PEDOMAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KELINCI DI PERKOTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 420/Kpts/OT.210/7/2001 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR

2014, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tamba

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

PELUANG BISNIS BUDIDAYA KELINCI ANDRI RACHMAN S1-TI_2B STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Jl. Ring Road Utara Condong Catur, Depok Sleman, Yogyakarta

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

Program : Karya Alternatif Mahasiswa. Tahun : Cara Pemberian Pakan a. Pakan untuk induk diberikan 3 kali, yaitu:

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BUDIDAYA TERNAK KELINCI

[Pemanenan Ternak Unggas]

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 05/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Brooding Management. Danang Priyambodo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 35/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PETELUR YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUDIDAYA TERNAK KELINCI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan

BUDIDAYA TERNAK KELINCI

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November - Desember 2014 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

BAB III METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

Transkripsi:

Seri Pertanian Perkotaan PEDOMAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KELINCI DI PERKOTAAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2016

ISBN : 978-979-3628-34-9 JUDUL : Pedoman Teknologi Budidaya Kelinci di Perkotaan ii, 28 p.: ill.; 21 cm PENULIS : Syamsu Bahar TATA LETAK & DESIGN GRAFIS : Sheila Savitri Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta Jl. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telp./Fax. (021) 78839949 / 7815020 email : bptp-jakarta@cbn.net.id

Kata Pengantar K elinci merupakan salah satu ternak yang cocok untuk dipelihara di wilayah perkotaan. Kandungan proteinnya yang tinggi, membuat kelinci mulai dilirik penikmat daging dan pelaku bisnis untuk membudidayakannya karena adanya larangan untuk beternak unggas di wilayah Jakarta berdasarkan Perda Provinsi DKI No. 4/2007. Sebagai alternatif sumber protein hewani, daging kelinci mempunyai tekstur halus dan berwarna putih. Pemeliharaan ternak kelinci dapat dilakukan di pekarangan rumah. Biaya pemeliharaannya pun cukup murah, karena pakan kelinci dapat berupa hijauan atau limbah sayuran dari sampah rumah tangga. Buku kecil ini berisi pedoman teknis teknologi budidaya kelinci di perkotaan. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat, baik bagi para penyuluh, peternak, maupun masyarakat umum yang tertarik untuk melakukan budidaya ternak kelinci. Jakarta, Juli 2016 Kepala Balai Ir. Etty Herawati, MSi NIP. 19610203 198503 2 001 i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I. PENDAHULUAN... BAB II. SARANA DAN PRASARANA... BAB III. TENAGA KERJA... BAB IV. PROSES PRODUKSI... BAB V. PENGELOLAAN LINGKUNGAN... BAB VI. PENGAWASAN DAN PELAPORAN... BAB VII. PENUTUP... i ii 1 5 13 14 23 24 27 ii

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dunia peternakan tidak sesederhana seperti yang terlihat. Berbagai tantangan harus dihadapi sejalan dengan beragam kebutuhan yang berkaitan dengan peternakan. Tantangan-tantangan tersebut diantaranya peningkatan kebutuhan pangan (termasuk dari protein hewani dan kebutuhan pekerjaan), globalisasi pasar (yang berdampak pada kompetisi), efisiensi produksi dan produk Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 1

bermutu, serta kebutuhan devisa dimana harus tercipta produk ekspor. Di antara berbagai komoditas ternak yang tersedia, kelinci mempunyai keunggulan dalam mewujudkan suatu agribisnis. Kelinci memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, baik melalui pola usaha skala rumah tangga maupun skala industri. Ternak kelinci dapat dijadikan sebagai alternatif penyedia daging yang perlu dipertimbangkan di masa mendatang. Daging kelinci merupakan salah satu daging berkualitas baik dan layak dikonsumsi oleh berbagai kelas lapisan masyarakat. Bahkan, jika dibandingkan dengan kondisi daging ayam, baik itu dari segi aroma, warna daging, maupun dalam berbagai bentuk masakan, tidak ditemukan perbedaan yang nyata. Pedoman teknologi budidaya ternak kelinci yang baik perlu disusun sebagai acuan bagi para peternak dan petugas teknis di daerah. Pedoman tersebut akan memudahkan peternak dan petugas teknis dalam melaksanakan kegiatan usaha budidaya, pendampingan, maupun pengawasan, agar sesuai dengan peraturan yang berlaku di bidang peternakan. 2 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud a. Bagi para peternak kelinci diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan budidaya kelinci yang baik dan menguntungkan. b. Bagi instansi yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan di daerah, sebagai pedoman dalam melakukan bimbingan dan pengawasan dalam usaha budidaya kelinci yang baik. 2. Tujuan a. Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak; serta mutu hasil ternak; b. Mendukung ketersediaan pangan asal kelinci melalui usaha budidaya yang ramah lingkungan; c. Menciptakan lapangan pekerjaan dan peluang usaha untuk pendapatan peternak. C. Ruang Lingkup Ruang Lingkup yang diatur dalam Pedoman ini meliputi: sarana dan prasarana; tenaga kerja; proses produksi; pelestarian lingkungan; pencacatan dan pelaporan. Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 3

