Jurnal Sport Science, Vol 4. No 2. hlm

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS XI (SEBELAS) SMA MUHAMMADIYAH 1 BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

PERBEDAAN EFEKTIFITAS TENDANGAN PENALTI DENGAN MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM DAN PUNGGUNG TIM SEPAK BOLA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SDN 16 PULAU BINJAI DENGAN SDN 22 RANTAU SILANG KECAMATAN KUANTAN MUDIK

ZANUAR BUDIANTO K

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun peradaban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

TINGKAT KESEGARAN JASMANI PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI MTS HASYIM ASY ARI PIYUNGAN TAHUN AJARAN 2016/2017

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN SERVICE ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

THE DIFFERENCE OF CARDIORESPIRATORY ENDURANCE LEVEL BETWEEN STRIKERS AND DEFENDERS OF FOOTBALL EXTRACURRICULAR AT SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

SKRIPSI. Oleh : NPM : PROGAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto ( 2010:83). Minat pada dasarnya

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. mereka stress,secara fisik mereka juga kurang gerak. Jika terus seperti itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

PERBEDAAN KEKUATAN DAN DAYA TAHAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BELAKANG TENGAH DAN DEPAN DALAM SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI DRILL PASSING DAN WALL PASSING TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA PEMAIN BOLA BASKET SMA NEGERI 7 KOTA JAMBI

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari mulai bangun

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI BOLA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

ARTIKEL SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP PGRI BESOWO KEPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

DISUSUN OLEH : ADI DHARMA SAPUTRA

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RASAU JAYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita terus menerus dimanjakan dengan segala sesuatu yang otomatis. bersenyawa dengan hidup manusia (Depdiknas, 2007).

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI SEPAK BOLA SEKOLAH MENENAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 RAMBATAN KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu ke waktu baik tingkat daerah propinsi maupun nasional dan internasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin lama mendapat tempat di dunia kesehatan sebagai salah

PROFIL KOBDISI FISIK PEMAIN EKSTRAKURIKULER BOLABASKET DI SMAN 2 PARE TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP SEHAT DENGAN KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS ATAS SEKOLAH DASAR NEGERI 2 TRIWARNO KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai pendidikan atau dengan istilah pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KETRAMPILAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAKBOLA BAGI PARA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 GROGOL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

I. PENDAHULUAN. Untuk mencapai kinerja (Performance) yang lebih baik dari seorang pemain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memasyarakat dan digemari hampir semua orang. Orang bukan saja gemar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan olahraga, mulai dari pemilihan calon atlet sampai pada metode latihan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA. Jurnal. Oleh. Chandra Sasongko

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

I. PENDAHULUAN. kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat

TINJAUAN STATUS GIZI DAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 05 AIR TAWAR BARAT KECAMATAN PADANG UTARA JURNAL

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN GERAKAN BENCH PRESS DAN PUSH UP TERHADAP HASIL TEMBAKAN FREE THROW DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu,

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

I. PENDAHULUAN. penghayatan nilai - nilai (sikap mental emosional sportivitas spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM ABSTRAK

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan

PENGARUH METODE KOOPERATIF DAN KOMANDO TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 3 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

PENERAPAN PEMBELAJARAN DRILL DAN BERMAIN TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 BANYUWANGI

Pengaruh Senam SKJ 2008 Terhadap Kebugaran Jasmani Siswi Sekolah Dasar Negeri 20 Alang Laweh Padang Selatan Kota Padang

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DENGAN KEMAMPUAN MENYUNDUL BOLA PADA PEMBELAJARAN SEPAK BOLA

PERBEDAAAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PESERTA LATIH EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DAN BOLABASKET DI SMPN 14 YOGYAKARTA.

