NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATERS PIPA PARALLEL

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER DAN TANPA AIR HEATER UNTUK BEJANA PENGUAP PIPA API

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER DAN TANPA AIR HEATER UNTUK BEJANA PENGUAP PIPA API

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi

UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT KONTINU

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

BAB I PENDAHULUAN. Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan. tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

PEMBUATAN BOILER BERBAHAN BAKAR SERBUK BATU BARA MENGGUNAKAN PROSES PEMBAKARAN CYCLO. M Denny Surindra 1*

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan suatu penyebab pencemaran lingkungan dan. polusi udara. Penanganan yang kurang tepat dapat memicu terjadinya hal

BAB I PENDAHULUAN. Energi alternatif yang dapat diperbarui salah satunya adalah. pengolahan sampah organik. Di Indonesia sering sekali kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

BAB III PROSES PEMBAKARAN

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat. sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

ANALISA KARAKTERISTIK SERABUT SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PADA BOILER

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

PENGARUH DISTRIBUTOR UDARA PADA TUNGKU GASIFIKASI UPDRAFT

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH ABU KETEL, JARAK DAN GLISERIN. Samsudi Raharjo 1. Abstrak

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair,

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU INDUSTRI TAHU DENGAN VARIASI DEBIT UDARA PRIMER Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh DIDIK ARI WIBOWO D 200 070 024 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 0

1

Inovasi Teknologi Tungku Pembakaran Industri Tahu Dengan Variasi Debit Udara Primer Didik Ari Wibowo, Sartono Putro, Nur Aklis Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Email : Gewolcaem@yahoo.com ABSTRAKSI Tungku adalah alat bantu yang umumnya terbuat dari tanah liat atau susunan batu bata yang digunakan dalam proses pembakaran dengan bahan bakar padat, briket, atau sampah organik untuk proses memasak didapur. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kinerja dari tungku pembakaran menggunakan variasi debit udara primer 0,020 m 3 /s, 0,023 m 3 /s, 0,026 m 3 /s terhadap pengaruh temperatur tungku, temperatur air pendidihan, laju kebutuhan bahan bakar, dan efisiensi thermal persatuan waktu dengan menggunakan bahan bakar sekam padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi debit udara mempengaruhi besarnya temperatur pembakaran tungku, waktu pendidihan air, laju kebutuhan bahan bakar, efisiensi termal pada tungku tersebut. Maka dapat disimpulkan pada penelitian dari ketiga variasi debit udara tersebut didapatkan semakin rendah debit udara semakin lama waktu pendidihan air, tetapi kebutuhan bahan bakar sedikit dan efisiensi thermal tinggi, sedangkan semakin tinggi debit udara semakin cepat waktu pendidihan air, tetapi kebutuhan bahan bakar banyak dan efisiensi tungku rendah. Efisiensi thermal tungku tertinggi dihasilkan dari pengujian variasi debit udara primer 0,023 m 3 /s. Kata Kunci: Tungku Pembakaran, Sekam Padi, Efisiensi Thermal Tungku 2

PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi bahan bakar fosil dan penyediaan sumber daya alam yang semakin meningkat adalah masalah yang penting untuk kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin meningkat sehingga berkurangnya sumber energi fosil seperti gas bumi, minyak bumi, batubara dan lain sebagainya. Berkurangnya sumber energi di dunia yang digunakan untuk kegiatan industri mengakibatkan harga energi yang terus meningkat. Dalam kegiatan industri banyak yang menggunakan energi alternatif. Misal kayu, tetapi sekarang kayu juga sulit didapatkan karena penebangan hutan secara liar sehingga keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan yang menyebabkan harga kayu meningkat. Untuk mengurangi beban masyarakat khususnya di pedesaan yang masih sangat tergantung dengan bahan bakar minyak bumi dibutuhkan energi alternatif yang bisa diperbaharui murah dan mudah didapatkan disekitar mereka. Contohnya serbuk gergaji, sekam padi, kayu bakar dan lain-lain. Bahan bakar tersebut memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi bahan bakar alternatif di masyarakat pedesaan. Negara Indonesia banyak terdapat industri kecil seperti industri tahu, industri tempe dan lainnya. Kebanyakan dalam proses memasak masih menggunakan tempat tungku pembakaran sederhana yang bentuk dan modelnya belum pernah ada teorinya, hanya berdasarkan pembuatan dari nenek moyang dan turun menurun sampai sekarang. Pada proses memasak pada pengolahan tahu, kebanyakan industri kecil menggunakan sekam padi sebagai bahan bakarnya. Banyak sedikitnya uap panas hasil perebusan air pada ketel yang menentukan cepat atau tidak proses pemasakan. Akan tetapi dengan tungku yang pakai sekarang, panas yang dihasilkan untuk merebus air masih kurang maksimal, dikarenakan tidak berpusatnya api dan kurang stabilnya api yang dihasilkan. Dengan mendesain ulang tungku yang lebih efisien, diharapkan panas yang dihasilkan dapat terpusat pada ketel, sehingga panas yang dihasilkan lebih besar dan stabil agar air cepat menguap, sehingga dapat menekan biaya produksi dan menghemat bahan bakar yang dipakai tentunya. 3

Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh kinerja tungku pembakaran terhadap pengaruh Variasi Debit Udara Primer? 2. Berapa persen efisiensi thermal yang dipakai pada proses pembakaran tungku? Batasan Masalah 1. Rincian tentang perhitungan rancangan tungku diabaikan. 2. Kondisi temperatur udara sekitar dianggap seragam. 3. Menggunakan desain dengan Variasi Debit Udara Primer. 4. Bahan bakar yang digunakan adalah sekam padi. 5. Rincian tentang perhitungan variasi kecepatan udara diabaikan. Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana kinerja dari tungku pembakaran menggunakan Variasi Debit Udara Primer terhadap pengaruh temperatur tungku, temperatur air pendidihan, kebutuhan bahan bakar, dan efisiensi thermal persatuan waktu. TINJAUAN PUSTAKA Bulgan (2006), tungku pembakaran selain dinilai efektif, efisien, juga aman bagi masyarakat dan lingkungan. Sebab, tungku pembakaran tidak menggunakan minyak tanah dan debu dari bekas pembakaran juga bisa digunakan untuk pupuk. Tungku mini ini bisa dibuat dari bekas kaleng cat 25 kg dan melubangi bagian bawah kaleng. Kemudian tutup kaleng cat dilubangi dan dijadikan saringan yang ditempatkan pada seperempat ketinggian kaleng. Lebih lanjut, Bulgan menjelaskan, saringan ini berfungsi agar debu hasil pembakaran dapat turun ke bagian bawah tungku selain agar oksigen dapat masuk ke ruang pembakaran sehingga bara api tidak mati dan asap yang dihasilkan pun tidak banyak. Semakin banyak udara masuk maka proses pembakaran lebih cepat dan polusi asap semakin sedikit, ucapnya. Supriyatno.dkk (1994), Tungku berskala rumah tangga dan industri perajin sebagai alat untuk proses memasak telah dikembangkan dan disebarluaskan melalui berbagai program penelitian dan pengembangan, baik oleh DIP pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Beberapa tungku percontohan yang dikembangkan melalui cara modifikasi misalnya adalah Tungku modifikasi singer oleh LFN-LIPI. Tungku lowon oleh Dian Desa, Tungku Tahu Industri Rakyat 4