4 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

BAB II SARANA DAN PRASARANA A. Sarana 1. Bangunan Dalam kegiatan budidaya kelinci, dibutuhkan dukungan sarana berupa beberapa jenis bangunan. Jenis bangunan tersebut harus dapat berfungsi sebagai fasilitas pendukung produksi dan kegiatan penunjang lainnya. Bangunan harus disesuaikan dengan jumlah serta kenyamanan ternak. Setiap lokasi usaha peternakan kelinci minimal mempunyai bangunan yang terdiri dari kandang, tempat penyimpanan pakan, gardu atau rumah jaga, kantor, bangunan penanganan limbah, serta kandang isolasi. Mengenai bentuk atau model dan ukuran kandang, bisa disesuaikan dengan jenis kelinci yang akan dipelihara. Menurut bentuknya, Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 5

kandang dapat dibagi menjadi beberapa model yang disesuaikan dengan kebutuhan ternak, yaitu: a. Jenis Bangunan Kandang 1. Kandang sistem postal. Jenis kandang ini tanpa halaman pengumbaran dan biasanya diletakkan di dalam ruangan. Kandang jenis ini mempunyai ruang agak luas dan diisi dengan beberapa ekor kelinci untuk jenis kelamin yang sama (model koloni). Biasanya, jenis kandang ini digunakan untuk pembesaran. 2. Kandang sistem battery. Kandang biasanya seperti sangkar berderet, dimana satu sangkar untuk satu ekor kelinci. Terdapat tiga jenis konstruksi untuk kandang jenis ini, yaitu konstruksi Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), dan Pyramida Battery (susun piramid). 3. Kandang model ranch. Kandang ini dilengkapi dengan halaman pengumbaran dan biasanya diletakkan di luar ruangan. Kandang sistem ini memiliki dua ruangan, yaitu satu untuk pengumbaran dan sisanya untuk 6 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

berlindung. Umumnya, kandang berisi satu keluarga kelinci, yang terdiri dari sepasang induk dan anak-anaknya. b. Tata Letak Kandang Lokasi kandang sebaiknya ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan kebutuhan kelinci. Tujuannya adalah supaya kelinci terjaga kesehatannya dan tidak mudah terserang penyakit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tata letak kandang adalah: 1. Letak bangunan kandang, bukan kandang, dan kandang isolasi harus terpisah. 2. Pemisahan bangunan kandang disesuaikan dengan kelompok umur dan kegunaan kandang (misal kandang beranak, kandang sapih, dan kandang kawin). 3. Kandang ditempatkan pada tempat teduh dan tidak lembab, serta lingkungan dalam keadaan tenang dan tidak bising. 4. Diusahakan kandang mendapat sinar matahari langsung, terutama pada waktu pagi hari atau minimal pantulan sinar matahari. Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 7

c. Konstruksi Kandang 1) Bangunan dan alas kandang terbuat dari bahan yang ekonomis, kuat, aman, praktis. Selain itu, konstruksi kandang harus didisain sedemikian rupa agar memberikan kemudahan dalam pemeliharaan, pembersihan, maupun desinfeksi kandang. 2) Lantai kandang dapat dibuat dari kawat, bambu, atau kayu. Kisi-kisi lantai kandang diatur berjarak 2-3 cm agar air kencing dan kotoran bisa langsung jatuh ke bawah. 3) Gudang pakan sebaiknya dibuat bangunan terpisah agar pakan tetap sehat, tidak mudah rusak, dan hygienis. 4) Bahan dan konstruksi kandang hendaknya dapat menjamin agar kelinci terhindar dari kecelakaan dan kerusakan fisik. 5) Suhu optimal kandang 15-20ºC dengan kelembaban maksimum 60-90%. 6) Kontruksi kandang sebaiknya dilengkapi saluran pembuangan air limbah. 7) Kontruksi kandang memiliki desain ventilasi yang memudahkan masuk dan keluarnya udara. 8 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