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

Syaranamual Jusak: Circuit Training dalam Meningkatkan Kebugaran

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN HASIL SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA EKSTRAKULIKULER MTs PEMBANGUNAN PACITAN TAHUN 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

ARTIKEL ILMIAH SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH THOMI PRADODO A1D408107

Transkripsi:

STUDI KOMPARATIF TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP UNGGULAN DAN SMP NON UNGGULAN DI KABUPATEN LUMAJANG Hendra Kertanegara, Asim, Sulistyorini Universitas Negeri Malang E-mail: Kertanegara_hendra@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat kesegaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola yang ada di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan di kabupaten Lumajang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Berdasarkan hasil output SPSS, tabel Anova menunjukkan nilai sig (0,000) < 0,05 maka H 0 ditolak yang berarti Hi diterima. Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kesegaran jasmani siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan memiliki perbedaan. Kata Kunci: Kesegaran Jasmani, Ekstrakurikuler Sepakbola, SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan kata lain pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu proses pendidikan akan berusaha mengembangkan seluasluasnya potensi individu sebagai sebuah elemen penting untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat yang dilakukan melalui pemberian bimbingan, pengajaran, pelatihan, dan motivasi. Pendidikan erat kaitannya dengan belajar dan pembelajaran. Menurut Setyosari (2001:4) Pembelajaran adalah penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan. Dengan kata lain, pembelajaran adalah wujud tindakan dari aktifitas-aktifitas yang difokuskan pada si belajar yang mempelajari hal-hal khusus. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:142) Pembelajaran adalah terjadinya suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang setelah berlangsungnya pembelajaran. Menurut Kosasih (1985:1-2) Tujuan olahraga pendidikan di sekolah sesuai dengan tujuan adalah : Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. 142

Pendidikan jasmani di sekolah merupakan dasar yang baik pula bagi perkembangan olahraga di luar sekolah. Pendidikan jasmani dapat dengan sengaja serta sadar kita arahkan pada suatu tujuan tertentu, yakni kepada pendidikan seluruh pribadi sang anak. Pendidikan jasmani tidak dapat di pisahkan, keduanya sangat erat hubunganya dan saling mempengaruhi. Pendidikan jasmani bukanlah sekedar mengembangkan segi-segi kejasmanian, memelihara kesehatan jasmani, agar terhindar dari kerugian-kerugian jasmani melainkan melalui kegiatankegiatan jasmani hendak menanamkan norma-norma pegangan hidup yang nyata (positif) pada anak, agar dapat berdiri sendiri sebagai personal tanpa merugikan orang atau siapapun, dan tidak pula merugikan dirinya sendiri. Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih dan dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Menurut Dwiyogo & Sulistyorini (1991:10) Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Menurut Badan Standar Pendidikan Nasional (BSNP) (2006:512) menjelaskan bahwa: Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mentalemosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Untuk itu pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru pendidikan jasmani. Untuk itu, guru pendidikan jasmani harus mempunyai inovasiinovasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kegiatan pendidikan jasmani yang ada di sekolah selain melalui pembelajaran aktif di kelas juga dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar proses belajar mengajar yang dilakukan di luar jam sekolah. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa lebih memilih bidang yang disenangi, dengan begitu siswa lebih bisa mengembangkan prestasi diri melalui bidang kegiatan ekstrakurikuler yang digemari. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan banyak digemari oleh siswa adalah sepakbola. Hal tersebut 143

