BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observational analitik dengan rancangan penelitian

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN I.1

I. PENDAHULUAN. seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat hidup pada setiap

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian Karakteristik sampel

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD Dr.H.Moch.ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder berupa rekam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER PADA IBU BERSALIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL-DIY TAHUN 2012

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB III METODE PENELITIAN. observasional cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013.

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2013

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

HUBUNGAN USIA DAN ANEMIA TERHADAP KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD UNGARAN PADA BULAN MEI 2014 MEI 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Limba B Kota Selatan Tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 214 per

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

KUESIONER PENDATAAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah descriptive correlative research, atau

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

HUBUNGAN SEKSIO SESAREA DAN PARITAS DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD AHMAD YANI KOTA METRO

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN ANEMIA SAAT HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEMUH 01 KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN SEKSIO SESAREA DAN PARITAS DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD AHMAD YANI KOTA METRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping Yogyakarta pada pasien yang tercatat sejak bulan Januari

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. besi sering terjadi pada masa kehamilan (Cunningham, 2006; h.1465).

HUBUNGAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI BPS SARWO ENDAH KADIPATEN, ANDONG, BOYOLALI JANUARI APRIL TAHUN 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Haemoragic Post Partum di Rumah Bersalin Wijaya Kusuma Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

HUBUNGAN STATUS PEKERJAANDENGAN PEMANFAATAN BUKU KIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR. Oleh:

BAB II TINJAUAN TEORI

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam persalinan. 1. interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan mengejan (power), jalan

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsi Di Ruang Bersalin BLU-RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2. Agustus 2011 FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA MOLLA HIDATIDOSA DI RSUP DR.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi yang berdiri pada tahun 1925 merupakan salah satu rumah sakit di Semarang yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang. Rumah sakit ini terletak di Kecamatan Semarang Tengah, tepatnya di Jl. Dr. Sutomo No.16. RSUP Dr. Kariadi menempati areal tanah seluas 210.080 m 2 yang meliputi bangunan rumah sakit dan bangunan kelengkapan lainnya termasuk gedung fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. RSUP Dr. Kariadi Semarang merupakan Rumah Sakit terbesar sekaligus berfungsi sebagai Rumah Sakit rujukan bagi wilayah Jawa Tengah. Saat ini RSUP Dr. Kariadi adalah Rumah Sakit kelas A. Secara struktural, RSUP dr. Kariadi merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan yang mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan upaya lain sesuai kebutuhan. RSUP Dr. Kariadi juga berfungsi sebagai Rumah sakit Pendidikan maupun penelitian bagi dokter, dokter spesialis,dan sub spesialis dari Fakultas Kedokteran UNDIP,dan Institusi Pendidikan lain serta tenaga kesehatan lainnya oleh sebab itu peneliti menggunakan RSUP Dr. Kariadi sebagai tempat penelitian khususnya dibagian Rekam Medik. 39

B. Hasil 1. Analisis Deskriptif Analisis data mencakup variabel usia, paritas, jarak kehamilan, hipertensi, anemia, riwayat perdarahan, riwayat seksio sesarea dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Diskripsi masing-masing variabel berdasarkan kejadian perdarahan pasca persalinan tercantum dalam tabeltabel di bawah ini. a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 15 tahun sampai 47 tahun dengan rerata 28,70 tahun ± 6,466 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rerata usia responden tidak termasuk dalam usia berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Usia Frekuensi Persentase Usia aman (20-35 th) 82 78,8 Usia terlalu muda (< 20 th) Usia terlalu tua (> 35 th) 9 13 8,7 12,5 Total 104 100,0 Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh gambaran bahwa mayoritas responden termasuk dalam usia aman (20-35 tahun) untuk melahirkan yaitu sebanyak 82 responden (78,8%) dan hanya 9 responden (8,7%) yang termasuk usia terlalu muda (< 20 tahun) untuk melahirkan. Distribusi frekuensi kategori usia antara kasus dan kontrol ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kategori Usia antara Kasus dan Kontrol Tidak Usia Frekuensi % Frekuensi % usia aman (20-35 th) 41 78,8 41 78,8 terlalu muda (< 20 th) 5 9,6 4 7,7 terlalu tua(> 30 th) 6 11,6 7 13,5 Total 52 100,0 52 100,0 40

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada usia aman untuk melahirkan (20-35 th) yang tidak mengalami perdarahan pasca persalinan dan yang mengalami perdarahan pasca persalinan sama besarnya yaitu 78,8%. b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Paritas responden dalam penelitian ini berkisar antara 1 anak sampai 6 anak dengan rerata 2,36 anak ± 1,321 anak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rerata pada paritas responden tidak termasuk dalam paritas berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok paritas dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Paritas Frekuensi Persentase Primipara 37 35,6 Multiparitas Grande Multipara 65 2 62,5 1,9 Total 104 100,0 Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden termasuk dalam multiparitas (2-5 anak) sebanyak 65 resonden (62,5%) dan hanya ada 2 responden (1,9%) yang termasuk grande multipara (> 5 anak). Distribusi frekuensi kategori paritas antara kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Paritas antara Kasus dan Kontrol Tidak Paritas Frekuensi % Frekuensi % Primipara (1 anak) 20 38,5 17 32,7 Multiparitas (2-5 anak) 32 61,5 33 63,5 Grande Multipara (> 5 anak) 0 0,0 2 3,8 Total 52 100,0 52 100,0 41

