BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan milik petani yang mempunyai tanaman jati pada hutan rakyat di Desa Karanglayung, Desa Babakan Asem dan Desa Conggeang Kulon, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang serta tegakan jati umur 3 tahun dan 12 tahun di RPH Cipelang dan tegakan jati umur 6 tahun di RPH Sampora, BKPH Conggeang, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada bulan Oktober hingga November 2010. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lahan milik petani dengan tanaman pokok jati. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah pita ukur, haga hypsometer, kompas, tali rafia atau tambang, golok atau parang, tally sheet, alat tulis, ring tanah, spiracle densiometer, lembar kuisioner, sekop, alat hitung, kantong plastik, alat tulis, program Minitab14 dan kamera digital. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan dan wawancara. Observasi lapangan dilakukan terutama dalam penghitungan potensi tegakan jati dengan cara pengukuran dimensi pohon. Sedangkan wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung kepada penggarap atau pemilik lahan. Jenis data yang akan dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu : Data primer yang meliputi data dimensi tanaman pokok dan sejarah pengelolaan lahan. Data sekunder yang diperoleh dengan cara studi pustaka dan pencarian literatur. Data sekunder ini meliputi data kondisi umum wilayah penelitian, batas administatif kecamatan, kondisi fisik, data monografi kabupaten dan kecamatan dan lain-lain.
12 3.3.2 Metode pengambilan contoh Pengambilan contoh plot sampling dilakukan secara bertahap (multistage sampling), dimana tahap pertama yaitu menentukan kecamatan contoh. Tahap kedua penentuan desa contoh dari kecamatan yang terpilih dan tahap ketiga penentuan petani contoh dari desa yang terpilih. Sedangkan untuk menentukan contoh pada setiap tahapnya dilakukan secara purposive sampling dengan mempertimbangkan keterwakilan untuk memperoleh kemudahan teknis pelaksanaan penelitian di lapangan, faktor aksesibilitas dan informasi dari penyuluh kehutanan tingkat kecamatan. Penentuan kecamatan contoh telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti yaitu di Kecamatan Conggeang, yang didasarkan pada potensi hutan rakyat yang besar dan luasannya dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Sumedang. Tahap selanjutnya yaitu penentuan desa contoh. Pada dasarnya cara penentuan desa contoh berdasarkan asumsi bahwa desa yang mempunyai luasan hutan rakyat besar mempunyai potensi yang besar, sehingga banyaknya desa yang diambil sebanyak 3 desa untuk mewakili desa yang mempunyai potensi tinggi, sedang dan rendah. Terakhir yaitu penentuan petani hutan rakyat dari desa-desa yang sudah ditentukan. Jumlah petani terpilih yaitu 6-7 orang per desa diperoleh dengan cara menentukan secara acak para petani berdasarkan keterangan petugas penyuluh lapangan. Jadi total responden yang terpilih sebanyak 20 orang. 3.3.3 Pengambilan data dimensi tanaman pokok Dimensi tanaman pokok yang diamati adalah tinggi, diameter, panjang dan lebar tajuk pohon. Pengambilan data dilakukan secara sensus terhadap lahan milik masyarakat dengan memilih lahan yang dinilai dapat mewakili kondisi hutan rakyat yang ada di Kecamatan Conggeang. Tinggi pohon diukur menggunakan haga hypsometer, sedangkan diameter pohon diukur menggunakan pita ukur. Pengukuran diameter dilakukan pada ketinggian setinggi dada atau sekitar 1,3 m dari permukaan tanah. Panjang dan lebar tajuk diukur dengan pita ukur pada proyeksi tajuk pohon yang diamati. Panjang tajuk merupakan tajuk terpanjang dari pohon jati yang diukur pada garis proyeksinya yang tegak lurus ke tanah. Lebar tajuk yang
13 diukur adalah tajuk terlebar dari pohon jati yang garis proyeksinya tegak lurus dengan garis imajiner dari proyeksi tajuk terpanjang yang sudah diukur. Arah proyeksi tajuk juga diamati dengan menggunakan kompas, azimuth proyeksi tajuk yang diukur adalah penyimpangannya dari arah Utara. Pengukuran dilakukan dengan cara berdiri di bawah tajuk dan mengarahkan kompas pada arah proyeksi tajuk pohon. 