tampak dengan banyaknya sekolahsekolah yang menyajikan ekstrakurikuler permainan sepakbola, dan banyaknya kejuaraan-kejuaraan sepakbola antar pelajar atau sekolah. Sepakbola adalah salah satu permainan bola besar yang beranggotakan sebelas pemain yang bertujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan dengan cara memasukan bola ke gawang lawan. Dalam permainan sepakbola dibutuhkan skill dan teknik penguasaan bola yang matang. Untuk itu, dibutuhkan kekuatan, stamina, akselerasi, dan pergerakan kaki yang lincah dan cepat. Dalam proses pembinaan permainan sepakbola seorang pelatih atau pembina harus meningkatkan kemampuan pemain baik dari segi fisik, teknik dan taktik. Untuk itu, seorang pelatih atau pembina harus mempunyai banyak variasi dalam proses latihan sehingga siswa atau pemain dapat mencapai prestasi yang maksimal. Pencapaian prestasi olahraga melalui kegiatan ekstrakurikuler bukan hanya ditentukan oleh seorang pelatih atau pembina saja, tetapi didukung oleh kerjasama yang baik dari berbagai pihak diantaranya atlet (siswa) merupakan faktor penting dalam proses pencapaian prestasi olahraga melalui kegiatan ekstrakurikuler. Atlet harus selalu menjaga kondisi kesehatan fisik setiap hari. Selain itu, atlet (siswa) harus memiliki kesegaran atau kebugaran jasmani yang prima agar dapat menjalani setiap proses latihan dengan baik. Oleh karena itu dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan jasmani berperan mengajarkan atau membiasakan peserta didik agar berperilaku sehat. Untuk itu disini diperlukan kesegaran jasmani yang baik agar dalam melakukan segala aktivitas dapat melakukannya dengan baik. Menurut (Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, 2003:01) bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar. Menurut (Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, 2003:01) Unsur-unsur yang membentuk kesegaran jasmani terdapat beberapa komponen, yaitu: 1) Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan jantung dan paru-paru, 2) Daya tahan otot, 3) Kekuatan otot, 4) Kelentukan, 5) Komposisi tubuh, 6) Kecepatan gerak, 7) Kelincahan, 8) Keseimbangan, 9) Kecepatan reaksi, 10) Koordinasi. Agar kesegaran jasmani atlet menjadi lebih baik, seorang pelatih perlu melaksanakan latihan fisik yang melibatkan komponenkomponen kesegaran jasmani dengan metode yang benar. Untuk itu dalam melatih atlet tentunya seorang pelatih harus mempersiapkan program latihan yang sudah direncanakan atau terprogram dengan baik. Hasil latihan yang dicapai oleh atlet dapat diketahui melalui tes dan pengukuran kesegaran jasmani. Tingkat kesegaran jasmani seorang atlet dapat diketahui melalui berbagai 144

tes kesegaran jasmani, di antaranya adalah TKJI. Dari hasil observasi awal di SMP Unggulan dan SMP Non unggulan di Kabupaten Lumajang, hari minggu tanggal 29 Januari tahun 2012 hampir semua sekolah memiliki kegiatan ekstrakurikuler sepakbola. Rata-rata setiap sekolah melakukan latihan rutin 2x dalam 1 minggu. Namun, dari segi sarana dan prasarana penunjang ekstrakurikuler sepakbola tidak semuanya memenuhi kelayakan. Hanya beberapa sekolah sarana dan prasarananya layak pakai. Dari observasi yang telah dilakukan peneliti terdapat beberapa masalah yang peneliti temukan diantaranya dari segi prestasi kejuaraan sepakbola antar SMP se Kabupaten Lumajang, SMP Non unggulan lebih mendominasi perolehan gelar juara. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan stamina dalam pertandingan sepakbola yang berjalan dalam waktu 2x30 menit. Dimana SMP Non unggulan lebih mendominasi jalanya pertandingan dibanding SMP Unggulan dikarenakan faktor kesiapan stamina tersebut, faktor yang mempengaruhi yaitu adanya perbedaan sistem pembelajaran di sekolah unggulan dan non unggulan dimana biasanya dalam sekolah unggulan lebih mementingkan pembelajaran akademik dari pada non akademiknya. Sedangkan sekolah non unggulan yang merasa tidak mampu menyaingi sekolah unggulan dalam bidang akademik maka mereka bersaing di bidang non akademik, misalkan adanya setiap event (kejuaraan) yang ada di kabupaten lumajang. Faktor lainnya sekolah unggulan lebih padat dalam kegiatan pembelajarannya bahkan ada kegiatan tambahan pelajaran. Hal ini mempengaruhi kesiapan fisiknya dalam setiap kejuaraan sepakbola, meskipun ada ekstrakurikulernya namun padatnya jadwal sekolah dimana waktunya terkadang sampai sore mempengaruhi kesiapan fisik dan mentalnya. Berbeda dari sekolah non unggulan yang tidak begitu menonjolkan di bidang akademiknya, jadi mereka lebih siap dan tekun dalam menjalankan ekstrakurikuler sepakbola. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui ataupun mengukur tingkat kesegaran jasmani SMP Unggulan dan SMP Non unggulan khususnya dalam ekstrakulikuler sepakbola di sekolahnya masingmasing. METODE Rancangan penelitian menggunakan penelitian survei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan. Penelitian survei adalah suatu penelitian yang dilakukan tampa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat) sehingga sering disebut penelitian noneksperimen (Soekidjo, 2010 : 25-26). Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa SMP Unggulan dan siswa SMP Non unggulan di Kabupaten Lumajang yang terdiri dari 3 SMP Unggulan dan 3 SMP Non unggulan. Subyek dalam penelitian ini adalah 80 siswa putra di SMP Unggulan dan 91 siswa di SMP Non Unggulan di Kabupaten Lumajang. Jadi jumlah keseluruhan subyek dari SMP Unggulan dan SMP Non 145