dan Tungku Rumah Tangga Modifikasi DJLEB, juga Tungku Sumarni yang dikenal melalui lomba tungku hemat energi tingkat nasional prakarsa Ditjen ketenagaan. Hasil pengembangan Tungku Modifikasi Singer disebarluaskan ke desa-desa berbagai tempat di Pulau Jawa dan Lampung dan diberbagai Desa diluar Pulau Jawa melalui program Teknologi Sistim Padat Karya Departemen Tenaga Kerja. Sedangkan Tungku Sumarni, tungku terbaik dalam lomba tungku hemat energi disebarkan di desa-desa di dalam dan luar Pulau Jawa. Sujono, dkk. (2002), mengemukakan bahwa parameter yang mempengaruhi karakteristik pembakaran adalah kondisi bentuk aliran udara yang masuk ke ruang bakar dan kecepatan injeksi bahan bakar. Hasil penelitian menunjukan bahwa kenaikan kecepatan udara sekunder pada kondisi AFR ( Air Fuel Ratio ) dengan kecepatan udara primer konstan akan menaikan temperature maksimum hasil pembakaran dan panjang nyala api cenderung berkurang. Sedangkan kecepatan udara sekunder pada kondisi laju aliran massa bahan bakar dengan kecepatan udara primer konstan akan mengakibatkan perubahan temperature maksimum yang tidak linear dan panjang api berkurang. Ismun (1998), tungku adalah tempat perapian yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk memasak. Ada tiga unsur penting yang harus dipenuhi agar suatu alat dapat disebut tungku, yakni tempat (dudukan) untuk meletakkan sesuatu, api yang ada didalamnya, berfungsi untuk memanaskan dalam memasak sesuatu. Proses Pembakaran Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan produksi panas, atau panas dan cahaya. Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya jika ada pasokan oksigen yang cukup. Oksigen (O2) merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang jumlahnya mencapai 20.9% dari udara. Bahan bakar padat atau cair harus diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas untuk mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada keadaan normal jika terdapat udara yang cukup. Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan sisanya merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai 5

pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran. Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran dengan cara menyerap panas dari pembakaran bahan bakar dan mengencerkan gas buang. Nitrogen juga mengurangi transfer panas pada permukaan alat penukar panas, juga meningkatkan volum hasil samping pembakaran, yang juga harus dialirkan melalui alat penukar panas sampai ke cerobong. Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen (terutama pada suhu nyala yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NOx), yang merupakan pencemar beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam bahan bakar bercampur dengan oksigen di udara membentuk karbon dioksida, uap air dan sulfur dioksida, melepaskan panas masing-masing 8.084 kkal, 28.922 kkal dan 2.224 kkal. Pada kondisi tertentu, karbon juga dapat bergabung dengan oksigen membentuk karbon monoksida, dengan melepaskan sejumlah kecil panas (2.430kkal/kg karbon). Karbon terbakar yang membentuk CO2 akan menghasilkan lebih banyak panas per satuan bahan bakar dari pada bila menghasilkan CO atau asap. Proses pembakaran adalah reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen (O 2 ) dari udara. Hasil pembakaran yang utama adalah karbondioksida (CO 2 ), uap air (H 2 O), dan disertai energi panas. Reaksi kimia dari proses pembakaran adalah sebagai berikut: C + O 2 CO 2 2H 2 + O 2 2H 2 O Bahan bakar + Jumlah udara Karbondioksida + Uap air + Nitrogen dan gas-gas lainnya (kecuali oksigen) Komposisi Bahan Bakar Sekam padi adalah kulit terluar dari gabah yang banyak terdapat di penggilingan padi. Sekam padi sendiri merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butih gabah yang terdiri dari dua belahan yaitu lemma dan pelea yang saling bertautan (Tim Cahaya, 2008). Tabel 1. Komposisi Kimia Sekam Menurut Suharno (1979) Tabel 2. Komposisi Kimia Sekam 6

