BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih sering ditemui pada beberapa area. Insidensinya bervariasi dari 50% sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB I PENDAHULUAN. karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan perawatan ortodontik, 3

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

Ilham Farizal 1, Sigit AP 2, Endang Sri Lestari 3

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan, gigi impaksi dan untuk keperluan prosedur ortodontik. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

I. PENDAHULUAN. Apendiks adalah organ tambahan yang berukuran kecil menyerupai jari, (apendektomi) dan terapi antibiotik (Brunicardi, et al, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

Pola Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Bedah Caesar (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center (PMC) Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang sering terjadi. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nosokomial diperkirakan 5% - 10% pasien yang dirawat di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mencapai tujuan yang optimal. (Depkes R.I. 2001)

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan peradangan. Menurut Potter dan Perry (2010) bahwa infeksi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

Pola Penggunaan Antibiotik Post Operasi pada Pasien yang Menjalani... (Imaniar Noor Faridah) 51

VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL

BAB 4 METODE PENELITIAN. Manajemen ICU, dan ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. Penelitian dimulai bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

Biopsi payudara (breast biopsy)

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai negara dalam beberapa tahun terakhir. Presentase bedah sesar di Ameika

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (laparotomi) dan dinding rahim (histerotomi). Sectio Caesarea dilakukan jika

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SETELAH PEMBUATAN PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK (PPAB) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.MOEWARDI TAHUN 2013 SKRIPSI

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING

M. Imam Muttaqien M. Yulis Hamidy Ruza Prima Rustam ABSTRACT

Penggunaan Antibiotik Profilaksis Bedah pada Sectio Cesarea di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di

BAB 1 PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cholecystolithiasis merupakan pembentukan batu empedu yang berlokasi di kandung empedu. 1 Sekitar 10%-15% penduduk Amerika Serikat memiliki batu empedu. Pembentukan batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Batu empedu sendiri diklasifikasikan menjadi 2 tipe mayor yaitu batu kolesterol sebanyak 80% dari total dan batu pigmen menempati 20% dari total. Batu pigmen paling banyak ditemukan pada daerah Asia dan sering disertai infeksi pada kandung empedu. 2 Lebih dari 80% karier batu empedu tidak menyadari mengenai penyakit mereka. Hanya 1-2% tiap tahunnya pasien mengalami komplikasi dan membutuhkan terapi operasi. 1 3 Penanganan kolesistektomi profilaksis tidak dianjurkan untuk batu empedu asimtomatik. 1 Pertimbangangan kolesistektomi profilaksis hanya pada pasien yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki anomali kandung empedu kongenital. 2 Terdapat 2 jenis operasi pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi) yaitu laparoskopi dan laparotomi kolesistektomi. Tidak terdapat perbedaan mortalitas dan komplikasi antara laparoskopi dan laparotomi (open) kolesistektomi, akan tetapi laparoskopi memiliki keunggulan berupa menyingkatnya waktu rawat inap dan masa 1

2 penyembuhan dan minimnya luka parut dari segi kosmetik. 2,3 Hanya 2,7-6,2% pasien yang membutuhkan konversi dari laparoskopi menjadi laparotomi. 1 Antibiotik adalah zat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi di manusia. Antibiotik profilaksis diberikan pada pasien yang menjalani operasi untuk mencegah terjadinya surgical site infection (SSI). 4,5 Permberian antibiotik preoperatif diberikan 30-60 menit sebelum dilakukan insisi. 4 Apabila waktu operasi melebihi 2 kali waktu paruh antibiotik ataupun terjadi perdarahan yang berlebihan maka pemberian antibiotik intraoperatif dibutuhkan. 4,5 Bedah abdomen memiliki risiko terjadinya SSI yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa dari 302 pasien, total SSI incidence rate = 22.2%. 6 Pada kenyataannya SSI dapat dipengaruhi banyak faktor seperti usia, teknik operasi, lama operasi, lingkungan ruang operasi dan rumah sakit, sterilisasi instrumen, kain duk operasi, empiema kandung empedu, peforasi kandung empedu dan persiapan preoperatif. 5 Pada penilitian sebelumnya ditemukan bahwa infeksi postoperatif lebih tinggi pada pasien yang dilakukan laparoskopi kolesistektomi atau laparotomi kolesistektomi jika tidak diberi antibiotik profilaksis (infection rate=5%) dibandingkan dengan yang diberi antibiotik profilaksis ceftriaxone (infection rate=0,8%) dan antibiotik lainnya (infection rate=1.2%). 7 Tujuan penelitian kami adalah mengetahui pengaruh pemberian antibiotik profilaksis ceftriaxone dan non ceftraixone terhadap kejadian SSI pasien kolesistolitiasis yang dilakukan laparoskopi kolesistektomi atau laparoskopi kolesistektomi, karena belum ada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi