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 2 responden pada kelompok kasus dengan paritas lebih dari 5 (grande multipara) semuanya mengalami perdarahan pasca persalinan. c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan Jarak kehamilan responden dalam penelitian ini berkisar antara 0 tahun sampai 19 tahun dengan rerata 3,293 tahun ± 3,7731 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden berada pada jarak kehamilan yang tidak berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jarak kehamilan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan Jarak Kehamilan Frekuensi Persentase Tidak berisiko (> 2th) 93 89,4 Berisiko ( 2th) 11 10,6 Total 104 100,0 Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh gambaran bahwa mayoritas reponden mempunyai jarak kehamilan lebih dari 2 tahun sebanyak 93 responden (89,42%). Distribusi frekuensi jarak kehamilan antara kasus dan kontrol ditunjukkan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan antara Kasus dan Kontrol Tidak Jarak Kehamilan Frekuensi % Frekuensi % Jarak 3-19 th 27 51,9 24 46,2 Jarak 0 th 21 40,4 21 40,4 Jarak 1-1,5 th 0 0,0 2 3,8 Jarak 1,6-2 th 4 7,7 5 9,6 Total 52 100,0 52 100,0 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa terdapat 2 responden pada kelompok kasus yang mempunyai jarak kehamilan 1-1,5 tahun seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan. 42

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Tekanan darah responden dalam penelitian ini berkisar antara 90/60 mmhg sampai 220/110 mmhg dengan rerata 122,33 mmhg ± 19,283 pada sistole sedangkan rerata pada diastole menunjukkan angka 77,07 mmhg ± 10,717. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden mempunyai tekanan darah dalam batas normal. Distribusi frekuensi berdasarkan tekanan darah responden dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah (Sistole) Tekanan Darah Sistole Frekuensi Persentase Normal (< 120 mmhg) 36 34,6 Prehipertensi (120-139 mmhg) Tahap 1 hipertensi (140-159 mmhg) Tahap 2 hipertensi ( 160 mmhg) 53 7 8 51,0 6,7 7,7 Total 104 100,0 Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden mempunyai tekanan darah sistole prehipertensi (120-139 mmhg) sebanyak 53 responden (51%) dan hanya 7 responden (6,7%) yang termasuk dalam tekanan darah sistole tahap 1 hipertensi (140-159 mmhg). Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah (Diastole) Tekanan Darah Diastole Frekuensi Persentase Normal (< 80 mmhg) 52 50,0 Prehipertensi (80-89 mmhg) Tahap 1 hipertensi (90-99 mmhg) Tahap 2 hipertensi ( 100 mmhg) 36 6 10 34,6 5,8 9,6 Total 104 100,0 Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden mempunyai tekanan darah diastole normal (< 80 mmhg) dan 43

hanya 6 responden (5,8%) yang termasuk dalam tekanan darah diastole tahap 1 hipertensi (90-99 mmhg). Kategori tekanan darah sistole responden antara kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan tekanan darah sistole antara kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.9 Kategori Sistole antara Kasus dan Kontrol Tidak Tekanan Darah Sistole Frekuensi % Frekuensi % Normal (< 120 mmhg) 17 32,7 19 36,5 Prehipertensi (120-139 mmhg) 29 55,8 24 46,2 Tahap 1 hipertensi (140-159 mmhg 4 7,7 3 5,8 Tahap 2 hipertensi ( 160 mmhg) 2 3,8 6 11,5 Total 52 100,0 52 100,0 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada sebagian besar responden pada kelompok kontrol dan kelompok kasus memiliki tekanan sistole 120-139 mmhg (Prehipertensi). Tabel 4.10 Kategori Diastole antara Kasus dan Kontrol Tidak Tekanan Darah Diastole Frekuensi % Frekuensi % Normal (< 80 mmhg) 23 44,2 29 55,8 Prehipertensi (80-89 mmhg) 23 44,2 13 25,0 Tahap 1 hipertensi (90-99 mmhg 2 3,8 4 7,7 Tahap 2 hipertensi ( 100 mmhg) 4 7,7 6 11,5 Total 52 100,0 52 100,0 Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dengan perdarahan pasca persalinan memiliki tekanan darah diastole normal (< 80 mmhg). e. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Haemoglobin Kadar haemoglobin (Hb) responden dalam penelitian ini berkisar antara 4,72 gr% sampai 15,60 gr% dengan rerata 11,0414 gr% ± 1,80769 gr%. 44

Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden mempunyai nilai Kadar Hb normal. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar Hb dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Hb Kadar Hb Frekuensi Persentase Tidak Anemia ( 11 gr%) 61 58,7 Anemia Ringan (10-10,9 gr%) Anemia Sedang (7-9,9 gr%) Anemia Berat (< 7 gr%) 17 24 2 16,3 23,1 1,9 Total 104 100,0 Berdasarkan Tabel 4.11 menggambarkan bawah sebagian besar responden tidak mengalami anemia sebanyak 61 responden (58,65%) dan hanya 2 responden (1,9%) yang mengalami anemia berat. Kategori kadar Hb antara kasus (tidak perdarahan pasca persalinan) dan kontrol (perdarahan pasca persalinan) dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Kategori Hb antara Kasus dan Kontrol Tidak Kadar Hb Frekuensi % Frekuensi % Tidak Anemia ( 11 gr%) 39 75,0 22 42,3 Anemia Ringan (10-10,9 gr%) 9 17,3 8 15,4 Anemia Sedang (7-9,9 gr%) 4 7,7 20 38,5 Anemia Berat (< 7 gr%) 0 0,0 2 3,8 Total 52 100,0 52 100,0 Tabel 4.12 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol mayoritas responden tidak menderita anemia sebesar 39 (75%) dan pada kelompok kasus menunjukkan bahwa terdapat 2 responden dengan anemia berat semuanya mengalami perdarahan pasca persalinan. f. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Perdarahan Riwayat perdarahan pasca persalinan antara kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.13 45

Tabel 4.13 Riwayat antara Kasus dan Kontrol Tidak Riwayat Frekuensi % Frekuensi % Tidak 52 100,0 50 96,2 Ya 0 0,0 2 3,8 Total 52 100,0 52 100,0 Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 2 responden yang mempunyai riwayat perdarahan pasca persalinan seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan. Riwayat perdarahan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan. Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat perdarahan responden dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Perdarahan Riwayat Perdarahan Frekuensi Persentase Tidak 102 98,1 Ya 2 1,9 Total 104 100,0 Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak mempunyai riwayat perdarahan pasca persalinan sebanyak 102 responden (98,1%). g. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat SC Riwayat perdarahan pasca persalinan antara kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.15. Tabel 4.15 Riwayat SC antara Kasus dan Kontrol Tidak Riwayat SC Frekuensi % Frekuensi % Tidak 51 98,1 48 92,3 Ya 1 1,9 4 7,7 Total 52 100,0 52 100,0 46

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol hanya terdapat 1 responden yang memiliki riwayat SC dan pada kelompok kasus terdapat 4 responden yang memiliki riwayat SC. Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat SC responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat SC Riwayat SC Frekuensi Persentase Tidak 99 95,2 Ya 5 4,8 Total 104 100,0 Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak mempunyai riwayat seksio sesarea sebanyak 99 responden (95,19%). 2. Analisis Bivariat Analisis hubungan faktor risiko dengan kejadian BBLR mencakup variabel paritas, usia, jarak kehamilan, distensi uterus, hipertensi, anemia, riwayat perdarahan, riwayat seksio sesarea dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hubungan masing-masing variabel tercantum dalam tabel-tabel di bawah ini : a. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan paritas responden yang terdiri dari primipara, multiparitas dan grande multipara dapat dilihat pada Tabel 4.17. No Tabel 4.17 Kejadian Berdasarkan Paritas Responden Paritas Tidak Ya Total n % n % n % 1 Primipara 20 54,1 17 45,9 37 100,0 2 Multiparitas 32 49,2 33 50,8 65 100,0 3 Grande Multipara 0 0,0 2 100,0 2 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 47

No 1 2 Bedasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa 2 responden yang memiliki paritas lebih dari 5 (grande multiparitas) seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan, pada multiparitas (2-5 anak) 33 dari 65 responden (50,8%) mengalami perdarahan pasca persalinan. Analisis hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca persalinan pada variabel paritas yang sudah dikategorikan menjadi paritas tidak berisiko dan paritas berisiko dapat dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.18 Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Paritas Tidak Berisiko ( 3 anak) Berisiko (> 3 anak) Tidak Ya Total n % n % n % 48 60,8 31 39,2 79 100,0 4 16,0 21 84,0 25 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 ρ 0,000 OR 8,129 2,547-25,949 Hasil analisis hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan pascapersalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 31 dari 79 (79%) responden dengan paritas tidak berisiko ( 3 anak) mengalami perdarahan pasca persalinan, sedangkan diantara responden dengan paritas berisiko (> 3 anak) yaitu 21 dari 25 (84%) mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 8,129 artinya : responden yang termasuk dalam paritas berisiko mempunyai peluang 8,129 kali mengalami perdarahan pascapersalinan. b. Hubungan antara Usia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan usia respondendapat dilihat pada Tabel 4.19. 48