Menurut DTC-IPB yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor sebagai berikut: ( sidik, 2008 ) 1. massa zat 2. jenis zat Karakteristik kandungan pada komposisi sekam padi ( polisakarida) / (C 6 H 10 O 5 ) Sifat fisika sekam padi (Endang Mastuti W, 2005) sebagai berikut: Berat molekul : 41240 gram/mol (Branca dkk., 2004) Suhu pembakaran : 100 o C s/d 900 o C Nilai kalor C 6 H 10 O 5 : 3.300 Kkal/kg (Ir. Dorlan Sipahutar) 3. perubahan suhu Kalor pada suhu antara 27 0 s/d 100 0 dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut : Q = m. c p. ΔT...(3) Dimana : Q = Kalor yang dibutuhkan (kj) m = massa benda (kg) c p = kalor jenis air=(4,2 kj/kg o C) ΔT =(t 2 -t 1 ) perubahan suhu ( o C) Sifat kimia sekam padi sebagai berikut: 1. Reaksi pembakaran sempurna teoritis sekam padi menghasilkan gas karbondioksida dan uap air. Reaksi: Bunga api C 6 H 10 O 5 + 6O 2 6CO 2 +5H 2 O..(1) 2. Reaksi pembakaran sempurna sekam padi di alam terdapat kandungan nitrogen yang berasal dari udara pembakaran. Reaksi: Kalor pada saat air mendidih dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut : Q = m. h fg...(4) atau Q = m. HHV...(5) Dimana : Q = Kalor yang dibutuhkan (kj) m = massa uap hasil ketel (kg) h fg = panas uap laten (kj/kg) HHV= Nilai kalor tertinggi (kj) Bunga api C 6H 10O 5+6O 2+ 4N 2 6CO 2+5H 2O+4N 2+ heat..(2) Kalor Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor m dapat diketahui dari volume air yang berubah menjadi uap pada ketel dengan persamaan sebagai berikut : v air menjadi uap = v a - v b...(6) 7

Dimana : v air menjadi uap = volume air berubah manjadi uap (m 3 ) v a = volume air awal (m 3 ) v b = volume air akhir (m 3 ) Diketahuinya v air menjadi uap, sehingga m dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut : m = ρ. v air menjadi uap...(7) Dimana : m = masa uap ketel (kg) ρ = massa jenis uap air (100 o C = 0,598 kg/m 3 ) v air menjadi uap = volume air berubah manjadi uap (m 3 ) Kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : (Syamsir, 1988;47) Q f = W f. (LHV). η f...(8) Keterangan : Q f = Kalor yang dihasilkan (kj) W f = Pemakaian BB (kg) LHV=Nilai kalor terendah (kj/kg) η f =Efisiensi dapur 0,90 s/d 0,97 8

METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Mulai Pembuatan desain alat Pembuatan alat Uji coba alat dengan bahan bakar sekam Pengujian 1 pengambilan data temperatur, pengurangan volume air, penggunaan bahan bakar, dengan variasi debit udara 0,020 m 3 /s Pengujian 2 pengambilan data temperatur, pengurangan volume air, penggunaan bahan bakar, dengan variasi debit udara 0,023 m 3 /s Pengujian 3 pengambilan data temperatur, pengurangan volume air, penggunaan bahan bakar, dengan variasi debit udara 0,026 m 3 /s Analisis data dan penarikan kesimpulan Selesai Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 10 9

INSTALASI PENGUJIAN Gambar 2. Instalasi Tungku Pembakaran Keterangan gambar: 1. Pintu pembakar Primer 2. Pintu pembakar Skunder 3. Tangga turunnya bahan bakar 4. Ruang bakar 5. Tangki/ Drum 6. lubang keluar asap 7. Cerobong asap 8. Blower 9. Thermokopel 1 10.Thermokopel 2 11.Thermokopel 3 12.Thermokopel 4 10

Cara kerja dari tungku tersebut : Kinerja dari tungku tersebut dimulai dari proses pembakaran ruang bakar, yang bahan bakarnya masuk melalui lubang masukan primer kemudian menggunakan blower yang terletak di depannya untuk mengaliri debit udara 0,020 m 3 /s, 0,023 m 3 /s, 0,026 m 3 /s. Energi kalor dari proses pembakaran bahan bakar dari sekam padi digunakan untuk menaikkan suhu temperatur air yang ada pada drum sehingga air yang ada dalam drum akan mendidih dan menghasilkan uap panas. Asap hasil pembakaran akan tersaring dan terbuang pada cerobong, sehingga polusinya dapat ditekan seminimal mungkin. Bahan Penelitian Sekam padi. Sekam padi adalah kulit terluar dari gabah yang banyak terdapat di penggilingan padi. Sekam padi sendiri merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butih gabah yang terdiri dari dua belahan yaitu lemma dan pelea yang saling bertautan (Tim Cahaya, 2008). Peralatan 1. Stopwatsh 2. Timbangan manual 3. Blower 4. Anemometer Digital 5. Thermokopel 6. Reaktor Pembakaran 7. Drum Air Langkah-langkah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Menimbang bahan sekam padi yang akan digunakan sebagai bahan bakar penelitian (kg). 2. Mengisi air pada tangki air sampai 80-90% dari volume tangki. 3. Membuat bara api dari serutan kayu dan sekam padi. 4. Memulai proses perebusan air dan mencatat waktu awal penyalaan (menit). 5. Mengukur panas ( o C) mulai dari tungku pembakaran depan, api langsung, ketel air, cerobong bawah, cerobong 10 11

