menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

dokumen-dokumen yang mirip
(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

PROFIL PELEPASAN IN VITRO KETOPROFEN DALAM TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS GUAR GUM PADA BERBAGAI KONSENTRASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN Simpulan Alur Penelitian Selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PROFIL PELEPASAN IN VITRO IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS GUAR GUM PADA BERBAGAI KONSENTRASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

SKRIPSI. Oleh: HADI CAHYO K

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen [(3-benzophenyl)-propionic acid] adalah turunan asam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan

PENGGUNAAN METIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL: STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI PERBANDINGAN KONSENTRASI XANTHAN GUM- HPMC K4M SEBAGAI MATRIK TABLET LEPAS LAMBAT IBUPROFEN

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC.

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

PROFIL PELEPASAN IN VITRO IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET LEPAS LAMBAT MENGGUNAKAN MATRIKS TARA GUM DAN KALSIUM SULFAT

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Pada saat ini, semakin banyak manusia yang terkena penyakit reumatik, baik orang dewasa maupun anak muda. Upaya manusia untuk mengatasi hal tersebut dengan cara farmakoterapi, fisioterapi dan atau pembedahan. Upaya farmakoterapi adalah salah satu upaya yang paling banyak ditempuh yaitu dengan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi rasa sakit. Obat-obatan tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu anti-inflamasi non steroidal (AINS) dan anti-inflamasi steroidal (AIS). Golongan AIS memiliki efek samping yang berat seperti Cushing s syndrome, amenorrhoea, hyperhidrosis, dan lain-lain, sehingga jarang digunakan. Ibuprofen termasuk dalam obat golongan AINS, yang memiliki efek samping paling ringan diantara obat golongan AINS lainnya. Ibuprofen adalah golongan obat anti-inflamasi non steroidal derivat asam propionat. Ibuprofen mempunyai aksi farmakologik sebagai antiinflamasi, antipiretik, dan analgesik. Mekanisme kerja dari ibuprofen adalah penghambatan biosintesis dan pengeluaran prostaglandin (Foye, 1989). Absorpsi ibuprofen berlangsung cepat, kadar maksimumnya dalam plasma dicapai setelah satu sampai dua jam, dimetabolisme di hati dan disekresi melalui urin (Wilmana, 1995). Selain itu, ibuprofen menimbulkan efek samping pada saluran cerna yang meliputi mual, muntah, diare, konstipasi, dan iritasi lambung (Anonim, 1997). Dosis ibuprofen untuk pengobatan reumatik adalah 0,4 1,8 g/ hari (Reynolds, 1982). Karena waktu paruh dari ibuprofen yang singkat yaitu sekitar dua jam sehingga obat cepat dieliminasi dari tubuh, kadar obat dalam darah sukar untuk dipertahankan, kecuali dengan pemberian obat yang sesering mungkin. Hal ini akan sering 1

2 menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara membuat ibuprofen menjadi bentuk sediaan tablet lepas lambat. Tablet lepas lambat adalah tablet yang dirancang dengan waktu dan kecepatan pelepasan zat aktif yang dimodifikasi, agar satu unit dosis tunggal dapat melepaskan sejumlah obat segera setelah pemakaiannya, namun mampu terus-menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk memelihara efek terapeutik selama periode waktu tertentu, umumnya 8-12 jam. Pada umumnya, obat yang sesuai untuk dibuat bentuk lepas lambatnya adalah obat yang memiliki waktu paruh singkat, interval waktu pemberian dosis relatif singkat, dan dosisnya relatif kecil (Ansel, 1989; Collet & Moreton, 2002). Tablet lepas lambat memiliki beberapa keuntungan yaitu penggunaan obat yang harusnya berulang kali menjadi satu sampai dua kali dalam sehari. Sediaan lepas lambat dapat dibuat dengan sistem matriks (sistem matriks hidrofilik, insoluble erodible matrice,dan insoluble inert matrices), resin penukar ion, pompa osmotik, dan sistem reservoir. Tablet lepas lambat yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan sistem matriks dengan menggunakan matriks hidrofilik. Beberapa keuntungan sistem matriks hidrofilik yaitu konsep pembuatan yang sederhana, bahan tambahan pada umumnya murah dan aman, dapat digunakan untuk bahan obat dengan dosis besar, tererosi, tidak terjadi ghost matriks, mudah dibuat dengan menggunakan peralatan yang ada,dan memungkinkan untuk diperoleh perbedaan tipe profil pelepasan orde nol, orde satu, atau bimodal sesuai yang diinginkan (Collet & Moreton, 2002). Sistem matriks yang digunakan pada penelitian ini adalah kombinasi antara guar gum dan carrageenan. Guar gum merupakan golongan

