Kadar LDL ( Low Density Lipoproteins) terendah sampai teringgi berturut-turut diperoleh pada grup perlakuan 10% sebesar 33 mg/dl, grup perlakuan 5% sebesar 47 mg/dl, grup control negatif sebesar 52,7 mg/dl, dan grup kontrol positif sebesar 116,3 mg/dl. Ren et al. (1994) juga telah mempelajari efek hipokolesterolemik, dimana agar dapat menurunkan kolesterol darah hingga 26% dan 39%, sedangkan alginate juga mempunyai potensi tinggi dalam menurunkan kolesterol darah melalui penghambatan absorpsi di usus. Sementara itu Widiastuti (2001) mendapatkan hasil bahwa serat rumput laut mampu menurunkan profil kolesterol darah. Urutan dari yang terbaik adalah alginat, karagenan, agar, dan selulosa. Berdasarkan data dan informasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa keadaan hiperlipoproteinemia dapat diatasi dengan adanya polisakarida yaitu alginat, karagenan, agar dan selulosa yang dihasilkan oleh Euchema cotonii.