BAB I iii PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya dimuka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Hampir dalam semua kegiatan manusia memerlukan bahasa. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan khusus seperti kesenian dan ilmu pasti. Bagi manusia sendiri, bahasa merupakan salah satu kelebihan dibandingkan makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang berada disekitar manusia, peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dadituangkan lagi kepada orang lain sebagai bahan komunikasi. Memperhatikan wujud bahasa itu sendiri maka bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat merupakan simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Sudjianto, 1996:17). Hadirnya bahasa dalam kehidupan manusia demikian pentingnya sehingga pada awal kajian tentang sosiolinguistik perhatian kita diarah pada sejarah pengetahuan manusia dalam upaya memahami bahasa. Studi ilmiah tentang bahasa itu lazim disebut
linguistik. Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik. Maka untuk memahami apa sosiolinguitik itu, perlu terlebih dahulu dibicarakan apa yang di maksud dengan sosiologi dan linguistuk itu. Tentang sosiolinguistik telah banyak batasan yang telah dibuat oleh para sosiolog, intinya kira-kira adalah bahwa sosiologi itu adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia didalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu didalam masyarakat (Chaer,2004:2) Abdul Chaer (2004 : 26), mendefenisikan bahasa (6 defenisi) sebagai berikut : Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan, satu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik, satu kesatuan sistem makna, satu kode yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna, satu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh : perkataan, kalimat, dan lain-lain), satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep nyata mereka ke dalam pikiran orang lain. Bahasa merupakan sarana yang tidak dapat ditinggalkan. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang berada di muka bumi ini, baik itu binatang, hasil cipta karya manusia, mendapat tanggapan dalam pemikiran manusia. memperhatikan wujud bahasa itu sendiri maka bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Sudjianto, 1996 : 17).
Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antara anggota masyarakat Jepang yang memiliki berbagai macam dialek dan dipakai sebagai bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan Jepang. Menurut Sudjianto (1996:5), bahasa Jepang hanya memakai satu bahasa nasional yakni bahasa Jepang dan tidak ada di negara lain yang memakai bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Hal ini menjadi salah satu ciri khas bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa tunggal dan sebagai bahasa sendiri. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan. Bentuk umum komunikasi termasuk dalam bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan lain-lain. Komunikasi antar personal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Salam merupakan bagian dari awal komunikasi yang dalam bahasa Jepang disebut dengan aisatsu. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam The Nihongo Journal (april 1997 :17), Greetings are the first big step towards communication. Yang berarti bahwa salam adalah langkah utama dalam komunikasi. Menurut Kyouna Ushi (1979 : 20), aisatsu no kotoba [muji-muji de arimasuyouni] to jikan wo arawasu. Asa wa [10 ji made desu], ohiru wa [11ji goro-14ji goro], gogo wa [15 ji goro-], aisatsu no kotoba de wa ue ni semai imi ni yoimasu. Shitagatte [konnichi wa] wa jiritsu ni yotte [selamat siang to selamat sore]. Artinya bahwa salam yang diberikan menunjukkan waktu. Pagi hari bagi orang Jepang sampai jam 10.00, siang hari dari jam 11.00 sampai jam 14.00, dan sore dari jam 15.00. Dari pengertian di atas, salam dalam bahasa Jepang dapat memberikan fungsi waktu,antar lain : - Ohayou Gozaimasu : Selamat Pagi, ketika bertemu di pagi hari
- Konnichi wa : Selamat Siang, diucapkan ketika bertemu di siang hari. - Konban wa : Selamat Sore- menuju malam, ketika bertemu sore menuju waktu di malam hari. Konban wa tidak dapat diucapkan kala mau berpisah juga pada saat mau tidur. Untuk hal itu, pada saat mau berpisah dapat mengucapkan sayounara atau ja, mata. Sedangkan aisatsu yang di gunakan sebelum tidur adalah oyasumi nasai. Hadirnya bahasa dalam kehidupan manusia demikian pentingnya sehingga pada awal kajian tentang sosiolinguistik, perhatian kita arahkan pada sejarah pengetahuan manusia dalam upaya memahami bahasa.studi ilmiah tentang bahasa itu lazimnya di kenal sebagai linguistik. Komunikasi adalah proses sistematik bertukar informasi diantara pihakpihak,biasanya lewat sistem simbol biasa, Komunikasi adalah juga disiplin ilmu yang mempelajari komunikasi. Komunikasi secara alamiah dapat juga berarati proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima menggunakan simbol-simbol tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung (mengggunakan media) untuk mendapatkan umpan balik (feed back) (www.wikipedia.com 19 januari 2008). Menurut Kridalaksana (1983:147), salam (greeting) adalah kalimat minor berupa klausa atau bukan, bentuknya tetap yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara,memulai percakapan, minta diri dan sebagainya. Dalam bahasa jepang, salam(greeting) ini disebut dengan aisatsu. Dan jika ditinjau dari makna leksikalnya, aisatsu dapat diartikan sebagai salam, ucapan, sambutan dan pamit (Kenji Matsuura, 1994: 5).