3 galactomannan non ionik yang berasal dari ekstrak biji leguminous shrub cyamophis tetragonoloba. Guar gum terhidrolisis pada ph 3, dan tahan pemanasan sampai 80 95 C. Carrageenan merupakan golongan polisakarida anionik yang larut dalam air, diperoleh dari hasil ekstraksi tumbuhan familia Rhodophyceae, yang disebut juga alga merah (Therkelsen, 1993). Alasan pemilihan kombinasi dari kedua matriks ini adalah karena kedua matriks ini mampu membentuk crosslinking sehingga terbentuk gel yang kuat sehingga dapat menghambat pelepasan zat aktif bila terkena air. Viskositas gel yang dihasilkan oleh kombinasi keduanya lebih kental daripada bila kedua matriks ini digunakan sendiri-sendiri. Selain itu, kedua matriks ini berasal dari alam sehingga aman untuk dikonsumsi (Maier et al., 1993). Widiawati (1998) mempelajari pengaruh pengikat PVP K-30 pada konsentrasi 2,5% (FI), 5% (F2), dan 7,5% (F3) terhadap mutu fisik tablet parasetamol 450 mg. Peningkatan konsentrasi PVP K-30 menyebabkan kekerasan tablet meningkat (FI = 5,58 kgf; F2 = 7,91 kgf; dan F3 = 8,88 kgf) sehingga mengurangi kerapuhan tablet (F1 = 1,22%; F2 = 0,71%; dan F3 = 0,52%) dan memperlama waktu hancur (F1 = 3,33 menit; F2 = 7,33 menit; dan F3 = 11,33 menit). Formula terbaik adalah formula dengan konsentrasi PVP K-30 sebesar 5%. Penelitian yang dilakukan oleh Alodia (2006) mengenai profil pelepasan in vitro teofilin dalam bentuk tablet lepas lambat dengan menggunakan matriks kombinasi carrageenan dan kalsium sulfat, yang diperoleh menunjukkan bahwa formula A atau kontrol (hanya mengandung matriks carrageenan saja tanpa kombinasi dengan kalsium sulfat) membentuk viscous gel yang kurang mampu memperlambat pelepasan obat, sehingga pelepasan obatnya yang paling tinggi (81,60%) dibandingkan dengan formula yang lain. Pada formula B, C, dan D yang berturut-turut

4 memiliki perbandingan carrageenan-kalsium sulfat 1:0,5; 1:1; dan 1:1,5 (b/b) dengan konsentrasi carrageenan konstan, diperoleh hasil sebagai berikut : persen obat terlepas pada formula B (70,19%), C (64,93%) dan D (72,19%). Dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah formula C karena pelepasan obatnya paling kecil dibandingkan formula lainnya. Al-Saidan et al. (2005) melakukan penelitian tentang guar gum yang digunakan sebagai matriks untuk tablet lepas lambat diltiazem hydrochloride dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50% (b/b), pada ketiga konsentrasi tersebut menunjukkan suatu pelepasan yang diperlambat. Uji disolusi dengan konsentrasi 30% (b/b) menunjukkan tablet mengembang sempurna dalam waktu 8 jam dan terdisintegrasi sempurna 12 jam. Pada konsentrasi 40% dan 50% (b/b) tablet mengembang sempurna dalam waktu 12 jam, dengan jumlah obat yang terdisolusi berturut-turut 81,2% ± 1,4% dan 79,6% ± 1,4%, sedangkan dalam waktu 24 jam jumlah obat yang terdisolusi berturut-turut mencapai 88,0% ± 1,2% dan 88,8% ± 1,9%. Hadisoewignyo (2005) melakukan penelitian tentang pelepasan in vitro dari tablet lepas lambat ibuprofen menggunakan matriks xanthan gumlocust bean gum dengan konsentrasi xanthan gum dibuat konstan 2% dan konsentrasi locust bean gum dibuat bervariasi yaitu 1%; 2%; dan 3%. Dari hasil percobaan, didapatkan nilai persen DE 360 untuk formula yang dikontrol kekerasan tabletnya sekitar 17-18 kgf secara beturut-turut adalah 8,08%; 4,51%; dan 11,98%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Venkataraju et al.(2007) terhadap tablet lepas lambat propanolol HCl dengan matriks xanthan gum, locust bean gum, dan xanthan gum-locust bean gum. Konsentrasi matriks xanthan gum dan locust bean gum tunggal yang digunakan 20%, 30%, 40%, dan 50%. Untuk campuran xanthan gumlocust bean gum jumlah yang digunakan adalah 10%-10%, 15%-15%, 20%- 20%, dan 25%-25%. Hasil yang didapatkan adalah campuran xanthan gum-