Unggulan sebanyak 171 siswa. Menurut Arikunto (2006:120) untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, maka data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan uji One-Away Anova. Untuk mengetahui bahwa data sampel merupakan data yang HASIL berasal dari sebaran normal (uji normalitas), maka menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Sedangkan untuk mengetahui apakah ragam kedua populasi homogen atau tidak (uji homogenitas) maka digunakan Uji Levene dari Sudjana (Sudjana,1992: 249). Pengolaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package foe Social Science). 1. Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Unggulan. Tabel 4.1 Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Unggulan. N Mean Nilai Maximum Nilai Minimum Range Std. Deviation TKJIunggulan 80 339,90 417 277 140 22,982 Keterangan : N : Jumlah sampel MeaN : Rata-rata hitung Range : Rentangan nilai maksimum-nilai minimum SD : Simpangan Baku Berdasarkan hasil hitungan data dapat diketahui tingkat kesegaran jasmani untuk siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan dengan jumlah sampel 80 memiliki rata-rata (mean) diperoleh sebesar 339,90, nilai maximum 417, nilai minimum 277, range 140 dan simpangan baku (sd) sebesar 22,982. Tabel 4.2 Nilai Kategori Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Unggulan. No Jumlah nilai Kategori Jumlah siswa Persentase 1 427 ke atas Baik Sekali (B.S) - - 2 378 426 Baik (B.) 9 11% 3 323 377 Sedang (S.) 54 68% 146

4 269 322 Kurang (K.) 17 21% 5 Ke Bawah 269 Kurang Sekali (K.S) - - Jumlah 80 100% Berdasarkan tabel di atas diketahui sesuai dengan kolom norma Kesegaran Jasmani untuk siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan yang berjulah 80 siswa dengan tingkat kesegaran jasmani baik (B) 9 siswa (11%), kategori sedang (S) 54 siswa (68%), dan kategori kurang (K) 17 siswa (21%). Jadi dapat disimpulkan siswa SMP Unggulan yang berkategori baik yaitu (11%). 2. Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Non Unggulan. Tabel 4.3 Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Non Unggulan N Mean Maximum Minimum Range Std. Deviation TKJInonunggulan 91 409,00 450 354 96 18,364 Keterangan; N : Jumlah sampel MeaN : Rata-rata hitung Range : Rentangan nilai maksimum-nilai minimum SD : Simpangan Baku Berdasarkan hasil hitungan data dapat diketahui tingkat kesegaran jasmani untuk siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMP Non Unggulan dengan jumlah sampel 91 memiliki rata-rata (mean) diperoleh 409,00, nilai maximum 450, nilai minimum 354, range 96, dan simpangan baku (sd) sebesar 18,364. Tabel 4.4 Nilai Kategori Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Non Unggulan. No Jumlah nilai Kategori Jumlah siswa Persentase 1 427 ke atas Baik Sekali (B.S) 15 17% 2 378 426 Baik (B.) 73 80% 3 323 377 Sedang (S.) 3 3% 4 269 322 Kurang (K.) 5 Ke Bawah 269 Kurang Sekali (K.S) 143

