BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang masalah

dokumen-dokumen yang mirip
MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

BAB II BATIK SEBAGAI POTENSI WISATA DI PEKALONGAN A. Pekalongan Sebagai Sentra Batik

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

Di daerah Pekalongan tersebut akhirnya batik tumbuh dengan pesat seperti

BATIK DARI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB II. Metode Perancangan. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

BAB I PENDAHULUAN. cai-rebon dalam bahasa Sunda cai memiliki makna air dan rebon adalah udang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

PEKALONGAN BATIK CENTER

I. PENDAHULUAN. kerajinan batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang masalah Dalam kehidupan, manusia sebagai makhluk sosial tentu saja memiliki kebutuhan kebutuhan pokok. Dalam bahasa jawa sering disebutkan adalah sandang, pangan, papan. Sandang adalah pakaian yang diperlukan manusia sebagai mahkluk yang berbudaya. Pada awalnya pakaian di gunakan sebagi pelindung dari panas maupun dingin. Seiring dengan perkembangan jaman pakaian mulai bergeser fungsinya tidak hanya menjadi pelindung dari panas maupun dingin tapi juga sebagai pemberi kenyamanan. Salah satu pakaian yang berkembang dari abad ke abad adalah batik, tidak hanya memberikan perlindungan dari panas dan dingin tetapi batik juga memiliki nilai budaya yang tinggi. I.1.1 Kota Pekalongan Kota Pekalongan merupakan kota didaerah utara jawa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Batang di sisi timur, kemudian laut jawa di sisi utara, serta Kabupaten Pekalongan di sisi selatan dan sisi barat. Menurut lembaran daerah swatantra KTPS- PPD/00351/II/1958: asal usul nama pekalongan berasal dari beberapa kata sambungan yang memiliki kata dasar halong dari bahasa belanda menjadi A-Pek-Halong-An artinya pengangsalan dalam bahasa jawa dan berarti pendapatan dalam bahasa Indonesia. Kota ini juga terletak di wilayah pantura yang menghubungkan Jakarta sampai semarangsurabaya melalui jalur utara yang berjarak sekitar 100 km dari semarang dan 384 km dari kota jakarta dan jangan lupa untuk mencicipi nasi megono (irisan buah nangka yang dicampur dengan sambal parutan kelapa, dihidangkan selagi hangat, dicampur dengan ikan bakar) yang merupakan makanan khas pekalongan. Kota pekalongan memiliki julukan yang cukup nyentrik yaitu kota batik pekalongan, hingga membuat kota tersebut masuk kedalam jaringan kota kreatif oleh UNESCO dalam kategori crafts & folk art pada akhir tahun 2014 serta mempunyai city branding yaitu World s city of Batik. 1

I.1.2 Definisi Batik Batik adalah kain bergambar yang dimana cara pembuatanya menggunakan lilin atau malam dengan cara membuat titik, jadi batik adalah seni menulis atau melukis dengan titik. Batik adalah seni kerajinan yang memiliki nilai seni yang tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Kata batik berasal dari bahasa jawa yaitu tik yang berarti titik dan matik yang berarti kata kerja membuat, yang kemudian berkembang menjadi batik. I.1.3 Corak Batik Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai macam pengaruh tidaki hanya dari dalam negeri namun juga berpengaruh dari luar yaitu tiongkok, belanda, arab, india, melayu, dan jepang. I.1.4 Cara Pembuatan Batik Pada awalnya semua kerajinan batik dibuat diatas kain berwarna putih yang terbuat dari bahan kapas, kain tersebut dinamakan kain mori. Namun sekarang ini batik tidak hanya dibuat pada kain mori namun juga pada kain sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainya. Pembuatan batik dimulai dengan melakukan pembuatan motif batik menggunakan malam atau lilin. Pembuatan motif ini dilakukan menggunakan bantuan alat yang dinamakan canting. Setelah melakukan pembentukan motif pada kain dengan menggunakan malam, kemudian dicelupkan ke cairan warna yang di inginkan, biasanya dimulai dengan warna warna muda, kemudian ke warna warna tua. Setelah beberapakali proses pencelupan warna selesai kain yang telah di batik di celupkan kedalam air yang direbus. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan corak motif batik yang di gambar menggunakan malam atau lilin. 2

I.1.5 Jenis Batik corak. Jenis batik biasanya di bedakan berdasarkan dari cara pembuatan, daerah asal, dan I.1.5.1 Cara pembuatan Batik tulis Batik cap Batik lukis I.1.5.2 Daerah Asal Batik banyumas Batik cirebon Batik tegal Batik pekalongan Batik solo Batik yogya Batik kudus Batik lasem Dan masih banyak daerah di jawa yang menghasilkan batik dengan corak yang khas. I.1.5.3 Corak Batik kraton Batik sudagaran Batik cuwiri Batik petani Batik tambal Batik sekar jagad Batik kawung Dan masih banyak lagi 3