atas setiap 20 menit sekali sampai air mendidih. 6. Mencatat waktu air mendidih (menit) 7. Mengukur panas ( o C) setelah air mendidih pada ketel mulai dari tungku pembakaran depan, api langsung, ketel air, cerobong bawah, cerobong atas. 8. Mengukur panas ( o C) setelah air mendidih 20 menit sesudahnya sampai 60 menit mulai dari tungku pembakaran depan, api langsung, ketel air, cerobong bawah, cerobong atas. 9. Mencatat waktu berakhirnya proses pembakaran. Mematikan api dan mengukur berat dari abu sekam hasil pembakaran (kg) dan mengukur volume air isian ketel (m 3 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan perbedaan temperatur pada setiap percobaan : 1. Temperatur Tungku Gambar 11. Hubungan antara temperatur tungku dengan waktu selama proses pengujian. Dari gambar 11. diketahui diketahui bahwa meningkatnya temperatur tungku yang dihasilkan dari pembakaran dibandingkan dengan lama waktu proses pengujian. Suhu terendah pada awal proses pengujian diketahui pengujian pertama dengan menggunakan blower dengan debit udara 0.020 m 3/ s pada temperatur 744 o C, pada waktu 20 menit pertama. Selama proses pembakaran, pada poses pengujian terakhir menggunakan blower dengan debit udara 0.026 m 3/ s, suhu tungku meningkat sampai batas tertinggi yang 12 10

diketahui pada temperatur 1071 o C, pada waktu 80 menit, kemudian temperatur mengalami ketidakstabilan. Dari hasil pengujian diketahui bahwa temperatur tungku mengalami perubahan yang signifikan, dengan variasi debit udara langsung menggunakan blower. Tetapi udara yang masuk ke dalam ruang tungku jg tergantung dari temperatur keadaan cuaca sekitar. 2. Temperatur Air Gambar 13. Hubungan antara temperatur air dengan waktu selama proses pengujian. Dari gambar 13. diketahui bahwa temperatur dan waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air berbeda. Waktu untuk mendidihkan air yang paling lama diketahui pada pengujian dengan menggunakan blower dengan debit udara 0,020 m3/s dengan waktu 100 menit pada titik didih 98 o C, sedangkan waktu pendidihan paling cepat diketahui pada dengan waktu 80 menit pada titk didih 97 o C dengan debit udara 0,026 m 3 /s. suhu yang dicapai dalam percobaan cenderung stabil yaitu dengan tekanan 1 atm. Dari hasil pengujian diketahui bahwa bila tekanan udara kurang dari 1 atmosfer, maka zat cair dapat mendidih di bawah titik didih normalnya dan kenaikan tekanan pada permukaan air akan menaikkan atau menurunkan titik didihnya, jadi titik didih zat cair bergantung pada tekanan udara di atas permukaan zat cair itu. Lamanya zat cair mendidih dipengaruhi juga oleh volume zat cair tersebut, besar atau lebarnya volume penampang tempat pendidihan. 13 10