d. Penempatan Bangunan Lainnya Penataan bangunan kandang dan bangunan lainnya di dalam lokasi usaha peternakan kelinci, hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Bangunan tempat tinggal (rumah tinggal) usaha peternakan hendaknya terpisah dari daerah perkandangan dan dibatasi dengan pagar rapat. 2) Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lain minimal 25 meter; atau sesuai dengan kondisi lapangan. 3) Bangunan kandang, kandang isolasi, dan bangunan lainnya ditata agar aliran air, saluran pembuangan limbah, udara, serta penghantar lain tidak menimbulkan penyakit maupun pencemaran lingkungan. 2. Alat Penerang Setiap usaha peternakan kelinci hendaknya menyediakan alat penerang yang cukup setiap saat sesuai kebutuhan dan peruntukkannya. 3. Alat dan Mesin Peternakan Usaha peternakan kelinci hendaknya memiliki sejumlah peralatan pemeliharaan sesuai dengan kapasitas/jumlah kelinci yang Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 9

dipelihara, mudah digunakan dan dibersihkan, serta tidak mudah berkarat, seperti: 4. Bibit a) tempat pakan (feeder) b) tempat minum (waterer) c) alat penghapus hama d) alat pembersih kandang e) timbangan f) alat pencampur bahan baku pakan g) laci kotoran a) Bibit kelinci yang dipelihara harus memenuhi kriteria sesuai persyaratan jenis dan mutu bibit yang berlaku. b) Bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan yang memiliki catatan kinerja tetuanya dengan kriteria-kriteria baku dari bibit tersebut. c) Bibit harus bebas dari penyakit, sehat, dan mampu berkembang biak sebaik tetuanya. 5. Pakan a) Pakan yang diberikan harus terjamin jumlah dan mutunya sesuai standar atau kebutuhan minimum yang berlaku, 1 0 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

b) Peternakan kelinci disarankan melakukan penanaman pakan hijauan untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan pakan hijauan. Penanaman pakan hijauan dapat dilaksanakan di dalam atau di luar usaha peternakan, atau melakukan kerjasama dengan masyarakat setempat, c) Penggunaan pakan tambahan atau feed additive hendaknya mengikuti aturan yang berlaku, 6. Obat Hewan a) Obat hewan digunakan untuk vaksinasi, pengobatan, maupun keperluan lainnya, sesuai dengan peruntukannya. Obat yang digunakan harus sudah terdaftar dan memiliki Nomor Pendaftaran. b) Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang pengobatan. B. Prasarana 1. Letak Lokasi letak usaha ternak kelinci harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 1 1

a) Tidak mengganggu ketertiban dan kepentingan umum setempat, b) Letak, luas, dan topografi lokasi, harus memperhatikan kesehatan lingkungan wilayah sekitarnya, serta kotoran dan limbah cair yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan; 2. Lahan Lahan peternakan kelinci untuk skala komersial hendaknya jelas atas status kepemilikan dan luasnya, serta sesuai dengan peruntukkannya menurut peraturan perundang-undangan. Penggunaan dan pemanfaatan lahan harus sesuai dengan tata guna lahan yang telah ditentukan dalam perizinan untuk mendukung produksi yang direncanakan 3. Penyediaan Air Air yang digunakan untuk minum kelinci dan pencucian peralatan harus memenuhi persyaratan baku mutu air sesuai dengan peruntukannya. 1 2 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

BAB III TENAGA KERJA Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha budidaya kelinci hendaknya memenuhi persyaratan secara teknis maupun administratif, antara lain: 1. Berbadan sehat. 2. Telah mengikuti pelatihan teknis produksi dan pelatihan kesehatan hewan. 3. Selalu tekun dan mampu menangani setiap permasalahan yang timbul dalam usaha peternakan kelinci. Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 1 3

