Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang ABSTRAK Niken Grah Prihartanti 1, Rini Hayu Lestari 2 1,2 Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES PEMKAB JOMBANG Akbid Wija Kusuma Malang, jl.tlogowaru Kedungkandang Malang Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial ekonomi, lingkungan tempat tinggal dan kesehatann. Salah satu penyebab kematian bayi baru lahir adalah asfiksia. Menurut studi pendahuluan ng dilakukan peneliti, data rekam medis menyebutkan bahwa insiden kejadian asfiksia neonatorum pada tahun 2016 sebank 295 kasus dan pada tahun 2015 sebank 341 kasus. Sementara itu, kasus asfiksia neonatorum dengan penyulit kehamilan dan persalinan pada tahun 2016 sebank 118 kasus. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain kohort retrospektif, mengenai faktor risiko intrapartum penyebab kejadian asfiksia neonatorum di PONEK RSUD Jombang pada bulan Januari-Mei 2017. Uji analisis data bivariat menggunakan chi square dan fisher s exact serta uji analisis lanjut multivariate menggunakan uji statistic regresi logistic. Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini 122 sampel dengan teknik pemilihan sampel simple random sampling. Dari analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat empat variabel ng ng paling dominan berhubungan dengan asfiksia neonatorum antara lain oksitoksin drip dimana nilai Expected(B) n paling besar (52,373), urutan kedua kni usia gestasi (24,710), urutan ketiga itu partus lama (9,660) dan urutan terakhir adalah faktor Ketuban Pecah Dini (0,164). Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk pelanan kesehatan dasar di wilah kerja terkait dengan pencegahan asfiksia neonatorum dalam kehamilan ng tepat sehingga morbiditas dan mortalitas bayi dapat diturunkan. Kata Kunci : Asfiksia Neonatorum, Faktor, Intrapartum PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir di Indonesia menurut SDKI 2012 adalah 32/1.000 kelahiran hidup (Profil kesehatan Indonesia, 2012). Sedangkan menurut data BPS Provinsi Jawa Timur, AKB tahun 2009 sebesar 31,41/1.000 kelahiran hidup, tahun 2010 mencapai 29,99/1.000 kelahiran hidup, tahun 2011 mencapai 29,24/1.000 kelahiran hidup, dan di tahun 2012 AKB telah mencapai 28,31 /1.000 kelahiran hidup. Menurut Sfrudin (2011), salah satu dari keseluruhan penyebab kematian bayi di Indonesia ialah asfiksia neonatorum sebank 27%. Selain itu beberapa fakta mengungkapkan bahwa sebank 47% kematian bayi meninggal pada periode neonatal. Di provinsi Jawa Timur diketahui jumlah bayi dengan asfiksia mencapai 26,75% dari 601.136 bayi lahir hidup. (profil Jawa Timur, 2012). Di Jombang diketahui jumlah bayi dengan asfiksia mencapai 21,4% sedangkan seluruh bayi lahir hidup adalah 20.666 bayi.(profil DINKES Jombang 2012). Data dari RSUD Jombang jumlah bayi ng mengalami asfiksia tahun 2012 sebank 260 bayi dari 898 (28,9%) bayi bermasalah. Tahun 2013 sebank 271 bayi dari 926 (29,2%) bayi ng bermasalah, sedangkan periode Januari sampai Maret 2014 sebank 70 bayi asfiksia dari 252 (27,7%) bayi ng bermasalah (RSUD Jombang, 2014). Menurut studi pendahuluan ng dilakukan peneliti, data rekam medis menyebutkan bahwa insiden kejadian asfiksia neonatorum pada tahun 2016 sebank 295 kasus dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebank 341 kasus. Sementara itu pada tahun 2016, sebank 118 kasus asfiksia neonatorum terjadi pada kasus-kasus dengan penyulit kehamilan dan persalinan. Melihat jumlah persalinan komplikasi ng mengakibatkan kecenderungan kelahiran dengan asfiksia neonatorum, maka perlu dilakukan penelitian ng dapat menguraikan faktorfaktor risiko apa saja ng tercatat pada rekam medis pasien dan mempengaruhi terjadin asfiksia neonatorum di PONEK RSUD Jombang. 73