3. Laju Kebutuhan Bahan Bakar Gambar 14. Hubungan antara laju kebutuhan bahan bakar dengan waktu selama proses pengujian. Dari gambar 14. diketahui bahwa pemakaian bahan bakar pada setiap pengujian berbeda. Pemakaian Bahan bakar yang paling sedikit diketahui pada pengujian dengan debit udara 0,020 m 3 /s dengan kebutuhan bahan bakar sebanyak 22,5 kg, dengan waktu terlama yaitu 150 menit, setiap 5 menit menghabiskan 0,75 kg bahan bakar. Pemakaian bahan bakar paling banyak diketahui pengujian dengan debit udara 0,023 m 3 /s, sebanyak 24 kg, dengan waktu tercepat yaitu 120 menit, setiap 5 menit menghabiskan 1 kg bahan bakar. pengujian berbeda. Kebutuhan bakar itu di pengaruhi oleh nyala pembakaran tungku, semakin besar pasokan debit udara yang dihasilkan maka semakin besar pula nyala api pembakaran dan semakin bertambah pula konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan. Kestabilan titik api juga akan mempengaruhi proses pembakaran untuk mencapai tidik didih air. 4. Efisiensi Thermal Efisiensi Tungku 1. Pengujian Untuk Mendidihkan Air Waktu dan bahan bakar yang digunakan untuk mendidihkan 1 liter air dapat diketahui dari tabel berikut : Tabel 3.Tabel uji pendidihan air Dari hasil pengujian diketahui bahwa laju kebutuhan bahan bakar pada setiap 10 14

2. Pengujian Untuk Merubah Air Menjadi Uap Waktu dan bahan bakar yang digunakan untuk merubah air menjadi uap dapat diketahui dari tabel berikut : Tabel 4. Tabel pengujian merubah air menjadi uap Efisiensi Thermal Pada Tungku 1. Kalor pendidihan air Kalor yang diperlukan untuk mendidihkan air pada percobaan, diketahui dari tabel berikut : Tabel 5. Tabel kalor mendidihkan air. Dari hasil pengujian diketahui bahwa laju kebutuhan bahan bakar pada setiap pengujian berbeda. Kebutuhan bakar itu di pengaruhi oleh nyala pembakaran tungku, semakin besar pasokan debit udara yang dihasilkan maka semakin besar pula nyala api pembakaran dan semakin bertambah pula konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan. Kestabilan titik api juga akan mempengaruhi proses pembakaran untuk mencapai tidik didih air. 2. Kalor untuk merubah air menjadi uap Kalor yang diperlukan untuk merubah air menjadi uap pada percobaan, diketahui dari tabel berikut : Tabel 6. Tabel kalor merubah air menjadi uap. 15 10

3. Efisien Thermal Tungku Efisiensi thermal tungku th diperoleh dari hasil percobaan, dapat dicari dari persamaan berikut, yaitu : kalor yang terpakai kalor yang dihasilkan bahan bakar 100%.(9) Tabel 7. Tabel efisiensi thermal tungku th PENUTUP Kesimpulan 1. Temperatur Tungku Dari hasil pengujian diketahui perbandingan suhu terendah pada temperatur tungku berselisih antara temperatur 10 o C s/d 30 o C, sedangkan perbandingan suhu tertinggi berselisih antara temperatur 30 o C s/d 50 o C, ini menunjukkan bahwa temperatur tungku pada pengujian yang telah dilakukan dengan variasi debit udara 0,020 m 3/ s, 0,023 m 3/ s, 0,026 m 3/ s menunjukkan perbedaan yang signifikan, dikarenakan udara yang dihembuskan akan stabil sehingga akan mempengaruhi perubahan suhu pada tungku tersebut secara signifikan. 2. Temperatur Air Pendidihan Dari hasil pengujian diketahui bahwa temperatur dan waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air berbeda-beda. Waktu untuk mendidihkan air yang terlama diketahui pada debit udara 0,020 m 3/ s adalah 100 menit yang mendidih pada suhu 98 o C, sedangkan waktu pendidihan paling cepat diketahui pada debit udara 0,026 m 3/ s dengan waktu 80 menit yang mendidih pada suhu 97 o C. Ini menunjukkan jika tekanan udara kurang dari 1 atmosfer, maka zat cair dapat mendidih di bawah titik didih normalnya dan kenaikan tekanan pada permukaan air akan menaikkan atau menurunkan titik didihnya, jadi titik didih zat bergantung pada tekanan udara di atas permukaan zat itu. Lamanya zat cair mendidih dipengaruhi juga oleh besar volume zat cair tersebut. 3. Laju Kebutuhan Bahan Bakar Dari hasil pengujian diketahui laju kebutuhan bahan bakar yang paling sedikit pada debit udara 0,020 m 3/ s dengan kebutuhan 22,5 kg, dengan waktu terlama yaitu 150 menit, yang tiap 5 menitnya menghabiskan 0,75 kg bahan bakar, sedangkan pemakaian bahan bakar 10 16

