BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merujuk pada kebijakan umum pembangunan kesehatan nasional, upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting dalam program nasional bagi anak Indonesia (PNBAI), yang antara lain dijabarkan dalam Visi Anak Indonesia 2015 untuk menuju anak Indonesia yang sehat. Strategi nasional bagi upaya penurunan kematian bayi dan balita adalah pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sektor dan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak yang komprehensif dan berkualitas (Depkes RI, 2007). Penyebaran penyakit menular khususnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat. Kebiasaan pola hidup sehat akan meningkatkan derajat kesehatan baik bagi individu maupun terhadap lingkungan, namun kesadaran untuk membiasakan perilaku hidup sehat masih perlu ditingkatkan, karena masih terdapat warga yang belum secara sadar tergerak untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) (Juwandono, 2008). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa, karena terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease (Rasmaliah, 2004). Penyakit ISPA menyebabkan 4,25 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. ISPA juga merupakan penyebab utama penyakit pada anak-anak dan pembunuh utama. 20-40% dari semua rawat inap antara anak-anak adalah karena infeksi saluran pernapasan akut. Pneumonia menyebabkan hampir 1,6 1
2 juta kematian per tahun pada anak balita dan menjadi pembunuh global terbesar dalam kelompok umur balita (WHO, 2012). Hasil Riset Dasar Kesehatan Nasional (Risdaskesnas) tahun 2007, diketahui setiap tahunnya 40-60% dari kunjungan di Puskesmas merupakan penderita penyakit ISPA. Proporsi kematian balita yang disebabkan oleh ISPA mencapai 20-30% (Depkes RI, 2008). Angka kejadian ISPA di Jawa Tengah pada tahun 2007 mencapai 18,45% (Profil Kesehatan Indonesia, 2007). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ISPA merupakan penyakit menular yang diderita oleh balita dan menjadi penyebab kematian balita. Pneumonia merupakan salah satu penyakit ISPA yang menjadi penyebab kematian terutama balita. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak meyerang anak balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia (UNICEF, 2012). Masa balita merupakan masa yang rentan terhadap penyakit. Penyakit infeksi akut yang berat dan infeksi kronis dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyakit paling sering menyerang balita adalah infeksi saluran nafas, diare, infeksi telinga yang biasanya diikuti dengan keluarnya cairan dari telinga, campak, cacar air (windpocken), gondong (parotitis), tuberkulosis (Yuniasih, 2008). Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat ISPA adalah umur di bawah dua bulan, rendahnya tingkat sosio ekonomi, kurang gizi, rendahnya berat badan saat lahir, rendahnya tingkat pendidikan ibu, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai dan menderita penyakit kronis (Silalahi, 2004). Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu menjaga keadaan gizi agar tetap baik, imunisasi, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, mencegah berhubungan dengan penderita ISPA (Silalahi, 2004). Kondisi
3 ekonomi keluarga yang kurang menyebabkan keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga terutama balita sehingga memudahkan terkena infeksi. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal seperti pengajaran, agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan. Hal ini menyebabkan kebutuhan dasar terutama gizi dan kesehatan pada balita terganggu, sedangkan balita merupakan masa rawan gizi dan penyakit menular. Hal ini sesuai dengan penelitian Retha Anggrita Sari (2008) diketahui bahwa ada perbedaan kejadian ISPA non pneumoni pada balita di keluarga yang pra sejahtera dengan balita dikeluarga sejahtera, sehingga ada hubungan antara kejadian ISPA non pneumoni dengan sosio ekonomi keluarga. Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Suprajitno, 2004). Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjagi tugas keluarga di bidang kesehatan (Friedman 1998 dalam Suprajitno, 2004). Jumlah kasus ISPA pada balita di Kabupaten Batang tahun 2010 sebanyak 71.253 kasus dan tahun 2011 sebanyak 72.144 kasus. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita ISPA pada balita. Berdasarkan data penyakit ISPA pada balita di wilayah Puskesmas Kandeman diketahui pada tahun 2010 sebanyak 4146 balita, tahun 2012 sebanyak 2.915 balita dan tahun 2012 sebanyak 3761 balita (SP3 Puskesmas Kandeman, 2013)
4 Peningkatan kejadian ISPA pada balita terjadi dalam kurun waktu dua tahun, sedangkan Puskesms Kandeman telah berupaya mencegah peningkatkatan kejadian ISPA dengan berbagai cara seperti pengobatan dan pendidikan kesehatan pada keluarga. Peningkatan kejadian ISPA pada balita salah satunya disebabkan faktor ekonomi seperti pada keluarga pra sejahtera. Jumlah keluarga pra sejahtera di Kecamatan Kandeman sebanyak 855 keluarga. Dari studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 keluarga pra sejahtera yang mempunyai balita menderita ISPA diketahui bahwa terdapat 7 keluarga (70%) yang mempunyai peran kurang baik dalam pencegahan ISPA pada balita seperti tidak memberikan ASI Eksklusif, imunisasi lengkap dan makanan yang bergizi. Berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Peran Keluarga Prasejahtera dengan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Desa Depok Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah hubungan peran keluarga prasejahtera dengan upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Desa Depok Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran keluarga prasejahtera dengan upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Desa Depok Kecamatan Kandeman.
5 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan peran keluarga prasejahtera dalam mencegah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Desa Depok Kecamatan Kandeman b. Mendeskripsikan upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Desa Depok Kecamatan Kandeman c. Menganalisis hubungan peran keluarga prasejahtera dengan upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Desa Depok Kecamatan Kandeman D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan terutama dalam bidang keperawatan ISPA pada balita. 2. Bagi Peneliti Peneliti dapat menerapkan ilmu metodologi penelitian dan biostatistik dalam penelitian. 3. Bagi Puskesmas Sebagai masukan bagi Puskesmas terutama yang menangani program P2M di Puskesmas Kandeman untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan Masyarakat dalam upaya pencegahan terjadinya ISPA pada Balita di Wilayah Puskesmas Kandeman. E. Bidang Ilmu Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup keperawatan komunitas
6 F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul & Peneliti Jenis Penelitian Pengambilan Sampel Analisa Data Hasil Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Medan Eva Maret Habeahan (2010) Desain deskriptif korelasi Total sampling. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 107 orang Chi squre Hasil uji Chi square diperoleh taraf signifikan 0,03 (p< 0,05) dengan nilai OR= 3,050 Gambaran Sanitasi Rumah pada Keluarga yang Memiliki Balita sebagai Upaya Pencegahan ISPA di Desa Cisempur Wilayah Kerja Puskesmas Jatinangor Oleh Gumilar (2012) Penelitian deskriptif teknik sampling insidental sebanyak 85 orang. Analisis menggunakan skor rata-rata (mean) responden. Hasil penelitian menunjukkan dari 85 responden, sebagian besar responden (51,8%) memiliki sanitasi rumah baik dan hampir sebagian (48,2%) memiliki sanitasi rumah kurang baik Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel penelitian terdiri dari : peran keluarga dalam mencegah ISPA (variabel bebas) dan upaya pencegahan ISPA (variabel terikat). Sampel penelitian orang tua balita dari keluarga pra sejahtera.