METODE PELAKSANAAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain kohort retrospektif, mengenai faktor risiko intrapartum penyebab kejadian asfiksia neonatorum di PONEK RSUD Jombang pada bulan Januari-Mei 2017. Pada penelitian kohort retrospektif, pajanan dan penkit sudah terjadi di masa lampau sebelum dimulain penelitian, sehingga variabel-variabel tersebut diukur melalui catatan historis/ rekam medis pasien. Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menggunakan dua kelompok itu kelompok studi (sekelompok orang ng terpajan pada faktor risiko) dan kelompok control (sekelompok orang ng terpajan pada faktor risiko). Dalam penelitian ini, penyulit intrapartum merupakan faktor risiko dan asfiksia neonatorum sebagai efek pajanan ng telah terjadi pada masa lampau. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi baru lahir dengan diagnosis asfiksia neonatorum ng dilahirkan di PONEK RSUD Jombang pada bulan Januari- Mei tahun 2017 itu sebank 178 bayi. Pada penelitian ini, peneliti menginginkan tingkat kepercaan sebesar 95% dengan memakai derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90%. Sesuai dengan rancangan penelitian kohort, besar ukuran sampel ng diperlukan besar sampel itu 122 responden. Setelah ijin penelitian diberikan, peneliti mengambil data sekunder ng didapatkan dari data rekam medis, dan rekapan data register ibu bersalin di PONEK RSUD Jombang Bulan Januari-Mei 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel ng dimaksud, atau tentang apa ng diukur oleh variabel ng bersangkutan. 1. Analisis Data Univariat Analisis data univariat bertujuan untuk mendeskripsikan variabelvariabel dependen dan independen sehingga dapat membantu analisis bivariate lebih mendalam. Selain itu, analisis juga digunakan untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan diagnosis pre eklampsia berat ng menjadi responden penelitian. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi beserta intrepretasin. 2. Analisis Data Bivariat Analisis data bivariat bertujuan untuk menganalisis kemaknaan korelasi antara variable independen dengan variable dependen. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square untuk mengetahui signifikansi hipotesis dua subjek penelitian ng dianalisis. Uji chi square ng ditentukan dengan nilai alpha (α) sebesar 0,05. 3. Analisis Data Multivariat Uji analisis multivariate ng digunakan dalam penelitian ini ialah uji regeresi logistic. Regresi logistik bertujuan untuk memperoleh model ng terbaik dalam menentukan determinan faktor ng menyebabkan terjadin asfiksia neonatorum. Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat diujicobakan secara bersama-sama. Pemilihan model dilakukan dengan memasukkan semua variabel bebas ke dalam model, kemudian variabel ng p-waldn signikan dikeluarkan dari model secara beruruutan dimulai dari nilai p-waldn ng terbesar. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini disajikan data karakteristik responden berdasarkan usia ibu, paritas, usia gestasi, persalinan dengan induksi (oksitoksin drip), Ketuban Pecah Dini,dan partus lama. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Insiden Kejadian Asfiksia Neonatorum di PONEK RSUD Jombang Pada Bulan Januari- Mei 2017 Kategori Jumlah Persentase (%) Usia Ibu < 20 tahun 20 35 tahun >35 tahun Paritas 1 kali >1 kali Usia Gestasi > 30 minggu < 30 minggu 8 88 26 43 79 108 14 6,6% 72,1% 21,3% 35,2% 64,8% 89,3% 10,7% 74
Oksitoksin Drip Ketuban Pecah Dini Partus Lama 18 104 94 28 118 4 14,8% 85,2% 77,7% 22,3% 96,7% 3,3% Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Jombang Pada Bulan Januari- Mei 2017 Kategori Jumlah Persentase (%) Asfiksia Ringan 63 51,6% Asfiksia Sedang 45 36,9% Asfiksia Berat 14 11,5% Analisis Bivariat Kejadian Asfiksia Neonatorum Terhadap Karakteristik Responden Pada Bulan Januari- Mei 2017 di di PONEK RSUD Jombang Berikut ini akan diuraikan secara rinci faktor-faktor ng berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di PONEK RSUD Jombang menggunakan analisis bivariat chi-square dan fisher s