Tabel 4.19 Kejadian Berdasarkan Usia Responden No Usia Tidak Ya Total n % n % n % 1 Usia Aman (20-35 th) 41 50,0 41 50,0 82 100,0 2 Usia Terlalu Muda (<20th) 5 55,6 4 44,4 9 100,0 3 Usia Terlalu Tua (> 35 th) 6 46,2 7 53,8 13 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 No 1 2 Bedasarkan Tabel 4.19 menunjukkan bahwa 7 dari 13 responden (53,8%) dengan usia terlalu tua (> 35 tahun) mengalami perdarahan pasca persalinan dan pada usia aman untuk melahirkan (20-35 tahun) separuhnya mengalami perdarahan pasca persalinan. Analisis hubungan antara usia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan yang telah dikategorikan menjadi usia tidak berisiko dan berisiko dapat dilihat pada Tabel 4.20. Tabel 4.20 Hubungan antara Usia dengan Kejadian Usia Tidak Berisiko (20th- 35th) Berisiko (<20th dan > 35 th) Tidak Ya Total n % n % n % 41 50,0 41 50,0 82 100,0 11 50,0 11 50,0 22 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 ρ 1,000 OR 1,000 0,390-2,563 Hasil analisis hubungan antara usia dengan kejadian perdarahan pascapersalinan sebagian (50%) responden tidak termasuk dalam usia berisiko mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 1,000 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai 49

OR = 1,000 yang artinya : usia bukan merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan. c. Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Perdarahan Pascapersalinan Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan jarak kehamilan dapat dilihat pada Tabel 4.21. jarak persalinan dibagi menjadi jarak kehamilan lebih dari 3 tahun, responden yang baru pertama kali melahirkan (0 tahun), jarak kehamilan 1-1,5 tahun dan jarak kehamilan lebih dari 1,5-2 tahun. Tabel 4.21 Kejadian Berdasarkan Jarak Kehamilan Responden No Jarak Kehamilan Tidak Ya Total n % n % n % 1 > 3 th 27 52,9 24 47,1 51 100,0 2 0 th 21 50,0 21 50,0 42 100,0 2 1-1,5 th 0 0,0 2 100,0 2 100,0 3 1,5 2 th 4 44,4 5 55,6 9 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 Tabel 4.21 menunjukkan bahwa responden yang memiliki jarak kehamilan 1-1,5 tahun antara anak yang akan dilahirkan dengan anak sebelumnya seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan dan perdarahan pasca persalinan terjadi sebesar 55,6% pada responden yang memiliki jarak kehamilan lebih dari 1,5-2 tahun. Analisis hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.22. Tabel 4.22 Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian No Jarak Kehamilan Tidak Ya Total n % n % n % 1 Tidak Berisiko (> 2 th) 27 52,9 24 47,1 51 100,0 2 Berisiko ( 2 th) 4 36,4 7 63,6 11 100,0 Total 31 50,0 31 50,0 62 100,0 ρ 0,508 OR 1,969 0,512-7,563 50

Hasil analisis hubungan antara jarak kehamilan pada multiparitas dan grande multipara dengan kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 24 dari 51 (47,1%) responden termasuk dalam kategori tidak berisiko (jarak kehamilan > 2 tahun) mengalami perdarahan pasca persalinan, sedangkan diantara responden yang berisiko (jarak kehamilan dari 2 tahun) yaitu 7 dari 11 (63,6%) responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,508 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,969 artinya : responden mempunyai jarak kehamilan 2 tahun mempunyai peluang 1,969 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. d. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan tekanan darah responden yang dibagi menjadi 4 klasifikasi tekanan darah orang dewasa yang dibagi menjadi tekanan darah normal, prehipertensi, tahap 1 hipertensi dan tahap 2 hipertensi dapat dilihat pada Tabel 4.23 (Kejadian berdasarkan tekanan darah sistole responden) dan Tabel 4.24 (Kejadian berdasarkan tekanan darah diastole responden). Tabel 4.23 Kejadian Berdasarkan Sistole Responden No Tekanan Darah Tidak Ya Total n % n % n % 1 Normal (< 120 mmhg) 17 47,2 19 52,8 36 100,0 2 Prehipertensi (120-139 mmhg) 29 54,7 24 45,3 53 100,0 3 Tahap 1 Hipertensi (140-159 mmhg) 4 57,1 3 42,9 7 100,0 4 Tahap 2 Hiperetensi ( 160 mmhg) 2 25,0 6 75,0 8 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 51