3 dan sekaligus menentukan jenis antibiotik yang lebih efektif sebagai antibiotik profilaksis pada kolesistektomi di RSUP Dr. Kariadi. 1.2 Rumusan Masalah Adakah perbedaan pemberian antibiotik profilaksis ceftriaxone dan non ceftriaxone terhadap kejadian SSI pada pasien kolesistolitiasis yang dilakukan laparoskopi atau laparotomi kolesistektomi? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Membandingkan pemberian antibiotik profilaksis ceftriaxone dan non ceftriaxone terhadap kejadian SSI pada pasien kolesistolitiasis yang dilakukan laparoskopi atau laparotomi kolesistektomi. 1.3.2 Tujuan Khusus Membuktikan pengaruh pemberian ceftriaxone sebagai antibiotik dilakukan laparoskopi kolesistektomi. Membuktikan pengaruh pemberian ceftriaxone sebagai antibiotik dilakukan laparotomi kolesistektomi.

4 Membuktikan pengaruh pemberian non ceftriaxone sebagai antibiotik dilakukan laparoskopi kolesistektomi. Membuktikan pengaruh pemberian non ceftriaxone sebagai antibiotik dilakukan laparotomi kolesistektomi. Membuktikan perbandingan pemberian ceftriaxone dan non ceftriaxone sebagai antibiotik profilaksis terhadap kejadian SSI pada pasien kolesistolitiasis yang dilakukan laparoskopi kolesistektomi. Membuktikan perbandingan pemberian ceftriaxone dan non ceftriaxone sebagai antibiotik profilaksis terhadap kejadian SSI pada pasien kolesistolitiasis yang dilakukan laparotomi kolesistektomi. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat menambah pengetahuan tentang kejadian kolesistolithiasis. 1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan Mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan antibiotik pada tindakan pembedahan. 2. Manfaat untuk pelayanan kesehatan

5 Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien kolesistolitiasis yang dilakukan kolesistektomi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3. Manfaat untuk masyarakat Memberikan informasi mengenai penggunaan antibiotik profilaksis kolesistolitiasis. 4. Manfaat untuk penelitian Memberikan data keberhasilan penggunaan antibiotik profilaksis pada tindakan pembedahan di RSUP Dr. Kariadi Semarang, terutama pada tindakan kolesistektomi. 1.5 Keaslian Penelitian Dengan memasukan kata kunci antibiotik profilaksis, kolesistolitiasis, dan kolesistektomi kedalam katalog E-prints, Pubmed, dan google, kami menemukan beberapa penelitian yang membahas tentang topik penelitian kami (Tabel 1) Tabel 1. Daftar penelitian sebelumnya Judul Penelitian Jumlah sampel Metode Hasil Role of 208 pasien dieklompokan Penelitian ini merupakan Pada kelompok AG prophylactic dalam antibiotic group (AG) penelitian eksperimental didapatkan 7% antibiotics in dan 62 pasien dikelompokan yang menggunakan mengalami demam pasca laparoscopic dalam non antibiotic group metode static group operasi, 3% mengalami cholecystectomy (NAG) comparison pada 2 drainase laparoskopi A. Gaur, dkk/2010 8 rumah sakit militer yang pada hari ke 7. mengamati pasien yang Kelompok NAG

6 dilakukan laparoskopi kolesistektomi sampai 30 hari postoperatif. Role of Antibiotic 240 pasien dikelompokan Penelitian prospektif Prophylaxis in menjadi kelompok A dengan Laparoscopic 120 pasien yang diberikan Cholecystectomy : antibiotik profilaksis A Randomized perioperatif dan kelompok B Prospective Study dengan 120 pasien yang Ashwani Kumar, diberi antibiotik postoperatif dkk/2013 9 The Impact of 224 pasien dikelompokan Antibiotics menjadi kelompok A dengan Prophylaxis in 112 pasien yang diberikan Elective antibiotik profilaksis dan Laparoscopic kelompok B dengan 112 Cholecystectomy: pasien yang diberi antibiotik A Prospective postoperatif Randomized Study H. Al-Qahtani 10 dengan randomisasi yang mengamati perbedaan komplikasi luka pasca kolesistektomi yang terjadi antara grup A dan grup B dengan periode waktu tiap satu minggu sampai minggu ke 4. Penelitian prospektif dengan randomisasi yang mengamati terjadinya Surgical Site Infection Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: didapatkan 6% mengalami demam pasca operasi, 2% mengalami drainase laparoskopi pada hari ke 7 Terdapat 0.83% infeksi superfisial pada grup A dan 0% pada grup B. Ditemukan 8 pasien mengalami SSI. Pada kelompok A didapatkan 3 pasien (2.7%) dan kelompok B didapatkan 5 pasien (4.6%) a) Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang mengamati apakah ada infeksi pasca operasi setelah pemberian antibiotik profilaksis pada pasien yang dilakukan kolesistektomi. b) Sampel penelitian ini adalah pasien kolesistolitiasis yang dilakukan kolesistektomi dan diberi antibiotik profilaksis di RSUP Dr. Kariadi Semarang.