3.3.4 Pengambilan data persentase penutupan tajuk Persentase penutupan tajuk diukur untuk menduga besarnya jumlah radiasi sinar matahari yang menembus sampai ke tanah. Radiasi sinar matahari ini penting artinya bagi pertumbuhan tanaman khususnya tanaman pertanian yang dibudidayakan di bawah tegakan jati. Pendugaan penutupan cahaya matahari oleh tajuk tegakan ini dilakukan dengan menggunakan alat spiracle densiometer. Titik pengukuran pada masing-masing lokasi ditetapkan secara acak sebanyak 10 titik contoh yang tersebar merata pada lokasi yang dianggap mewakili, masing-masing titik diukur pada 4 arah mata angin. Pengamatan pada masing-masing titik dilakukan dengan cara meletakkan spiracle densiometer pada jarak 30-45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Masing-masing kotak dihitung persentase bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan. Terbuka penuh memiliki bobot 4 (100 %), bobot 3 (75 %), bobot 2 (50 %), bobot 1 (25 %), bobot 0 (tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat). Data pengukuran masing-masing titik selanjutnya dijumlahkan dan merupakan nilai pada titik. Bobot rata-rata pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus: T Ti 1 T 2 T N 3... T n 1,04 Ket: Ti : Keterbukaan tajuk Tn N : Bobot pada masing-masing titik pengukuran : Jumlah titik pengukuran 1,04 : Faktor koreksi
14 Persentase penutupan tajuk (T) pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus: T = 100-Ti (Rifa i 2010). 3.3.5 Pengambilan data tanah Data tanah yang diperlukan adalah sifat fisik dan sifat kimia tanah. Pengukuran data sifat fisik tanah dilakukan dengan menggunakan metode tanah tidak terusik dan metode tanah terusik. Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah tidak terusik adalah ring tanah. Pengambilan contoh tanah untuk penentuan sifat fisik maupun sifat kimia tanah dilakukan pada masing-masing lahan yang sudah dipilih. Sifat fisika tanah yang diamati antara lain tekstur tanah, berat isi, ruang pori dan kadar air contoh tanah. Cara pengambilan tanah utuh adalah sebagai berikut : a. Lapisan tanah diratakan dan dibersihkan dari serasah serta bahan organik lainnya, kemudian tabung diletakkan tegak lurus dengan permukaan tanah. b. Tanah di sekitar tabung digali dengan sekop. c. Tanah dikerat dengan pisau sampai hampir mendekati bentuk tabung. d. Tabung ditekan sampai 3/4 bagiannya masuk ke dalam tanah. e. Tabung lainnya diletakkan tepat di atas tabung pertama, kemudian ditekan kembali sampai bagian bawah dari tabung ini masuk ke dalam tanah kirakira 1 cm. f. Tabung kedua dipisahkan dengan hati-hati, kemudian tanah yang berlebihan pada bagian atas dan bawah tabung dibersihkan. g. Tabung ditutup dengan tutup plastik. Sifat kimia tanah seperti ph tanah, kandungan bahan organik, nitrogen, serta unsur-unsur hara yang lain diamati dengan cara mengambil contoh tanah menggunakan metode sebagai berikut : a. Titik pengambilan contoh tanah pada masing-masing petak pengamatan dilakukan secara acak sebanyak 1 titik contoh pada lokasi yang dianggap mewakili. b. Permukaan tanah dibersihkan dari rumput, batu, atau kerikil, dan sisa-sisa tanaman atau bahan organik segar atau serasah.
15 c. Tanah dicangkul sedalam lapisan olah (±20 cm), kemudian pada sisi yang tercangkul, tanah diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan sekop atau cangkul. Berat contoh tanah yang diambil adalah 500 gr dari setiap petak pengamatan. d. Contoh tanah diberi label yang berisi keterangan: tanggal dan kode pengambilan (nama pengambil), nomor contoh tanah, lokasi (desa/kecamatan/kabupaten), dan kedalaman contoh tanah. e. Contoh tanah kemudian dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB. 3.3.6 Penelusuran sejarah pengelolaan lahan Penelusuran sejarah pengelolaan lahan dilakukan untuk mengetahui tehnik dan sistem pengelolaan yang dilakukan petani dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman pokok jati. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan petani. Wawancara dilakukan dengan dua teknik yaitu wawancara secara terstruktur, menggunakan daftar kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan dilakukan juga wawancara bebas atau semi terstruktur yang dilakukan tanpa kuisioner. Isi wawancara menekankan pada aspek kegiatan pengelolaan lahan(persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dll.), asal benih yang ditanam, sampai dengan penerapan teknologi pada masing-masing lahan yang terpilih. Responden yang dipilih adalah petani atau penggarap lahan terpilih yang merupakan objek dari kegiatan penelitian. 3.3.7 Analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif terhadap parameter pertumbuhan tanaman pokok jati kaitannya dengan pola agroforestri yang dikembangkan dan tehnik pengelolaan lahan yang dilakukan. Data hasil pengukuran pada hutan rakyat akan dibandingkan dengan hasil pengukuran pada hutan monokultur pada umur yang sama. Data pengukuran antara hutan rakyat dan hutan monokultur dilakukan uji sidik ragam dengan menggunakan program Minitab14 untuk mengetahui adanya perbedaan dari pengaruh pengelolaan hutan pada umur tanam yang sama. Parameter yang diamati adalah umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi dan peninggi.