Dalam penggunaannya, aisatsu selalu diikuti dimana dan dengan siapa berbicara atau berinteraksi. Selain salam yang menunjukkan waktu, salam juga terdapat dalam hubungan interaksi seperti pada saat perkenalan, pertemuan dan perpisahan, dan lain-lain. Contoh salam dalam perkenalan : - Goshōkai itashimasu. Kochira -san desu Saya perkenalkan, ini.. - Hajimemashite, namae wa desu Perkenalkan, nama saya Contoh salam dalam pertemuan : - Ogenki desuka. Apa kabar? Dalam perpisahan antara lain : - Sayounara. Selamat Tinggal Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis tentang kata salam melalui skripsi yang berjudul : ANALISIS PENGGUNAAN KATA SALAM DITINJAU DARI SOSIOLINGUISTIK BAHASA JEPANG I.2 Perumusan Masalah Bahasa Jepang tergolong unik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya salam (aisatsu) yang beragam sesuai keadaan ketika terjadinya proses komunikasi. Keragaman salam (aisatsu) dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang antara lain salam yang menunjukkan, perkenalan, pertemuan, perpisahan, dan permintaan maaf. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk meneliti kata-kata salam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.
Berikut beberapa perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, yakni ; 1. Bagaimana jenis-jenis kata salam dalam bahasa Jepang? 2. Bagaimana penggunaan kata-kata salam di kehidupan masyarakat Jepang? I.3 Ruang Lingkup Pembahasan Agar penulisan skripsi ini dapat terorganisir dengan baik maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan. Ruang lingkup penulisan skripsi ini adalah terbatas pada jenis-jenis kata salam/aisatsu. Penulis ingin menjabarkan tentang bagaimana batasan penggunaan aisatsu dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam perkenalan, pertemuan, perpisahan, permintaan maaf, dan dengan berbagai contoh yang akan melengkapi penjelasan-penjelasannya. I. 4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori. I.4.1 Tinjauan pustaka Menurut Abdul Chaer (2004:4), sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat. Menyempurnakan pendapat sebelumnya, sosiologi linguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa (Sumarsono & Paina Partana, 2004:2).
Kajian yang akan dibahas kali ini adalah mengenai kata-kata salam yang yang merupakan salah satu objek dari sosiolinguistik. Persalaman (greeting) sendiri adalah kalimat minor berupa klausa atau bukan, bentuknya tetap, yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara, memulai percakapan, minta diri dan sebagainya (Kridalaksana, 1983 : 147). Salam juga berarti adalah cara manusia untuk sengaja mengkomunikasikan kepedulian / kesadaran lain untuk menunjukkan perhatian antara individu atau kelompok masyarakat yang menjalin hubungan komunikasi dengan sesamanya (www.wikipedia.org) Persalaman (greeting) ini, dalam bahasa Jepang disebut dengan aisatsu. I.4.2 Kerangka Teori Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah terhadap hal yang ada dalam masyarakat. Sementara linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa, atau bahasa menjadi objek kajiannya (Abdul Chaer, 2004 : 2). Sedangkan Pride dan Holmes dalam Sumarsono & Paina Partana, (2004:2), merumuskan sosiolinguistik secara sederhana : The study of language of part of culture and society, artinya sosiolinguistik adalah kajian bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dan masyarakat. Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana). Sosisolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan (Rene Appel, dkk 1976:10).
Sosiolinguistik juga dikenal sebagai linguistik Antropologi atau linguistik Sosial yaitu suatu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji bahasa dari segi hubungan antara latar, peserta, tajuk pembicaraan, fungsi suatu interaksi, bentuk hubungan, dan nilai-nilai yang dipegang oleh ahli-ahli yang terlibat dalam pertuturan sesama sendiri (Nor Hazizan Talib, www.google.com.2002). Penulis menggunakan teori pendekatan sosiolinguistik ini karena berhubungan dengan aisatsu sebagai alat komunikasi (objek) yang digunakan masyarakat Jepang dalam berinteraksi di kehidupan sehari-hari. Contohnya pada perkenalan, pertemuan, perpisahan dan lainnya. Dan sesuai dengan pendapat dari Pride dan Holmes diatas, Aisatsu sebagai objek dari kajian sosiolinguistik juga merupakan salah satu budaya dari masyarakat Jepang. I.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.5.1 Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui jenis-jenis kata salam (aisatsu) dalam bahasa Jepang. 2. Untuk mengetahui penggunaan aisatsu di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. I.5.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah :
1. Agar para pembelajar bahasa Jepang dapat memperkaya kosa kata dalam bahasa Jepang 2. Mengetahui aisatsu kotoba secara luas sesuai pemakaian waktu dan keadaan. 3. Dan juga sebagai referensi untuk penulis lain dalam meneliti judul yang berkaitan dengan aisatsu. I. 6 Metode Penelitian Dalam menyelesaikan penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu, memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu (Koentjaraningrat, 1976 : 30). Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat ini berdasarkan fakta atau data-data yang tampak atau semestinya. Metode deskriptif yang digunakan dalam penulisan ini adalah suatu metode yang diartikan sebagai langkah-langkah dalam penyusunan, yakni : 1. Mengumpulkan : mengumpulkan data sebelum menyusun menjadi satu kajian untuk dapat menemukan apa masalah pokoknya. 2. Menyusun : ketika sudah mendapatkan data-data sesuai pokok kajian, maka disusunlah rangkaian dari setiap masalah dari yang luas menjadi sangat spesifik. 3. Mengklasifikasikan : setelah semua data berdasarkan teori, masalah sampai kepada siapa yang memberikan defenisi akan pembenaran ilmu dalam ruang