Berdasarkan Tabel 4.23 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tekanan darah sistole 160 mmhg (Tahap 2 hipertensi) 6 dari 8 (75%) responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Tabel 4. 24 Kejadian Berdasarkan Diastole Responden No Tekanan Darah Tidak Ya Total n % n % n % 1 Normal (< 80 mmhg) 23 44,2 29 55,8 52 100,0 2 Prehipertensi (80-89 mmhg) 23 63,9 13 36,1 36 100,0 3 Tahap 1 Hipertensi (90-99 mmhg) 2 33,3 4 66,7 6 100,0 4 Tahap 2 Hiperetensi ( 100 mmhg) 4 40,0 6 60,0 10 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 No 1 2 Tabel 4.24 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tekanan darah diastole 90-99 mmhg (tahap 1 hipertensi) 4 dari 6 (66,7%) responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan setelah dikategorikan menjadi tidak hipertensi dan hipertensi dapat dilihat pada Tabel 4.25. Tabel 4.25 Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Tekanan Darah Tidak Hipertensi (< 140/90 mmhg) Hipertensi ( 140/90 mmhg) Tidak Ya Total n % n % n % 46 51,7 43 48,3 89 100,0 6 40,0 9 60,0 15 100,0 Total 52 50 52 50 104 100,0 ρ 0,577 OR 1,605 0,527-4,886 Hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 43 dari 89 (48,3%) responden yang tidak hipertensi mengalami perdarahan pasca persalinan. Sedangkan diantara responden yang mengalami hipertensi yaitu 9 dari 15 52

(50%) responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,577 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,605 artinya : responden yang mengalami hipertensi mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. e. Hubungan antara Anemia dengan Perdarahan Pasca Persalinan Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan kadar Hb dapat dilihat pada Tabel 4.26. Tabel 4.26 Kejadian Berdasarkan Kadar Hb Responden No Kadar Hb Tidak Ya Total n % n % n % 1 Tidak Anemia ( 11 gr%) 39 63,9 22 36,1 61 100,0 2 Anemia Ringan (10-10,9 gr%) 9 52,9 8 47,1 17 100,0 3 Anemia Sedang (7-9,9 gr%) 4 33,3 20 83,3 24 100,0 4 Anemia Berat (< 7 gr%) 0 100,0 2 100,0 2 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 Tabel 4.26 menunjukkan bahwa 2 responden dengan anemia berat seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan dan perdarahan pasca persalinan terjadi pada 20 dari 24 (83,3%) responden dengan kadar Hb 7-9,9 gr% (anemia sedang). Analisis hubungan antara kadar Hb (anemia) dengan kejadian perdarahan pasca persalinan setelah dikategorikan tidak anemia ( 11 gr%) dan anemia (< 7 gr%) dapat dilihat pada Tabel 4.27. 53

No 1 2 Tabel 4.27 Hubungan antara Anemia dengan Kejadian Kadar Hb Tidak Anemia ( 11 gr%) Anemia (< 11 gr%) Tidak Ya Total n % n % n % 39 63,9 22 36,1 61 100,0 13 30,2 30 69,8 43 100,0 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0 ρ 0,001 OR 4,091 1,776-9,426 Hasil analisis hubungan anemia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 22 dari 61 (36,1%) responden yang tidak anemia mengalami perdarahan pasca persalinan, sedangkan diantara responden yang anemia yaitu 30 dari 43 (69,8%) responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,001 (lebih kecil dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,091 artinya : responden anemia mempunyai peluang 4,091 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. f. Hubungan antara Riwayat Perdarahan dengan Perdarahan Pasca Persalinan No Analisis hubungan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.28. Tabel 4.28 Hubungan antara Riwayat Perdarahan dengan Kejadian Riwayat Perdarahan Tidak Ya Total n % n % n % 1 Tidak 52 51 50 49 102 100 2 Ya 0 0 2 100 2 100 Total 52 50 52 50 104 100 ρ 0,495 OR 0,490 0,402-0,597 Hasil analisis hubungan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 50 54

dari 102 (49%) responden yang tidak memiliki riwayat perdarahan mengalami perdarahan pasca persalinan dan 2 responden (100%) yang memiliki riwayat perdarahan seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,495 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,490 artinya : riwayat perdarahan merupakan faktor protektif dari faktor risiko perdarahan pasca persalinan. g. Hubungan antara Riwayat Seksio Sesarea dengan Perdarahan Pasca Persalinan Analisis hubungan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.29. Tabel 4.29 Hubungan antara Riwayat SC dengan Kejadian No Riwayat SC Tidak Ya Total n % n % n % 1 Tidak 51 51,5 48 48,5 99 100 2 Ya 1 20 4 80 5 100 Total 52 50 52 50 104 100 ρ 0,363 OR 4,250 0,459-39,385 Hasil analisis hubungan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 48 dari 99 (48,5%) responden yang tidak mempunyai riwayat SC mengalami perdarahan pasca persalinan, sedangkan diantara responden yang mempunyai riwayat SC yaitu 4 dari 5 (80%) responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,363 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,250 55