Jumlah 91 100% Berdasarkan tabel di atas diketahui sesuai dengan kolom norma Kesegaran Jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Non Unggulan yang berjulah 91 siswa dengan tingkat kesegaran jasmani kategori baik sekali (BS) 15 siswa (17%), kategori baik (B) 73 siswa (80%), kategori sedang (S) 3 siswa (3%). Jadi dapat disimpulkan siswa SMP Non Unggulan yang berkategori baik sekali yaitu (17%). 1. Perbedaan Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan. Berikut adalah tabel data hasil perhitungan tingkat kesegaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan. Tabel 4.5 Perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan No Sekolah N Mean Nilai maksimum Skor minimum Range 1 SMP Unggulan 2 SMP Non Unggulan 80 339,90 417 277 140 22,982 91 409,00 450 354 96 18,364 SD Keterangan: N : jumlah sampel Mean : rata-rata hitung Range : rentangan nilai maksimum nilai minimum SD : Simpangan Baku Dari pembahasan di atas dapat di lihat perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesegaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan memiliki tingkat kesegaran jasmani yang lebih rendah di bandingkan dengan SMP Non Unggulan, yakni dengan nilai ratarata (mean) 339,90, nilai maximum 417, nilai minimum 277, range 140 dan simpangan baku (sd) sebesar 22,982. Sedangkan tingkat kesegaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Non Unggulan, nilai rata-rata (mean) diperoleh 409,00, nilai maximum 450, nilai minimum 354, range 96, dan simpangan baku (sd) sebesar 18,364. PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan dapat dilihat perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan, nilai rata-rata (mean) yang diperoleh untuk siswa 2

di SMP Unggulan yaitu 339,90. Sedangkan nilai rata-rata (mean) untuk siswa di SMP Non Unggulan yaitu 409,00. Perbedaan yang sangat signifikan terjadi pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan, untuk tingkat kesegaran jasmani nilai rata-rata (mean) sebesar 339,90 dan simpangan baku (sd) yang diperoleh sebesar 22,982. Sedangkan hasil perhitungan data yang dilakukan diketahui untuk tingkat kesegaran jasmani siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMP Non Unggulan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh sebesar 409,00 dan simpangan baku (sd) yang diperoleh sebesar 18.364. Menurut Hairy (1989:9) Kesegaran Jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan dengan energi yang cukup untuk menikmati waktu senggangnya dan menghadapi hal-hal yang darurat yang tak terduga sebelumnya. Sedangkan menurut Ichsan (1988:54-55) Kesegaran Jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab, tanpa memiliki rasa lelah dan dengan penuh semangat untuk menikmati penggunaan waktu luang dan menghadapi kemungkinan berbagai bahaya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Swanpo dan Marry (1975:43) kesegaran jasmani adalah satu aspek, ialah aspek fisik dari kesegaran yang menyeluruh yang memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembebanan (stress) fisik yang layak. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan fisik untuk melakukan tugas atau kewajiban sesuai dengan bidangnya tanpa mengalami kelelahan yang berlebih dan mendapat pemulihan dengan cepat seperti pada saat sebelum melakukan aktivitas. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil tingkat kesegaran jasmani dalam penelitian ini dimungkinkan karena: Pertama siswa sudah terbiasa menjalankan olahraga yang diberikan guru penjas sehingga saat melakukan tes TKJI siswa tidak ada rasa takut kelelahan, semangat melakukan tes kesegaran jasmani, cuaca pada saat melakukan tes kesegaran jasmani sangat mendukung, siswa tertib dalam pelaksanaan sesuai dengan instruksi dari peneliti, istirahat yang cukup karena satu minggu sebelum pelaksanaan tes TKJI peneliti menghimbau agar siswa istirahat yang teratur, peneliti sudah menyiapkan tes TKJI dengan sebaik mungkin. Dengan segala kemungkinan yang ada di atas siswa dapat memperoleh tingkat kesegaran jasmani dengan kategori baik. Siswa di SMP Unggulan dan di SMP Non Unggulan yang mendapatkan kategori baik dimungkinkan setiap siswa sebagian besar sudah memiliki komponen-komponen dan unsurunsur yang terkandung dalam kesegaran jasmani, dimungkinkan ia akan mampu melakukan beberapa macam tes dengan mudah dan lancar tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dwiyogo dan Sulistyorini 2