I.1.6 Batik Pekalongan Batik pekalongan adalah kesenian batik yang sudah terkenal tidak hanya di indonesia melainkan sampai ke mancanegara, dan jika ada satu julukan yaitu kampung batik indonesia adalah kota pekalongan. Batik pekalongan merupakan batik pesisir yang paling kaya akan warna. Batik pekalongan menggambarkan ciri kehidupan masyarakat pesisir yang mudah beradaptasi dengan pengaruh budaya luar dan budaya batik pedalaman. Sejarah batik pekalongan tentusaja tidak lepas dari adanya pengaruh baik dari daerah lain maupun luar. Pengaruh tersebut semakin memperkaya keanekaragaman batik pekalongan sendiri, hal hal yang mempengaruhi batik pekalongan diantaranya adalah : Pengaruh dari kraton cirebon dengan pola hias batik cirebon antara lain bentuk hias dari tanaman sunyaragi dan keraton pakungwati. Pengaruh dari keraton mataram, wilayah kota pekalongan merupakan wilayah dari kerajaan mataram maka perjalanan sejarah batik pekalongan tidak lepas dari pengaruh kerajaan mataram dengan adanya batik kraton dengan motif parang. Pengaruh dari luar, perjumpaan masyarakat kota pekalongan dengan berbagai bangsa seperti tiongkok, belanda, arab, india, melayu, dan jepang pada jaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik pekalongan. Sehubungan dengan itu beberapa motif batik seperti jlamprang, dipengaruhi oleh india dan arab, lalu batik encim dipengaruhi oleh bangsa tionghoa, sementara batik pagi sore dan batik jawa hokokai tumbuh pesat sejak kependudukan jepang dan belanda di indonesia. I.1.7 Sejarah Batik Pekalongan Batik Pekalongan sesuai dengan namanya, merupakan salah satu jenis batik yang dibuat oleh masyarakat Pekalongan. Para Perajin batik Pekalongan mayoritas tinggal di wilayah pesisir utara pulau Jawa. Hal tersebut membuat batik pekalongan juga biasa disebut dengan batik pesisir. Sejarah batik Pekalongan mencatat bahwa terdapat faktor pengaruh kebudayaan dari masyarakat sekitar yang selalu berubah-ubah dan saling meniru pada awalnya sehingga menimbulkan kreativitas para perajin batik pekalongan untuk selalu membuat motif batik pekalongan baru, hal ini menurut hemat saya merupakan perkembangan dari batik sudagaran itu sendiri yang cenderung bebas dalam motifnya namun tetap mengacu pada pakem membatik. 4

Batik pekalongan menjadi lebih berkembang setelah pengusaha batik belanda bernama Eliza Van Zuylen membangun workshop di wilayah tersebut. Berdasarkan arahan pengusaha tersebut maka motif batik pekalongan yang baru juga berhasil diciptakan oleh para perajin batik pekalongan yang khusus membuat motif batik pekalongan terbaru untuk dijual kepada pengusaha batik tersebut. Eliza Van Zuylen juga merupakan salah satu orang yang memiliki peran besar atas kemunculan motif-motif baru dari batik Pekalongan. Melalui tangan pengusaha ini batik pekalongan mampu menembus pangsa pasar eropa dimana para pembeli batik van zuylen rata-rata para bangsawan eropa, juga mengunggah kepopuleran van zuylen sendiri di eropa dalam rentang waktu antara tahun 1923 hingga akhir tahun 1946. Pengusaha ini sangat terkenal dengan produk batiknya unggul akan kehalusan kain dengan motif batik tumbuh-tumbuhan hingga sampai dengan saat ini lebih dikenal sebagai ciri khas motif batik Pekalongan, di samping motif jlamprang. Batik Pekalongan memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan produk kain batik daerah lain yaitu dari segi pewarnaan yang cenderung lebih cerah dan atraktif. I.1.8 Batik Jlamprang Jlamprang adalah salah satu motif Batik khas Pekalongan, yang juga dipengaruhi oleh interaksi masyarakat setempat dengan pendatang, dalam hal ini etnis India. Motif Jlamprang merupakan pengembangan dari motif kain Patola yang berasal dari Gujarat. Di Pekalongan, motif Patola berbentuk geometris tersebut dikembangkan menjadi motif ceplok dengan warnawarni khas daerah pesisiran. Pendapat lain menyatakan bahwa motif Jlamprang ini dikembangkan oleh para pembatik keturunan Arab yang tidak mau menggunakan motif mahkluk hidup / mahluk bernyawa, sehingga lebih memilih ragam hias pola-pola geometris yang tak kalah apik dan menarik. I.1.8.1 Sejarah Motif Jlamprang Motif batik jlamprang diyakini dan diakui oleh beberapa pengamat motif batik, sebagai motif asli Pekalongan. S.K Sewan Santoso, S. Teks dalam bukunya Seni Kerajinan Batik Indonesia yang diterbitkan Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian RI (1973), mengatakan bahwa motif Jlamprang di Pekalongan dipengaruhi oleh Islam. Artinya, motif ini lahir dari perajin batik pekalongan 5