artinya : responden dengan riwayat SC mempunyai peluang 4,250 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. 3. Analisis Multivariat Berdasarkan hasil uji bivariat terdapat 2 variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan perdarahan pasca persalinan, variabel tersebut adalah paritas dan anemia yang kemudian akan dianalisis secara multivariat. Analisis multivariat ditujukan untuk mengestimasi hubungan antara paritas dan anemia terhadap kejadian perdarahan pasca persalinan. Analisis yang digunakan adalah regresi logistik multivariat dengan tingkat kepercayaan 95% (95% CI). a. Regresi logistik multivariat hubungan paritas dan anemia dengan perdarahan pasca persalinan 1) Pemilihan variabel kandidat Pemilihan covariat yang akan diikutsertakan dalam analisa multivariat melalui seleksi pada analisis bivariat dengan uji regresi logistik sederhana. Kandidat ditentukan berdasarkan variabel yang memiliki nilai p < 0,25. Setelah dilakukan uji regresi logistik sederhana diperoleh variabel yang memenuhi syarat nilai p < 0,25 yaitu variabel paritas dan variabel anemia setelah diuji regresi logistik multivariat hasil dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.30 Hasil pemilihan variabel kandidat yang akan diikutkan dalam analisis multivariat No Variabel Wald p keterangan 1. Paritas 12,520 0,000 (+) 2. Anemia 10,943 0,001 (+) Keterangan : (-) Variabel yang tidak diikutsertakan dalam analisis multivariat (+) Variabel yang diikutsertakan dalam analisis multivariat 56

2) Analisis hubungan antara variabel (collinearity) Analisis ini digunakan untuk menilai kemungkinan adanya hubungan collinearity antara variabel independen. Jika terdapat nilai Correlation Coefficient (r) > 0,8 artinya terdapat variabel independen berhubungan koliner dengan variabel independen lainnya, maka variabel tidak masuk kandidat model dalam analisis multivariat. Setelah dilakukan uji collinearitas, ternyata tidak terdapat hubungan antar variabel paritas dan variabel anemia dengan nilai r = -0,015 lebih kecil dari r = 0,8. 3) Penilaian interaksi Pada tahapan ini dilakukan uji regresi logistik multivariat dengan variabel utama (perdarahan pasca persalinan) dan covariat (variabel anemia dan paritas). Jika nilai p variabel interaksi antar variabel tidak signifikan (p > 0,05) maka dikeluarkan dari model. Dari hasil uji variabel anemia diperoleh p-value 0,000 dan pada variabel paritas diperoleh p-value 0,000, nilai dari masing-masing variabel lebih besar dari 0,05 sehingga signifikan dan diikutsertakan dalam model. Interaksi paritas dan anemia memiliki p-value = 0,441 (p > 0,05) sehingga model tanpa variabel interaksi. 4) Regresi Logistik Multivariat Hasil uji regresi logistik multivariat pada kandidat variabel yang terpilih dapat dilihat pada Tabel 4.29. Tabel 4.31 Uji Regresi Logistik Multivariat B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1 a kat_paritas 2.415.636 14.415 1.000 11.195 kat_hb 1.717.478 12.897 1.000 5.567 Constant -1.220.343 12.634 1.000.295 a. Variable(s) entered on step 1: kat_hb, kat_paritas. 57

Berdasarkan tabel 4.29 dapat dilihat bahwa hasil analisis regresi logistik pada variabel anemia diperoleh p-value = 0,000 (pvalue lebih kecil dari α 0,05) maka kesimpulannya ada hubungan antara anemia dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji juga diperoleh OR 5,567 yang artinya responden dengan anemia mempunyai peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 5,567 kali dibandingkan dengan responden yang tidak anemia. Variabel anemia mempunyai nilai B sebesar 1,717 dan Wald 12,897. Hasil analisis regresi logistik pada variabel paritas diperoleh p-value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05), maka kesimpulannya ada hubungan antara paritas dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil tabel juga diperoleh OR 11,195 yang artinya responden dengan paritas berisiko (> 3 anak) mempunyai peluang. terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 11,195 kali dibandingkan dengan responden dengan paritas tidak berisiko ( 3 anak). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor paritas inilah yang paling mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan. Variabel paritas mempunyai nilai B 2,415 dan Wald 14.415. Logit perdarahan pasca persalinan berdasarkan Tabel 4.29 yaitu : Logit () = -1,220 + 2,415 kat_paritas + 1,717 kat_hb artinya jika responden mempunyai paritas berisiko dan anemia maka responden memiliki peluang 2,912 untuk terjadinya perdarahan pasca persalinan. Berdasarkan rumus P (Z) = 1 maka 1 + e -(β0+β1kat_paritas+β2kat_anemia) dapat disimpulkan bahwa: a) Jika responden tidak anemia dan tidak memiliki paritas yang berisiko maka responden memiliki peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 22,79%. 58