(1991:15) menyatakan bahwa untuk mendapatkan kesegaran jasmani bagi setiap orang diperlukan suatu usaha, karena kesegaran jasmani tidak dapat diperoleh dengan sendirinya tanpa suatu usaha latihan yang teratur dan sistematis. Selain siswa yang sebagian besar mendapatkan kategori tingkat kesegaran jasmani yang baik, ada juga siswa di SMP Unggulan dan di SMP Non Unggulan yang mendapatkan hasil yang sedang atau bahkan kurang. Hal tersebut diduga karena ada hal-hal yang mempengaruhi kesegaran jasmani di antaranya adalah: Siswa merasa malas berolahraga dan tidak mau mengikuti olahraga yang diberikan oleh guru, siswa juga sering mengeluh karena cuaca panas. Faktor makanan dan gizi. Makanan bergizi mempengaruhi kesehatan dan kesegaran jasmani, makanan bergizi tidak harus mahal dan banyak tetapi makanan yang murah dan cukup mempunyai kandungan gizi yang tinggi akan lebih banyak mempengaruhi terhadap kesehatan, Faktor Kebiasaan Hidup Sehat. Istirahat yang tidak memerlukan aktivitas yaitu tidur. Kebiasaan hidup sehat membutuhkan waktu istirahat tidur sekurang-kurangnya 8 jam di malam hari. Mengkonsumsi makanan dengan tidak mengabaikan kelompok dasar yaitu: nasi, sayur, lauk pauk hewani dan nabati serta buahbuahan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesegaran jasmani siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan yang berjumlah 80 siswa dengan tingkat kesegaran jasmani baik (B) 9 siswa (11%), kategori sedang (S) 54 siswa (68%), dan kategori kurang (K) 17 siswa (21%). Jadi dapat disimpulkan siswa SMP Unggulan yang berkategori baik yaitu (11%), dan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan yaitu 339,90. Sedangkan untuk SMP Non Unggulan siswa yang mengikuti kegiatan ekstarkurikuler sepakbola yang berjumlah 91 siswa dengan tingkat kesegaran jasmani kategori baik sekali (BS) 15 siswa (17%), kategori baik (B) 73 siswa (80%), kategori sedang (S) 3 siswa (3%). Jadi dapat disimpulkan siswa SMP Non Unggulan yang berkategori baik sekali (BS) yaitu (17%), dan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Non Unggulan 409,00. Jadi dengan adanya perbedaan kondisi sekolah dan kegiatan pembelajaran yang berbeda dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani yang dimiliki oleh setiap siswa. SARAN 1. Bagi Guru Pendidikan Jasmani SMP yang menjadi tempat penelitian: a) SMP Non Unggulan Dengan adanya gambaran perbedaan tingkat kesegaran jasmani ini, khususnya pada SMP Unggulan dimana telah diketahui bahwa tingkat kesegaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola memiliki rata-rata lebih rendah di bandingkan dengan rata-rata tingkat kesegaran jasmani siswa ekstrakurikuler 3

sepakbola di SMP Non Unggulan. Dengan demikian diharapkan bagi guru pendidikan jasmani agar meningkatkan pembelajaran yang telah diterapkan pada siswa dan memberikan penanganan secara khusus terhadap siswa yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang rendah dengan memberikan kegiatankegiatan yang dapat meningkatkan tingkat kesegaran jasmani siswa agar menjadi lebih baik. b. Guru pendidikan jasmani SMP Non Unggulan Disarankan untuk tidak bosan-boasnnya memberikan motivasi terhadap siswa agar dapat menjaga dan mengembangkan tingkat kesegaran jasmani siswa untuk menjadi lebih baik dan berprestasi. 2. Bagi peneliti selanjutnya Dengan hasil penelitian ini tingkat kesegaran jasmani siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMP Unggulan dan SMP Non Unggulan memiliki perbedaan. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka untuk peneliti selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam, detail, dan mengembangkan dalam bentuk penelitian lain dengan variabel dan subyek penelitian yang lebih luas lagi. DAFTAR RUJUKAN Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta BSNP. 2006. Standar Isi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Badan Standar Satuan Pendidikan. Dwiyogo, Wasis dan Sulistyorini. 1991. Pengetahuan Kesegaran Jasmani (Suatu pengantar). Malang: IKIP Malang. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, 2003. Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta. Engkos Kosasih. 1985. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademika Pressindo. Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kepeendidikan. Ichsan, M. 1988. Pendidikan Kesehatan dan Olahraga. Jakarta. Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta. Setyosari, P. 2001. Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktek. Malang : Elang Emas. Swanpo & Mary, W. 1975. Concepts of Sports Sciences. Jakarta: Pusat Ilmiah Keolahragaan Koni. 4

Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 5