BAB IV PROSES PRODUKSI A. Pemilihan Bibit Peternak harus terlebih dahulu menentukan tujuan pemeliharaan kelinci. Untuk tujuan jenis bulu atau kelinci hias dapat memelihara kelinci jenis Anggora, American Chinchillia, Lops, Fuzzy, Satin, dan Rex. Untuk tujuan daging, dapat memelihara jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan, dan New Zealand, karena merupakan ternak yang cocok. 1. Pemilihan Bibit. Secara spesifik untuk bibit yang baik harus memiliki fertilitas tinggi; tidak mudah gugup (nervous); telinga panjang; tidak cacat; mata bersih; bulu halus dan 1 4 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

rata; hidung kering; memliki kaki kuat, tidak bengkok, kaki depan sama panjang dengan jarak kaki belakang; serta dada lebar, bentuk bulat, padat, dan ramping. 2. Khusus untuk calon induk dapat dipilih kelinci yang memiliki tulang pinggang lebar (menandakan kelinci dapat beranak banyak) dan berumur dewasa kelamin betina/jantan (6 bulan dengan berat badan 2,0-2,5 kg). 3. Berasal dari tetua induk dengan jumlah anak sekelahiran (litter size) minimal 4 ekor. 4. Kelinci dengan masa produksi panjang dapat berkembang biak antara 2,5 3 tahun dan frekuensi beranak minimal 4 kali per tahun. 5. Pejantan yang baik adalah yang memiliki kantong kemih cukup besar hingga menggelantung ke bawah. 6. Ekor lurus dengan punggung. B. Kandang Persyaratan teknis lokasi kandang sebagai berikut: 1. Memperhatikan tata letak kandang, drainase dan sistem pertukaran udara, serta cukup mendapatkan sinar matahari. Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 1 5

Kandang utama (Rumah kandang) Kandang battery 2. Lokasi kandang dekat dengan sumber air, tidak bising dan sejuk. 3. Memperhatikan sarana transportasi dan dekat dengan sumber pakan. 4. Kepadatan dan daya tampung kandang disesuaikan dengan umur kelinci yaitu anakan lepas sapih, kelinci muda, dan dewasa. 5. Kandang sistem postal yang digunakan untuk menampung 4 6 ekor kelinci, memiliki ukuran ideal: panjang 400cm x lebar 200cm x tinggi 55cm. 6. Kandang battery berukuran panjang 1 meter x lebar 60cm x tinggi 40cm, dapat menampung 5 10 ekor kelinci lepas sapih. 7. Kandang battery pembibitan diisi satu indukan berukuran panjang 75cm x lebar 60cm x tinggi 40cm. 1 6 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

8. Peralatan kandang, terdiri dari: a) Tempat pakan dan minum hendaknya dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat seperti bambu, paralon, plastik, atau bahan lainnya yang disesuaikan dengan umur kelinci, baik ukuran maupun bentuknya. P e n e m p a t a n tempat makan dan minum dibuat secara praktis, mudah terjangkau ternak, mudah d i p i n d a h k a n, mudah diganti atau ditambah isinya, dan mudah dibersihkan; b) Alat untuk m e m b e r s i h k a n kandang harus lengkap. Alat Tempat pakan Nipple air minum Kotak untuk beranak Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 1 7

C. Pakan pembersih yang berasal dari kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain; c) Alat untuk penghapus hama (hand sprayer), yang dilengkapi dengan masker. 1. Pakan yang diberikan untuk ternak kelinci berasal dari pakan hijauan berupa limbah sayuran dan rumput-rumputan serta pakan pabrik berupa pellet. Pakan Limbah Sayuran Pakan Pellet 2. P e m b e r i a n pakan ditentukan b e r d a s a r k a n bahan kering. Jumlah pemberian b e r v a r i a s i, t e r g a n t u n g pada periode pemeliharaan dan bobot badan kelinci. Kebutuhan zat gizi pakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. 1 8 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

Tabel 1. Kebutuhan zat gizi pakan Status Bunting Menyusui Dewasa Muda Kebutuhan gizi (%) Protein Lemak Serat Kasar 15-17 3-6 12-16 24-26 12-15 16-18 Sumber : Cheeke (1987) 3-6 2-4 3-6 12-16 16-22 12-16 Tabel 2. Kebutuhan pakan berdasarkan bahan kering Status Muda Dewasa Bunting Menyusui dengan 7 anak) Bobot (kg) 1,8-3,2 2,3-6,8 2,3-6,8 4,5 Bahan kering (%) 6,2-5,4 4,0-3,0 5,0-3,7 11,5 Kebutuhan bahan kering (g/ekor/hr) 112-173 92-204 115-251 520 Sumber : NRC (1977) dalam Ensminger (1991) dan Muslih et al. (2005) D. Kesehatan Hewan 1. Situasi Penyakit kelinci Usaha peternakan kelinci harus bebas dari Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 1 9

penyakit-penyakit yang seperti: Gudig/kudis (scabies), Pilek (influenza), Mencret (diare), radang puting susu (mastitis), radang paruparu, berak darah, radang mata, cacingan, dan penyakit pada ternak kelinci lainnya yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang di bidang penyakit hewan. Obat-obatan kelinci 2 0 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

