BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Oleh Helios Tri Buana

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

BAB I PENDAHULAN. seseorang adalah hal penting yang kadang lebih utama dalam proses

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

BAB V PENUTUP. melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : penyelesaian sengketa di pengadilan.

A. Proses Mediasi dalam Pembatalan Pekawinan di Pengadilan Agama Lamongan (Studi Kasus Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg)

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM KEBERHASILAN MEDIASI DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak memungkinkan lagi untuk mewujudkan perdamaian, maka hukum Islam

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

BAB IV EFEKTIVITAS MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BONDOWOSO 4 TAHUN SESUDAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA. Hukum Acara Perdata, FH UNS

MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan

UPAYA PENYELESAIAN PERKARA MELALUI PERDAMAIAN PADA PENGADILAN AGAMA, KAITANNYA DENGAN PERAN BP4 1. Oleh. Wahyu Widiana 2

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

ABSTRAK HENDRY RAUF, NIM KONSEP HUKUM MEDIASI DAN PENERAPAN HAKIM TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO.

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau caramelakukan atau

BAB III IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG)

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi PERMA No.1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mediasi, yang memainkan peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai.

MEDIASI DALAM RANGKA ASAS PERADILAN CEPAT BIAYA MURAH DALAM UPAYA PENYELESAIAN TERJADINYA SENGKETA DI PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan hidup setiap manusia di dunia ini dipastikan tidak akan berjalan dengan

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008

TESIS HAMBATAN TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PARA PIHAK MELALUI MEDIASI DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB IV ANALISIS KRITERIA HAKIM MEDIATOR DALAM UPAYA EFEKTIFISASI MEDIASI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KAJEN

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 DENGAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 PADA PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan daya tawar. Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan adanya undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

PERANAN HAKIM DAN PARA PIHAK DALAM USAHA UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

B A B I P E N D A H U L U A N

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain merupakan makhluk individu, juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk dapat melakukan kerjasama dengan orang lain agar tercipta sebuah kehidupan yang selaras dan damai. Agar hubungan manusia dapat berjalan dengan selaras diperlukan aturan untuk mengatur masyarakat, maka dibuatlah aturan yang disebut norma. Norma merupakan aturan yang berlaku dimasyarakat. Namun dengan adanya norma, tidak menutup kemungkinan timbul perselisihan di masyarakat. Salah satu perselisihan yang terjadi dimasyarakat adalah perkara perdata. Yang dimaksud dengan perkara perdata ialah suatu perkara perdata yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak lainnya dalam hubungan keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara umumnya diselesaikan melalui pengadilan untuk mendapat keadilan yang seadiladilnya. 1 Penyelesaian perkara perdata melalui jalur litigasi diharapkan menjadi solusi terbaik bagi masyarakat untuk memperoleh kepastian hukum, dengan berdasarkan asas sederhana, cepat dan murah. Namun dalam praktik tidak demikian, karena penyelesaian perkara di pengadilan dapat berlarut-larut dengan proses yang sulit dan 1 Sarwono. 2012. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik. Jakarta. Kencana. Hal 7.

2 membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu perlu adanya mediasi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 130 HIR dan Pasal 154 RBG yang menyebutkan bahwa hakim mewajibkan mendamaikan para pihak terlebih dahulu sebelum proses persidangan. Hakim yang mengabaikan Pasal tersebut dan langsung memasuki tahap pemeriksaan jawab-menjawab, dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap tata tertib beracara sehingga putusan hakim dianggap tidak sah dan pemeriksaan harus dinyatakan batal demi hukum. Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang terlibat di dalam perkara perdata memilih jalan mediasi, baik yang diupayakan oleh hakim, pengacara maupun kehendak dari para pihak yang berperkara itu sendiri. Hal ini merupakan suatu gejala positif yang patut kita perhatikan secara seksama. Mediasi sebagai salah satu penyelesain alternatif sengketa yang belum lama ini diketahui dan dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan juga belum dikenal dalam suatu wacana hukum di Indonesia. Tidak semua Pengadilan yang menerapkan atau menggunakan medasi.inti dari mediasi adalah mediasi sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Mediasi harus banyak memerlukan adaptasi soialisasi baik bagi masyarakat Indonesia, birokasi pemerintah, maupun para penegak hukum. Dengan demikian Mahkamah Agung (MA) menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung (Perma), yaitu Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Hal ini sebagai dasar untuk mentaati pasal 130 HIR dan 154 RBG, yang dapat dijadikan pedoman tata tertib bagi para hakim di pengadilan tingkat pertama