terbanyak diketahui pada debit udara 0,026 m 3/ s yaitu 24 kg, dengan waktu tercepat 120 menit, yang tiap 5 menitnya menghabiskan 1 kg bahan bakar. Ini menunjukkan bahwa laju kebutuhan bahan bakar pada setiap pengujian berbeda beda, dikarenakan kebutuhan bakar itu dipengaruhi oleh banyaknya zat yang akan dipanaskan untuk mencapai titik didih, semakin banyak zat yang akan dididihkan maka semakin banyak pula bahan bakar yang dibutuhkan dalam pembakaran. 4. Efisiensi Thermal Tungku Dari hasil pengujian diketahui efisiansi thermal tungku yang tertingi pada debit udara 0,023 m 3/ s, yaitu 76,17%, sedangkan efisien thermal tungku terendah pada debit udara 0,020 m 3/ s, yaitu 68,91%. Ini menunjukkan debit udara kapasitas 0,023 m 3/ s yang efesiensi thermalnya paling tinggi, dibandingkan dengan modifikasi debit udara 0,020 dan 0,026m 3/ s. padi, didapatkan saran di antaranya: a. Pada saat pengujian hendaknya kondisi lingkungan dalam keadaan normal untuk menjaga kualitas data pengujian. b. Sulitnya proses awal penyalaan api, diharapkan penggunaan bahan bakar sekam padi sebisa mungkin dalam keadaan kering, dikarenakan bahan bakar tersebut tidak mudah terbakar, sehingga membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup lama. c. Pemberian bahan bakar pada tungku diharapkan secara kontinyu agar nyala api tidak padam, jika nyala api padam maka dapat mempengaruhi suhu untuk perebusan air, dan memperlama waktu perebusan. d. Pengukuran temperatur pada masing masing percobaan diharapkan serentak secara bersamaan, agar hasil dapat akurat. Saran Setelah melakukan pengujian terhadap tungku pembakaran dengan modifikasi variasi debit udara yang berbahan bakar berupa sekam 10 17

DAFTAR PUSTAKA Bahan Bakar & Pembakaran. Diperoleh 02 Juli 2012 dari Http://www.energyefficiencyasia.org D. Darmansyah. (2006). Konversi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler. Tugas Akhir S1. Universitas Sumatera Utara. Irzaman, Alatas H. Darmasetiawan H. Yani A. dan Musiran. (2007). Optimasi Tungku Sekam Skala Industri Kecil Dengan Sistem Boiler, Vol. 12, No. 3. (Juli 2010). hal 77 84. Departemen of Physics. FMIPA IPB.Bogor. Kalor Jenis Benda dan Kapasitas Kalor. Diperoleh 23 Juni 2012 dari Http://www.suhu.org Mastuti Endang. (2005). Pembuatan Asam Oksalat dari Sekam Padi. Tugas akhir S1. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Maulana Rifki. (2009). Optimasi Efisiensi Tungku Sekam Dengan Variasi Utama Pada Badan Kompor. Tugas akhir S1. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Diakses tanggal 31 januari 2013 dari http://bogore.deptan.go.id Rullyadi W. (2012). Inovasi Teknologi Tungku Pembakaran Dengan Air Heaters Pipa Pararel. Tugas Akhir S1. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Setyardjo, Djoko. (1993). Ketel Uap. Cetakan ketiga. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Surbakty, B. M. (1985). Pesawat Tenaga Uap I Ketel Uap. Surakarta: Mutiara Solo. Syamsir A. Muin. (1988). Pesawat Pesawat Konversi Energy I (Ketel Uap. Jakarta: CV. Rajawali. Tungku & Refraktori. Diperoleh 02 Juli 2012 dari Http://www.energyefficiencyasia.org 18 10

10