2. Tindakan Pengamanan Penyakit a) Pilih lokasi usaha peternakan yang tidak mudah dimasuki binatang lain yang membawa penyakit serta bebas dari hewan piaraan lain yang dapat manularkan penyakit; b) Melakukan desinfeksi peralatan, penyemprotan terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan atau teregistrasi; c) Melakukan pembersihan dan desinfeksi kandang, baik terhadap kandang yang dikosongkan maupun sebelum dimasukan ternak baru ke dalam kandang; d) Menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat hygienitas yang dapat dipertanggungjawabkan; e) Mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk komplek peternakan, maupun pada pintu-pintu masuk kandang, gudang pakan, dan lainlain; Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 2 1

f) Melakukan tindakan pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit sesuai dengan tata cara yang berlaku; g) Setiap terjadinya kasus penyakit, terutama yang dianggap/diduga penyakit menular, peternak maupun tenaga kerja/karyawan harus segera melaporkan kepada instansi/ Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan; h) Masyarakat membantu pemerintah daerah dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular. E. Penanganan Hasil Untuk mendapatkan hasil yang bermutu baik, diperlukan penangan hasil ternak kelinci sebelum dipasarkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan yaitu sebagai berikut: 1. Pemilihan kelinci (grading); 2. Pengolahan daging secara baik dan tidak merusak zat nutrisi; 3. Sebelum daging dipasarkan, dikemas dalam wadah atau kemasan yang baik agar kualitas kesegaran dan kebersihan daging kelinci terjaga. 2 2 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

BAB V PENGELOLAAN LINGKUNGAN Dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan, diperlukan perhatian khusus terhadap beberapa hal seperti: a) Mencegah timbulnya erosi serta membantu penghijauan di areal usaha peternakan. b) Menghindari timbulnya polusi dan gangguan lain yang dapat mengganggu lingkungan, berupa bau busuk, serangga, tikus, pencemaran air sungai/air sumur, dan lain-lain. c) Memiliki dan m e n g o p e r a s i o n a l k a n Pupuk padat dari kotoran kelinci Pupuk cair dari kotoran kelinci unit pengolahan limbah padat (feses) dan limbah cair (urin) untuk menghasilkan pupuk sesuai kapasitas produksi limbah yang dihasilkan. Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 2 3

BAB VI PENGAWASAN DAN PELAPORAN A. Pengawasan 1. Sistem Pengawasan Sistem pengawasan terdiri dari pengawasan internal dan pengawasan eksternal. a. Dalam pengawasan internal, pelaku usaha peternakan kelinci menerapkan sistem pengawasan secara baik pada titik kritis dari proses produksi untuk memantau kemungkinan adanya penyakit. b. Dalam pengawasan eksternal, Instansi/ Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen yang dilakukan oleh usaha peternakan kelinci. 2. Monitoring dan Evaluasi a) Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh instansi yang berwenang di bidang peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten/kota. 2 4 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

b) Monitoring dan evaluasi setiap tahun berdasarkan rekaman/catatan data dan informasi yang dikumpulkan, serta pengecekan kunjungan ke usaha peternakan. 3. Pencatatan Usaha peternakan kelinci hendaknya melakukan pencatatan (recording) data yang sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pembinaan maupun untuk kemajuan peternak sendiri. Data yang perlu dicatat, sebagai berikut : a) Data populasi; b) Data catatan produksi; c) Data konsumsi pakan; d) Data kematian ternak; Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 2 5

e) Data kesehatan hewan, meliputi: jadwal vaksinas, penggunaan obat, dan penyakit. f) Data harga (bibit, pakan, jual); g) Tempat asal ternak yang dibeli/dipelihara; h) Ekspor ternak, jika peternakan melaksanakan ekspor; i) Data pemasukan dan pengeluaran ternak; j) Hasil pengujian laboratorium untuk mutu pakan dan penyakit. B. Pelaporan Pelaku usaha peternakan kelinci perlu membuat laporan tertulis secara berkala (semester dan tahunan) yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh instansi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Kabupaten/Kota. Peternakan. 2 6 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan

BAB VII PENUTUP Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan 2 7

2 8 Pedom an Teknologi Budidaya Kelinci di Per kot aan