BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan cara perbaikan proses pembelajaran. mencapai tujuan tersebut, tidak selalu cocok pada semua siswa.

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. jalan HOS Notosuwiryo nomor 1 Desa Teluk kecamatan Purwokerto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. berhubungan dengan variabel-variabel pada penelitian ini. Teori-teori tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki 4 (empat) kompetensi, yakni kompetensi membaca, menulis, menyimak, dan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sumber

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh : RISMAWATI RATNA ESTRI A

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk membangun manusia dalam. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dias Susilowati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 telah menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Jika pembelajaran melibatkan lebih dari satu model pembelajaran akan. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi erat kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai siswa, semakin

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. berpikirnya. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. biologi di sekolah. Oleh karena itu, para guru harus berusaha untuk memiliki

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada domestika (Gulo, 2002:13). Oleh karena itu, peran guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

Oleh : Indra Puji Astuti 1

BAB I PENDAHULUAN. pada diri individu. Peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan demi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi. yang tersusun dalam suatu kurikulum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menambah sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran.

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

tetapi tidak akan menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sesama manusia. Dengan komunikasi, hubungan sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PENGERTIAN ORGANISASI MELALUI METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA SISWA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran yang efektif dan menarik merupakan langkah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

FACILITATOR TERHADAP. Naskah Publikasi. Diajukan oleh INDRA A FAKULTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

JURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa. lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

BAB I. daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Pendidikan dasar mempunyai. tujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

121 Penerapan Metode Mind Mapping Dan Model Student Facilitator...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kualitas pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap individu. Melalui

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam paradigma baru saat ini pelajaran PKn memusatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kewarganegaraan (PKn). Menggunakan pola mengajar yang relevan bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang selalu ada di

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Keterampilan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa, hal ini bertujuan

Yudha Sasmita Jonatha

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I dalam penelitian ini akan membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah. 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan hal yang paling penting di dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar dapat terjadi dimana saja, baik di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar selalu dikaitkan dengan pendidik atau yang biasa dipanggil guru dan peserta didik atau siswa. Hamalik (2012: 5-6), mengartikan sekolah sebagai suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada muridmuridnya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Sekolah merupakan sarana bagi peserta didik untuk menempuh pendidikan dan mencari ilmu. Sekolah dapat memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan dan keterampilan, sekolah juga sebagai sarana untuk menampilkan beragam kebudayaan dan kemampuan serta bakat yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pendidik merupakan komponen utama dalam sistem pendidikan di sekolah (Marno, 2014: 51). Hubungan antara pendidik dan peserta didik merupakan hubungan kewibawaan, artinya antara pendidik dan peserta didik harus saling percaya antara yang satu dengan yang lain. Tugas seorang pendidik adalah memberikan pengajaran dan pembinaan kepada peserta didiknya. Namun dalam hal ini, seorang pendidik memiliki kesulitan tersendiri dalam 1

menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif, inovatif, dan efektif. Susana yang harus tercipta dalam proses pembelajaran adalah bagaimana peserta didik benar-benar aktif dalam menerima materi pembelajaran. Melalui keaktifan peserta didik tersebut dapat dilihat seberapa besar peserta didik mampu memahami materi yang di sampaikan oleh pendidik. Namun, terkadang pendidik hanya mementingkan bagaimana materi yang disampaikan tersebut sampai kepada peserta didik tanpa memperhatikan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dan juga kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Inilah yang menyebabkan banyaknya peserta didik yang kurang paham terhadap materi yang disampaikan. Akan lebih baik apabila pendidik mengetahui tipe belajar setiap siswa agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Marno (2014: 149) menjelaskan. Terdapat tiga tipe belajar peserta didik, yaitu (1) visual, dimana dalam belajar, peserta didik tipe ini akan lebih mudah menerima pelajaran dengan cara melihat atau mengamati materi yang disampaikan, (2) auditori, dimana peserta didik tipe ini siswa lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikan dengan cara mendengarkan, (3) kinestetik, dimana peserta didik dalam pembelajarannya lebih mudah belajar dengan melakukannya. Apabila pendidik dapat memahami tipe-tipe belajar yang dimiliki oleh peserta didik, maka pendidik akan lebih mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif. 2