keturunan arab yang beragama islam. Islam melarang menggambar binatang maupun manusia dalam kain batik maupun lukisan sehingga membuat para perajin batik pekalongan memiliki ide kreatif yaitu dengan membuat motif batik pekalongan secara geometris dengan cara nitik pada motif batik jlamprang. Dr. Kusnin Asa memiliki pendapat lain bahwa motif batik Jlamprang merupakan suatu bentuk motif yang kosmologis dengan mengedepankan satu pola ceplokan dalam bentuk lunglungan juga bunga padma yang menunjukan sebuah makna mengenai peran dunia kosmis yang datang sejak agama Buddha dan Hindu berkembang di tanah Jawa. Pola ceplokan pada motif yang distilirasi ke dalam bentuk yang lebih dekoratif menunjukan bahwa corak tersebut merupakan peninggalan dari masa prasejarah yang selanjutnya menjadi warisan agama Hindu juga Buddha. Gambar I. 1.8.1 motif batik Jlamprang I.1.9 Batik Encim Kata encim sendiri pada dasarnya merupakan turunan dari bahasa Tionghoa, yaitu cici, yang berarti kakak. Adanya interaksi antara kaum pribumi Jawa pada saat itulah yang menyebabkan kata cici bisa berubah menjadi encim yang akhirnya digunakan hingga saat ini. Oleh karena itu, batik peranakan Tionghoa kemudian dikenal sebagai batik encim, yang berarti batik yang digunakan olek kakak atau perempuan tionghoa. Berkembangnya batik peranakan Tionghoa di Indonesia ini diawali oleh masuknya para pedagang Tionghoa ke Indonesia, tepatnya daerah utara pesisir Jawa. Sebagian besar dari mereka menetap di daerah 6

Lasem, Cirebon, Pekalongan, hingga Semarang. Dengan membaurnya mereka dengan penduduk sekitar, terjadilah asimilasi kebudayaan yang ditunjukkan oleh munculnya batik encim yang berpadu dengan kekhasan Nusantara. I.1.9.1 Sejarah Motif Encim Berkembangnya batik peranakan Tionghoa di Indonesia ini diawali oleh masuknya para pedagang Tionghoa ke Indonesia, tepatnya daerah utara pesisir Jawa. Sebagian besar dari mereka menetap di daerah Lasem, Cirebon, Pekalongan, hingga Semarang. Dengan membaurnya mereka dengan penduduk sekitar, terjadilah asimilasi kebudayaan yang ditunjukkan oleh munculnya batik encim yang berpadu dengan kekhasannusantara. Pada awalnya, batik dengan motif tradisional Tionghoa ini digunakan sebagai tokwi, kain penutup altar yang merupakan dekorasi simbol religius untuk upacara adat seperti ulang tahun, kematian, pernikahan, dan upacara tradisional Tionghoa lainnya. Selain tokwi, batik Tionghoa ini juga digunakan untuk taplak meja dan hiasan dinding seperti umbul-umbul. Hingga penghujug tahun 1910, patra dan warna batik peranakan Tionghoa ini mulai banyak digunakan sebagai busana. Sebagai bagian dari kebudayaan yang kerap berubah, batikpun banyak mengalami perpaduan dan perubahan. Keadaan pasar yang saat itu didominasi oleh batik Belanda ternyata mempengaruhi batik Tionghoa pula. Pada masa penjajahan Belanda ini, motif batik peranakan mendapat sentuhan Eropa, seperti motif bunga mawar, rangkaian bunga, hingga buket. Motif inilah yang kemudian dikenal sebagai batik buketan. Tak hanya itu, kebudayaan Eropa juga melahirkan batik dongeng, yakni batik dengan motif dongeng-dongeng Eropa seperti Cinderella, Hansel dan Gretel, hingga Red Riding Hood. 7