b) Jika responden anemia dan tidak memiliki paritas berisiko maka responden memiliki peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 64,49%. c) Jika responden tidak anemia tetapi responden termasuk dalam paritas berisiko maka responden memiliki peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 76,76%. d) Jika responden anemia dan termasuk dalam paritas berisiko maka responden memiliki peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 94,84%. C. Pembahasan 1. Hubungan Anemia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,001 (lebih kecil dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,091 artinya : responden anemia mempunyai peluang 4,091 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Kejadian perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan kadar Hb responden menunjukkan hasil bahwa responden dengan kadar Hb < 7 gr% (anemia berat) seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan dan perdarahan pasca persalinan terjadi pada responden dengan kadar Hb 7-9,9 gr% (anemia sedang) sebanyak 83,3%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Rokan Hulu pada tahun 2010 yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara kadar Hb dengan kejadian pasca persalinan primer. 21 Ibu anemia memiliki risiko 2,9 kali lebih besar terhadap kejadian perdarahan pasca persalinan. 15 Penelitian yang dilakukan di Tanzania pada tahun 2008 juga menunjukkan hasil bahwa keparahan anemia pada ibu sangat berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah saat melahirkan 59

dan anemia secara signifikan menyebabkan kehilangan darah yang lebih besar dibandingkan ibu yang tidak anemia. 16 Hal ini dikarenakan kondisi kurangnya sel darah merah yang ditandai dengan rendahnya kadar Hb, membuat proses oksigenasi ke rahim atau janin jadi tidak lancar. Padahal kadar Hb inilah yang menentukan jumlah oksigen yang diangkut oleh darah. Pada ibu hamil yang anemia dengan Hb di bawah 10 risiko terjadi perdarahan akibat hipotoni ataupun atonia besar sekali, sekitar 20-25 persen. 18 Anemia juga berkaitan dengan debilitas yang merupakan penyebab langsung atonia uterus. 13 Hal ini dikarenakan anemia dapat melemahkan kekuatan otot rahim sehingga anemia berkontribusi terhadap perdarahan pasca persalinan. 16 Hal yang sama diungkapkan oleh Sarwono bahwa pengaruh anemia kehamilan pada masa nifas adalah perdarahan postpartum karena atonia uteri. 7 2. Hubungan Paritas dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 8,129 artinya : responden yang termasuk dalam paritas berisiko mempunyai peluang 8,129 kali mengalami perdarahan pascapersalinan. Kejadian perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan paritas responden menunjukkan hasil bahwa responden dengan paritas lebih dari 5 (grandemultipara) seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Babinszki, dkk (1999) melaporkan insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada wanita dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4 atau lebih. 17 Lebih tinggi paritas, lebih tinggi pula kematian maternalnya, salah satunya diakibat oleh perdarahan pasca persalinan. 7 Hal ini 60

dikarenakan ibu yang pernah melahirkan sebanyak lima kali atau lebih, mengalami peningkatan risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan dikarenakan pada setiap kehamilan, jaringan fibrosa menggantikan serat otot di dalam uterus, hal ini akan menurunkan kontraktilitas uterus dan pembuluh darah menjadi lebih sulit dikompresi. 13 Paritas tinggi juga akan mempengaruhi keadaan uterus ibu, karena semakin sering ibu melahirkan dapat mempengaruhi kekuatan kontraksi rahim, sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. 14 3. Hubungan Usia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 1,000 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,000 artinya : usia bukan merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Majene pada tahun 2013 juga menunjukkan hasil bahwa umur < 20 tahun dan > 35 tahun memiliki risiko 3,1 kali besar dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-35 tahun. 15 Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung pada Tahun 2009 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. 26 Hal ini dikarenakan rata-rata usia responden dalam penelitian ini adalah 28,70 tahun, usia tersebut tidak termasuk dalam usia berisko terjadinya perdarahan pasca persalinan dan dapat dikatakan bahwa ibu dengan usia tersebut sudah matang dalam faktor fisik (fungsi rahim) dan mental untuk menghadapi persalinan dan mengambil perannya sebagai seorang ibu. 14 Kejadian perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan usia responden menunjukkan hasil bahwa 61

responden dengan usia lebih dari 35 tahun (terlalu tua) mengalami perdarahan pasca persalinan sebesar 53,8%. 4. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,508 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,969 artinya : responden mempunyai jarak kehamilan 2 tahun mempunyai peluang 1,969 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Bersalin Kasih Ibu Pekalongan pada tahun 2004 menunjukkan hasil bahwa ada hubungan jarak lahir (jarak < 2 tahun) dengan perdarahan pasca persalinan dan memiliki risiko 2,82 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak lahir > 2 tahun. 29 Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD dr. H. Soewondo pada tahun 2004 yang menunjukkan hasil bahwa jarak persalinan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. 30 Penelitian yang dilakukan peneliti tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan namun jarak kehamilan yang berisiko mempunyai peluang 1,867 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal ini dikarenakan rata-rata jarak kehamilan responden tidak termasuk dalam jarak kehamilan yang berisiko yaitu 3,293 tahun. Jarak kehamilan 36 tahun atau 3 tahun merupakan jarak kehamilan yang optimal karena rahim ibu sudah dalam keadaan pulih kembali. 14 Walaupun jarak kehamilan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan tetapi kejadian 62