3 guna memediasi para pihak yang berperkara. Dengan pertimbangan pada Perma poin (b) yang menjelaskan : Bahwa pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan serta memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif). Dalam Perma tersebut diatur bahwa sebelum diadakannya proses sidang, terlebih dahulu para pihak wajib mengikuti mediasi. Dimana pihak-pihak dipertemukan diruang mediasi yang disediakan oleh Pengadilan.Tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan peraturan ini merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan/atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum. 2 Apabila tidak tercapai kesepakatan mengenai mediator tersebut maka wajibmenunjuk mediator dari daftar yang disediakan oleh Pengadilan saja. Apabila hal tersebut tidak juga berhasil, dalam jangka satu hari kerja berdasarkan penetapan, Ketua majelis berwenang menunjuk seorang mediator. Proses mediasi harus selesai dalam jangka waktu paling lama 40 hari kerja sejak pemilihan atau penetapan penunjukan mediator. Seandainya mediator berasal dari luar lingkungan pengadilan jangka waktu tersebut diperpanjang menjadi 30 hari. Apabila mediasi berhasil, kesepakatan lengkap dengan klausula pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai disampaikan dalam sidang. Majelis 2 Ketentuan Pasal 2 ayat (3) Perma Nomor 1 Tahun 2008.

4 Hakim kemudian akan mengkukuhkan kesepakatan itu sebagai akta perdamaian. Tetapi apabila gagal adalah tugas mediator untuk melaporkannya secara tertulis kepada Majelis Hakim. Konsekuensi kegagalan tersebut memaksa Majelis Hakim melanjutkan proses perkara. 3 Perma ini merupakan penyempurnaan dari Perma sebelumnya, yakni Perma No. 2 Tahun 2003 karena ditemukan beberapa masalah, sehingga tidak efektif penerapannya di pengadilan. Mahkamah Agung mengeluarkan Perma No. 1 Tahun 2008 sebagai upaya mempercepat, mempermurah, dan mempermudah penyelesaian perkara serta memberikan akses yang lebih besar kepada pencari keadilan. 4 Keberadaan Perma dimaksudkan untuk memberikan kepastian, ketertiban, kelancaran dalam proses mendamaikan para pihak untuk menyelesaikan suatu perkara perdata. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintensifkan dan mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di pengadilan. Mediasi mendapat kedudukan penting dalam Perma, karena proses mediasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses berperkara di pengadilan. Hakim wajib mengikuti prosedur penyelesaian perkara melalui mediasi. Bila hakim melanggar atau enggan menerapkan prosedur mediasi, maka putusan hakim tersebut batal demi hukum (Pasal 2 ayat (3) Perma). Oleh karenanya, hakim dalam pertimbangan putusannya wajib menyebutkan bahwa perkara yang bersangkutan telah diupayakan perdamaian 3 Krisna Harahap. 2008. Hukum Acara Perdata. Bandung. PT Grafiti Budi Utami. Hal. 62. 4 Syahrizal Abbas. 2011. Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional. Jakarta. Kencana. Hal 310.

5 melalui mediasi dengan menyebutkan nama mediator untuk perkara yang bersangkutan. 5 Berdasarkan Pasal 4 Perma, jenis perkara yang dimediasi adalah semua perkara perdata kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga, Pengadilan Hubungan Industrial, keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Hal tersebut diatas menjadi latar belakang penulis untuk melihat Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dalam Menyelesaikan Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Blitar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaanmediasi dalam menyelesaikan perkara perdata menurut Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun 2008 di Pengadilan Negeri Blitar? 2. Apa hambatan pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 dalam menyelesaikan perkara perdata di Pengadilan Negeri Blitar? 5 Ibid. Hal 311.