Gambar I.1.9.1 Motif Batik Encim I.1.10 Batik Pagi sore Kain batik pagi-sore, yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal. Desain penempatan motif batik seperti ini telah ada pada tahun 1930 di Pekalongan. Desain batik pagi-sore sangat populer pada jaman penjajahan Jepang karena pada waktu itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi-sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda. Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore harinya kita dapat mengenakan motif yang berbeda dari sisi kain yang lainnya, sehinga terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain. Warna yang lebih gelap biasanya dipakai di bagian luar untuk pagi dan siang hari, sementara bagian batik yang berwarna pastel dipakai pada acara malam hari. Motif pagi sore banyak ditemui pada Batik Djawa Hokokai di pekalongan pada saat pendudukan Jepang (1942-1945) pada saat berlangsungnya perang dunia II. 8

Gambar I.1.10.1 Motif Batik Pagi Sore I.2 Identifikasi Masalah Masa dewasa awal pada umumnya lebih cenderung mengikuti budaya ke barat baratan, sehingga melupakan kekayaan budaya indonesia salah satunya adalah batik. Kurangnya pengetahuan dan minat masa dewasa awal pada batik menyebabkan banyak masa dewasa awal jaman sekarang tidak mengetahui motif motif batik yang ada. Apabila fenomena ini terus terjadi maka akan sangat berpengaruh pada budaya bangsa indonesia. Salah satu motif batik yang menarik untuk di sorot adalah batik pekalongan karena memiliki ciri khas tersendiri dari segi motif dan warna.serta kurangnya pengetahuan remaja secara mendalam mengenai motif batik pekalongan, diantaranya batik jlamprang, batik encim, batik pagi sore, batik jawa hokokai. I.3 Pembatasan Masalah Permasalahan yang menjadi topik adalah kurangnya rasa nasionalisme dan menjaga budaya pada masa dewasa awal yaitu 26 hingga 35 tahun. Selain itu masa dewasa awal orang Indonesia didominasi dengan mengikuti budaya kebarat baratan hingga mulai meninggalkan budaya bangsa Indonesia yaitu batik. Oleh sebab itu penulis akan membuat sebuah buku tentang budaya bangsa Indonesia yaitu batik khususnya batik peklongan dengan motif jlamprang, encim, dan pagisore. Selain itu pembatasan masalah juga di batasi dengan tiga macam motif batik yang akan dibahas, yaitu motif jlamprang, motif pagisore, dan motif encim. 9

I.4 Perumusan Masalah Bagaimana merangcang sebuah buku batik pesisiran khas pekalongan agar para eksekutif muda di Indonesia dapat megetahui dan memahami budaya Indonesia khususnya batik pekalongan. I.5 Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan generasi muda Indonesia tentang motif batik khususnya batik pekalongan, untuk mengetahui habit atau kebiasaan dari target yang hendak di sasar saat melakukan pembuatan buku, untuk memperoleh data primer guna membantu dalam pembuatan buku yang efektif sehingga dapat menambah pengetahuan para remaja Indonesia tentang corak batik pekalongan, khususnya motif jlamprang, encim, dan pagisore. I.6 Manfaat Penelitian Memperoleh data primer yang akurat guna menjadi dasar dari perancangan buku batik ini sehingga dapat di terima dengan baik oleh target audience, dapat mengubah pola pikir masyarakat terhadap batik, membangun awareness pada generasi muda Indonesia. I.7 Metode Penelitian I.7.1 Data Primer Data primer disini diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi kepada pihak-pihak yang merupakan ahlinya. I.7.2 Data Sekunder Data Sekunder diperoleh dari berbagai sumber wacana. Wacana disini adalah berita, website, artikel, media massa, dll. Data sekunder ini digunakan sebagai pendukung dalam pembuatan buku yang hendak dibuat penulis. 10

I.7.3 Riset Kuantitatif Penulis membagikan angket kuisioner berisikan pertanyaan seputar topik dan pembahasan kepada para generasi muda di Semarang, dan survey secara online sebagai sampling kepada para generasi muda di Indonesia. 11

I.8 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Identifikasi Masalah I.3 Pembatasan Masalah I.4 Perumusan Masalah I.5 Tujuan Penelitian dan Perancangan I.6 Manfaat Penelitian dan Perancangan I.7 Metode Penelitian dan Perancangan I.8 Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN UMUM II.1 Kerangka Berfikir II.2 Landasan Teori II.3 Kajian Pustaka II.4 Studi Komparasi 12

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI III.1 Analisis III.2 Khalayak Sasaran III.3 Strategi komunikasi BAB IV STRATEGI KREATIF IV.1 Konsep Verbal IV.2 Konsep Visual IV.3 Visualisai Desain BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan V.2 Saran PENUTUP. 13