Model pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membuat peserta didik ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Apabila model pembelajaran yang dilaksanakan setiap minggunya terkesan monoton, maka yang akan terjadi adalah siswa menjadi semakin bosan dan membuat kegaduhan di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di kelas tidak dapat dikatakan berhasil. Kecenderungan yang terjadi diberbagai sekolah saat ini adalah pembelajaran berpusat kepada pendidik saja. Inilah yang menyebabkan kurangnya pemahaman materi oleh peserta didik. Selain itu, juga terdapat dibeberapa sekolah yang kurang memiliki fasilitas yang memadai di dalam kelas, sehingga pendidik merasa kesulitas saat menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Pendidik harus mampu menciptakan sebuah model dan strategi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menarik, agar peserta didik dapat ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Terdapat banyak model-model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik dengan menyesuaikan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah.suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya lima orang dengan struktur kelompok heterogen. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang memiliki tingkat 3

kemampuan berbeda. Setiap anggota harus bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok yang telah diberikan oleh pendidik dan bertukar pikiran untuk memahami materi yang diterima dalam kelompok tersebut. Strategi pembelajaran meliputi metode, teknik, dan prosedur yang mampu menjamin peserta didik dapat memahami dan menerima materi yang disampaikan oleh pendidik. Sehingga tujuan akhir dari proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil. Pendidik dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran serta model pembelajaran yang relevan untuk membantu pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran yang aktif. Bermula dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pendidik dan juga peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran inilah, maka diadakanlah penelitian yang berjudul Analisis Penggunaan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam Mengoptimalkan Daya Ingat Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 8 Batu. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di teliti yaitu: 1.2.1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu? 1.2.2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan daya ingat siswa dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and 4

explaing pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu. 1.3.2. Menjelaskan upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan daya ingat siswa dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu. 1.4 Pembatasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini sesuai dengan arah dan tujuan penilitian, maka peneliti membatasi masalah penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok bahasan penelitian. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1.4.1. Penelitian ini menitik beratkan pada penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu. 1.4.2. Penelitian ini menitik beratkan pada upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan daya ingat siswa dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining melalui ulangan harian pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu. 5

1.5 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian terhadap permasalahan yang sedang dihadapi tersebut, diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat,antara lain: 1.5.1. Secara Teoritis a. Merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan konstribusi dalam memudahkan pendidik dalam memberikan dan menyampaikan materi kepada peserta didik dengan lebih menarik dan menyenangkan. b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 1.5.2. Secara Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dalam menerapkan model model pembelajaran yang menyenangkan bagi calon guru nantinya yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Penelitian ini sebagai wujud pelaksanaan praktik mengajar di sekolah dan merupakan sebuah peluang atau kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan. b. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru dalam upaya meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang. 6

c. Bagi Dinas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dinas pendidikan dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang aktif, menarik, kreatif, dan inovatif. 1.6 Penegasan Istilah 1.6.1. Analisis Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya), untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-akibat). 1.6.2. Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Suprijono (2010:46) adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Slavin (2010), mengemukakan bahwa model pembelajaran sebagai suatu acuan kepada pendekatan pembelajaran termasuk tujuan sintaksnya, lingkungan, dan system pengelolaannya. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 1.6.3. Model Pembelajaran Student facilitator and explaining (SFAE) Shohimin (2014: 183), menjelaskan bahwa model pembelajaran student facilitator and explaining adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. Model pembelajaran student facilitator 7

and explaining merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari. Selain itu, peserta didik juga belajar untuk mengemukakan/mempresentasikan ide tau gagasan yang telah didapatkannya kepada peserta didik yang lainnya. 1.6.4. Mengoptimalkan Mengoptimalkan berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan. Mengoptimalkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dapat diartikan menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi. Mengoptimalkan dapat disimpulkan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk menjadikan paling baik (terbaik), menjadikan paling tinggi. 1.6.5. Pengertian Daya Ingat Daya ingat adalah informasi yang disimpan dalam benak melalui pengalaman (Patanjali dalam Kapadia, 2003: 4). Pengalaman sangat berpengaruh terhadap daya ingat setiap individu. Apabila individu memiliki pengalaman yang begitu banyak, akan memudahkan individu dalam meningkakan daya ingat yang dimiliki. Begitu pula sebaliknya, apabila individu tidak menggunakan daya ingatnya, maka individu akan lebih mudah lupa terhadap hal-hal yang telah dilakukan. Ingatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksikan kesan-kesan (Suryabrata, 2006: 44). Walgito (2004: 145), mendeskripsikan bahwa ingatan yang dimiliki individu sangat berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang telah lalu, dapat dikatakan bahwa apa yang 8

diingat merupakan hal yang pernah dialami dan dipersepsi oleh individu. Daya ingat merupakan kemampuan individu dalam mengingat suatu peristiwa atau pengalaman di masa lalu yang pernah terjadi dan dialami oleh setiap individu. Daya ingat sangat berhubungan erat dengan ingatan yang dimiliki oleh setiap individu. Daya ingat setiap individu berbeda-beda. 9