6 C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan kedua pokok permasalahan yang terangkum dalam 2 (dua) rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pelaksanaanmediasi dalam menyelesaikan perkara perdata menurut Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun 2008 di Pengadilan Negeri Blitar. 2. Untuk mengetahui hambatan pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 dalam menyelesaikan perkara perdatadi Pengadilan Negeri Blitar. D. Kegunaan Penelitian Selanjutnya hasil penelitian diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis a. Menghasilkan suatu penjelasan tentang penyelesaian perkara perdata dengan cara mediasi di Pengadilan Negeri Blitar; b. Menghasilkan suatu penjelasan tentang kendala dalam pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Blitar. 2. Kegunaan Praktis a. Mengembangkan pola pikir, penalaran dan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun suatu penulisan hukum;

7 b. Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. E. Metode Penulisan Dalam rangka menganalisa permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Di dalam penelitian inipenulis memilih menggunakan metode pendekatan Yuridis Sosiologis, yaitu pembahasan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga berkaitan dengan teoriteori hukum (Das Sollen), serta dibenturkan dengan kenyataan di masyarakat (Das Sein). Penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah dan menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah prosedur mediasi di pengadilan dalam menyelesaikan perkara perdata yang kemudian diakitkan dengan apa yang terjadi di masyarakat. 2. Lokasi Penelitian Untuk melengkapi data penelitian, penulis mengambil lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Blitar. Penulis mengambil lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Blitar karena tempat dan lokasi mudah terjangkau oleh kendaraan dan merupakan suatu Pengadilan Negeri yang terdapat perkara tentang mediasi yang saat ini sedang diteliti oleh penulis.

8 3. Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: a. Sumber Data Primer Merupakan jenis data yang diperoleh dari dokumen terulis, file, informasi, pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang utama berupa: 1) Hasil Wawancara Dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh melalui wanancara dengan hakim Pengadilan Negeri Blitar. Penelitian dilakukan mulai tanggal 15 Desember 2014 hingga 8 Januari 2015. 2) Dokumen Dokumen yang dimaksudkan adalah data dokumen terkait dengan prosedur mediasi di pengadilan dalam menyelesaikan perkara perdata yang didapatkan dari Pengadilan Negeri Blitar. Data yang penulis teliti merupakan data tahun 2013. b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang dalam penelitian ini meliputi peraturan perundang-undangan, artikel, jurnal, buku dan data resmi dari instansi yang terkait.

9 c. Sumber Data Tersier Data tersier adalah jenis data mengenai pengertian baku, istilah baku yang diperoleh dari ensiklopedia, kamus, internet dan lain-lain sehingga nantinya berguna untuk mempermudah penulis untuk melengkapi data primer maupun sekunder. 4. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara Yang dimaksud wawancara adalah penulis melakukan tanya jawab dengan Bapak Rais Torodji, SH, jabatanhakim Pengadilan Negeri Blitar, Ibu Isrin Surya Kurniasih, SH, jabatan Hakim Pengadilan Negeri Blitar serta Musnaam, SH., M.Hum, sebagai salah satu advokat yang terdaftar di Pengadilan Negeri Blitar yang berkompetensi untuk menjawab permasalahan ini untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam hal pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik wawancara ini tidak hanya terbatas pada pokok permasalahannya saja, tetapi juga hal-hal lain yang dianggap perlu dan berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. b. Studi Dokumentasi Disamping melakukan teknik wawancara dan studi kepustakaan, penelitian ini juga dilakukan dengan teknik studi dokumentasi, yaitu

10 pengumpulan data-data atau dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Pengadilan Negeri Blitar yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. c. Studi Kepustakaan Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan studi kepustakaan yang telah dipilih berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis guna memperoleh data-data, keterangan-keterangan, teori-teori, pendapat ahli serta peraturan dari literatur-literatur yang terdapat dalam buku, majalah, surat kabar dan internet yang membahas mengenai permasalahan yang diteliti dalam tugas akhir yang akan disusun dan dianalisa untuk dikelola lenih lanjut. 5. Teknik Analisa Data Data yang penulis peroleh dari hasil penelitian tersebut akan dianalisa dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh dan diolah seteliti mungkin secara obyektif mengenai prosedur mediasi di pengadilan dalam menyelesaikan perkara perdata.