5 locust bean gum mampu menahan pelepasan obat lebih lama daripada bila matriks tersebut sendirian. Dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi proporsi campuran guar gum carrageenan sebagai matriks tablet lepas lambat ibuprofen dan PVP K-30 sebagai pengikat dengan menggunakan metode factorial design. Faktor yang digunakan adalah faktor kombinasi dari guar gum carrageenan dan konsentrasi dari PVP K-30 sehingga akan didapatkan 4 formula. Dosis ibuprofen dari setiap tablet adalah 400 mg. Untuk faktor konsentrasi dari guar gum carrageenan, tingkat rendah yang digunakan 20% dan tingkat tingginya 30% dengan perbandingan jumlah guar gum : carrageenan adalah 1:1. Untuk faktor konsentrasi PVP K-30, tingkat rendahnya 3% dan tingkat tingginya 5%. Alasan pemilihan konsentrasi ini adalah berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kombinasi locust bean gum- xanthan gum yang membentuk gel paling kuat adalah dengan perbandingan 1:1 (Maier et al., 1993). Guar gum juga termasuk golongan galactomannan non ionik seperti locust bean gum. Carrageenan juga termasuk dalam golongan polisakarida anionik seperti xanthan gum. Jadi peneliti berasumsi bahwa perbandingan untuk locust bean gum- xanthan gum dapat dipakai untuk kombinasi guar gum carrageenan. Konsentrasi PVP K-30 yang digunakan mempengaruhi kekerasan tablet. Tablet dengan kekerasan yang tinggi memiliki profil pelepasan obat yang lebih rendah dibandingkan dengan tablet dengan kekerasan yang tidak terlalu tinggi. Dari formula yang ada dilakukan uji fisik tablet (kekerasan tablet dan kerapuhan tablet) dan uji pelepasan ibuprofen dari tablet secara in vitro. Profil disolusi dari masing-masing formula tablet dianalisis dengan membandingkan nilai dissolution efficiency (DE) dan konstanta laju disolusi (Bolton, 1990). Rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh konsentrasi kombinasi guar gum carrageenan dan PVP K-30 serta

6 interaksinya terhadap jumlah ibuprofen yang terlarut dari tablet lepas lambat. Selain itu bagaimana rancangan formula optimum kombinasi guar gum carrageenan dan PVP K-30 yang menghasilkan tablet dengan pola pelepasan obat menurut kriteria Banakar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kombinasi guar gum carrageenan dan PVP K-30 serta interaksinya terhadap jumlah ibuprofen yang terlarut dari tablet lepas lambat. Selain itu untuk memperoleh rancangan formula optimum kombinasi guar gum carrageenan dan PVP K-30 yang menghasilkan tablet dengan pola pelepasan obat menurut kriteria Banakar. Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh dari konsentrasi matriks guar gum carrageenan dan PVP K-30 serta interaksinya terhadap jumlah ibuprofen yang terlarut dari tablet lepas lambat. Selain itu diperoleh rancangan formula optimum kombinasi guar gum carrageenan dan PVP K-30 yang menghasilkan tablet dengan pola pelepasan obat menurut kriteria Banakar. Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat berupa pengembangan sediaan farmasi khususnya tablet lepas lambat. Selain itu untuk membantu pasien mendapatkan pengobatan yang lebih baik sehingga efektivitas pengobatan dapat tercapai.