exact. Tabel 3 Analisis Bivariat Kejadian Asfiksia Neonatorum Terhadap Karakteristik Responden Pada Bulan Januari- Mei 2017 di PONEK RSUD Jombang Variabel p value Usia Ibu 0,540 Paritas 0,145 Usia Gestasi 0,007 Oksitoksin Drip 0,045 Ketuban Pecah Dini 0,004 Partus Lama 0,034 Dalam penelitian ini terdapat 6 variabel ng diduga berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Berdasarkan hasil analisis uji chi square dan fisher s exact didapatkan nilai p-value <α (0,05) itu pada variabel usia gestasi, oksitoksin drip, ketuban pecah dini dan partus lama. Analisis Multivariat Faktor Risiko Intrapartum Terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di di PONEK RSUD Jombang Pada Bulan Januari-Mei 2017 Berikut ini akan diuraikan secara rinci faktor risiko intrapartum ng mempengaruhi kejadian asfiksia neonatorum di PONEK RSUD Jombang menggunakan analisis multivariat regresi logistik. Tabel 4. Analisis Multivariat Kejadian Asfiksia Neonatorum Terhadap Karakteristik Responden Pada Bulan Januari- Mei 2017 di PONEK RSUD Jombang Variabel B SE Wald Sig. Exp(B) Usia Gestasi 3,107 1,332 5,674 0,013 24,710 Oksitoksin 1,431 8,854 0,002 52,373 3,883 Drip Ketuban 0,714 6,357 0,013 0,164-1,801 Pecah Dini Partus Lama 2,249 0,871 8,251 0,003 9,660 Hasil analisis pada tabel 4 menunjukkan bahwa 4 variabel model mempuni p value<0,05. Hal ini bermakna bahwa variabel usia gestasi, oksitoksin drip, ketuban pecah dini, dan partus lama berpengaruh secara signifikan dengan kejadian asfiksia neonatorum dan merupakan model akhir faktor penentu kejadian asfiksia neonatorum. Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa dari keempat variabel ng masuk ke dalam multivariat, variabel ng paling dominan berhubungan dengan asfiksia neonatorum adalahh oksitoksin drip dimana nilai Expected(B) n paling besar (52,373), urutan kedua kni usia gestasi (24,710), urutan ketiga itu partus lama (9,660) dan urutan terakhir adalah faktor Ketuban Pecah Dini (0,164). Berdasarkan hasil analisis bivariate terhadap variable usia gestasi didapat hasil chi square ng sudah dilakukan koreksi memiliki nilai p value sebesar 0,007 (<0,05), ng bermakna bahwa terdapat hubungan antara usia gestasi dengan kejadian asfiksia neonatorum. Hasil uji analisis lanjut menggunakan regresi logistic menunjukkan OR (Odd Ratio) 24,710 ng artin risiko terjadin asfiksia neonatorum pada ibu ng usia gestasi prematur sebesar 24,710 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu bersalin pada usia gestasi atherm. Bayi preterm memiliki organ dan alat-alat tubuh ng belum berfungsi optimal untuk 75
bertahan hidup di luar rahim. Semakin muda usia gestasi, fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, dan prognosis juga semakin buruk. Hal ini terjadi akibat dari belum berfungsin organ tubuh secara sempurna seperti sistem pernafasan maka mengakibatkan asfiksia pada bayi baru lahir. Berdasarkan analisis bivariate didapat hasil fisher s exact pada komponen variable jenis persalinan tindakan dengan oksitoksin drip didapatkan nilai p value sebesar 0,045 (<0,05), ng berarti terdapat korelasi antara persalinan dengan oksitoksin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum. Hasil uji analisis lanjut menggunakan regresi logistic menunjukkan OR (Odd Ratio) 52,373 ng artin risiko terjadin asfiksia neonatorum pada ibu ng bersalin dengan oksitoksin drip sebesar 52,373 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu ng melahirkan tanpa diinduksi okstitoksin. Berdasarkan analisis bivariate didapat hasil fisher s exact pada komponen variable Ketuban Pecah Dini didapatkan nilai p value sebesar 0,004 (<0,05), ng menunjukkan bahwa adan hubungan ketuban pecah dini dengan insiden kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Hasil uji regresi logistic menunjukkan OR (Odd Ratio) 0,164 ng artin ibu ng mengalami Ketuban Pecah Dini berisiko melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum sebesar 0,16 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu bersalin ng mengalami Ketuban Pecah Dini. Kelahiran bayi asfiksia dipicu oleh etuban Pecah Dini dikarenakan terjadin hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berkaitan dengan faktor-faktor ng teimbul sejak masa antenatal, intranatal atau bahkan segera setelah bayi lahir. Dengan pecahn ketuban terjadi oligohidrmnion ng menekan tali pusat hingga terjadi hipoksia. Berdasarkan hasil analisis bivariate terhadap variabel persalinan dengan partus lama didapatkan hasil chi square ng sudah dilakukan koreksi memiliki nilai signifikansi p value 0,034 (<0,05), ng bermakna bahwa terdapat keterkaitan antara partus lama dengan insiden kejadian asfiksia neonatorum. Hasil uji analisis lanjut menggunakan uji regresi logistic menunjukkan nilai OR (Odd Ratio) 9,660 ng artin risiko terjadin asfiksia neonatorum pada ibu ng mengalami partus lama sebesar 24,710 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu ng mengalami partus lama. Partus lama dapat terjadi jika persalinan ng berlangsung lebih dari 18 jam pada multi dan lebih dari 24 jam pada primi. Apabila persalinan berlangsung lama, dapat memicu komplikasi terhadap ibu maupun bayi dan dapat meningkatkan angka mortalitas bagi ibu serta bayi. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan diuraikan secara rinci pada pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Variabel usia gestasi, oksitoksin drip, ketuban pecah dini, dan partus lama berpengaruh secara signifikan dengan kejadian asfiksia neonatorum dan merupakan model akhir faktor penentu kejadian asfiksia neonatorum. 2. Dari analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari keempat variabel ng masuk ke dalam multivariat, variabel ng paling dominan berhubungan dengan asfiksia neonatorum adalahh oksitoksin drip dimana nilai Expected(B) n paling besar (52,373), urutan kedua kni usia gestasi (24,710), urutan ketiga itu partus lama (9,660) dan urutan terakhir adalah faktor Ketuban Pecah Dini (0,164). Saran 1. Bagi tempat penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan evaluasi dalam pelanan kebidanan khususn untuk kejadian asfiksia neonatorum di PONEK RSUD Jombang. 2. Bagi Institusi Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan bacaan serta gambaran bagi peneliti selanjutn. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi data untuk pendalaman mata kuliah ng berkaitan dengan kejadian partus premature dan asfiksia neonatorum. 3. Bagi Dinas Kesehatan Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk pelanan kesehatan dasar di wilah kerja terkait dengan pencegahan asfiksia neonatorum dalam kehamilan ng tepat. 76
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika Wiknjosastro,Hanifa.2006.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Billington & Mandy. 2010. KegawatandalamKehamilan- Persalinan. Jakarta: EGC. Cunningham,F.et all.2006.obstetri William.Jakarta:EGC Dinas Kesehatan Jombang. 2014. Profil Kesehatan Jombang. Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Jawa Timur. JNPK-KR. 2009. Asuhan Persalinan Normal dan Inisisasi Menyusui Dini.Jakarta: JNPK-KR Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Nugroho Taufan, dr. 2012. Patologi Kebidanan. Yogkarta: Nuha Medika. Nursalam, prof, Dr. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pangemanan.2002.Komplikasi Akut Pada Preeklampsia. http://digilib.unsri.ac.id/diunduh pada tanggal 07 Desember 2016 Prawirohardjo, Sarwono.2002.Buku Pedoman Praktis Pelanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yasan Bina Pustaka. Rukih & Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Info Media. Setiningrum, Ary. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan Kebidanan patologi). Jakarta: In Media. Sukarni & Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi. Yogkarta: Nuha Medika 77