perdarahan pasca persalinan 100% terjadi pada responden yang memiliki jarak kehamilan 1-1,5 tahun. 5. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,577 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,605 artinya : responden yang mengalami hipertensi mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung pada Tahun 2009 menunjukkan hasil bahwa hipertensi (preeklampsia atau eklampsia) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. 26 Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Sukadana Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2010-2011 yang menunjukkan hasil bahwa hipertensi (pre eklampsia atau eklampsia) tidak terbukti bermakna dengan perdarahan pasca persalinan. 19 Walaupun penelitian yang dilakukan peneliti tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan namum hipertensi mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal ini disebabkan karena rata-rata responden penelitian tidak menderita hipertensi dengan rerata sistole 122,33 mmhg dan diastole 77,07 mmhg, sehingga kecil kemungkinan gangguan pembekuan darah terjadi. Kejadian perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi menunjukkan bahwa responden dengan tekanan darah sistole 160 mmhg (tahap 2 hipertensi) mengalami perdarahan pasca persalinan sebesar 75% dan perdarahan pasca persalinan terjadi pada responden dengan tekanan darah diastole 90-99 mmhg (tahap 1 hipertensi) sebanyak 66,7%. 63

6. Hubungan Riwayat Perdarahan dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,495 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,490 artinya : riwayat perdarahan merupakan faktor protektif dari faktor risiko perdarahan pasca persalinan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di di RSUD Majene tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa ibu yang memiliki riwayat persalinan buruk memiliki risiko 3,1 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk. 15 Hasil yang sama menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat perdarahan pasca persalinan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan di RSIA Bunda Arif Purwokerto tahun 2011. 28 Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang pada tahun 2011 menunjukkan hasil bahwa riwayat persalinan buruk tidak mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan. 31 Penelitian yang dilakukan tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan dan riwayat perdarahan hanya merupakan faktor protektif tetapi dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai riwayat perdarahan seluruhnya (100%) mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal ini dikarenakan riwayat perdarahan pasca persalinan memiliki risiko untuk kambuh kembali pada kehamilan berikutnya. 13 64

7. Hubungan Riwayat Seksio Sesarea dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,363 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca persalinan, tetapi dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,250 artinya : responden dengan riwayat SC mempunyai peluang 4,250 kali lebih besar mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat SC. Penelitian tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat seksio sesarea dengan kejadian perdarahan perdarahan pasca persalinan. 32 Walaupun penelitian yang dilakukan peneliti tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca persalinan namum riwayat SC mempunyai peluang 4,250 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Perdarahan pasca persalinan khususnya yang dikarenakan retensio plasenta (plasenta akreta, inkreta dan perkreta) terjadi pada seperempat pasien yang pernah menjalani seksio sesarea. 18 Hal ini juga dikarena mayoritas responden di RSUP Dr. Kariadi tidak mempunyai riwayat SC sebanyak 99 responden (95,19%) dan sebanyak (80%) yang mempunyai riwayat SC mengalami perdarahan pasca persalinan. 8. Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan Hasil analisis regresi logistik pada variabel anemia diperoleh p- value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05) maka kesimpulannya ada hubungan antara anemia dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji juga diperoleh OR 5,567 yang artinya responden dengan anemia mempunyai peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 5,567 kali 65

dibandingkan dengan responden yang tidak anemia. Pada variabel anemia hasil uji multivariat nilai OR meningkat bila dibandingkan dengan nilai OR pada uji bivariat (OR multivariat 5,567 sedangkan OR bivariat 4,091). Hasil analisis regresi logistik pada variabel paritas diperoleh p- value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05), maka kesimpulannya ada hubungan antara paritas dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji juga diperoleh nilai OR 11,195) yang artinya responden dengan paritas berisiko (> 3 anak) mempunyai peluang. terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 11,195 kali dibandingkan dengan responden dengan paritas tidak berisiko ( 3 anak). Pada variabel paritas hasil uji multivariat nilai OR meningkat bila dibandingkan dengan nilai OR pada uji bivariat (OR multivariat 11,195 sedangkan OR bivariat 8,129). Dari hasil uji multivariat maka dapat disimpulkan bahwa faktor paritas inilah yang paling mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan karena memiliki nilai OR tertinggi bila dibandingkan dengan variabel anemia. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini meneliti tentang perdarahan pasca persalinan yang sebenarnya masih bersifat umum karena perdarahan pasca persalinan bukan merupakan suatu diagnosa sehingga diagnosa perdarahan pasca persalinan yang peneliti gunakan dibatasi pada diagnosa atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta atau plasenta restan, laserasi jalan lahir, hematoma dan pembekuan darah. Jadi masih ada diagnosa lain yang dapat menyebabkan perdarahan pasca masih belum diikutsertakan dalam penelitian ini. 66