1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi daging untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Daging puyuh memiliki kandungan nutrisi yang tidak jauh berbeda dengan unggas lain, akan tetapi memiliki kadar lemak dan kolesterol lebih tinggi. Kadar lemak dan kolesterol ayam broiler sebesar 2,56% dan 177,47 mg/g (Ismoyowati dan Widyastuti, 2003). Kadar lemak dan kolesterol daging puyuh masing-masing adalah sebesar 17,71%% dan 193,36 mg/g (Febriana, 2015). Lemak dan kolesterol merupakan komponen yang dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi tertentu, akan tetapi apabila dikonsumsi secara berlebihan pada kelompok usia tertentu akan menimbulkan berbagai penyakit. Tingginya kadar kolesterol pada daging puyuh tidak baik dikonsumsi oleh konsumen yang memiliki kadar kolesterol tinggi. Apabila dikonsumsi secara berlebihan oleh konsumen yang memiliki kadar kolesterol tinggi maka dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti jantung koroner, darah tinggi dan stroke. Maka diperlukan cara untuk dapat menurunkan kadar kolesterol daging puyuh. Daun kemuning merupakan tanaman yang hidup secara liar disemak belukar dan dapat dijadikan sebagai tanaman hias. Daun kemuning (Murraya paniculata (L.)
2 Jack) dapat dijadikan sebagai feed additive karena mengandung senyawa kimia yang merupakan metabolit sekunder seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Senyawa kimia flavonoid, saponin, dan tanin diketahui dapat menurukan kadar kolesterol. Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Saponin dapat menurunkan kolesterol karena dapat membentuk ikatan kompleks yang tidak larut dengan kolesterol. Tanin dapat menghambat kolesterol dengan cara bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga dapat menghambat penyerapan lemak. Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian tepung daun kemuning dalam ransum terhadap kadar lemak dan kolesterol daging puyuh. 1.2. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh pemberian tepung daun kemuning dalam ransum terhadap kadar lemak dan kolesterol daging puyuh. 2. Pada tingkat berapa persen pemberian tepung daun kemuning dalam ransum dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging puyuh. 1.3. Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui pengaruh pemberian tepung daun kemuning dalam ransum terhadap kadar lemak dan kolesterol daging puyuh. 2. Menetapkan tingkat persentase pemberian tepung daun kemuning dalam ransum dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging puyuh.
3 1.4. Kegunaan Penelitian Menjadi informasi kepada peneliti dan masyarakat khususnya peternak puyuh untuk menggunakan tepung daun kemuning sebagai alternatif feed additive untuk menghasilkan daging puyuh yang rendah lemak dan kolesterol. 1.5. Kerangka Pemikiran Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun produksinya belum terlalu besar, akan tetapi saat ini banyak peternakan yang mulai megembangkan budidaya puyuh dan memberikan kontribusi dalam pemenuhan produksi daging untuk mecukupi kebutuhan pangan (Genchev dkk., 2008). Daging puyuh memiliki kandungan gizi yang tinggi dengan kandungan protein sebesar 22,5% sehingga mampu memenuhi kebuhan protein hewani untuk masyarakat (Anugerah dkk., 2009). Selain memiliki kandungan protein yang tinggi, daging puyuh juga memiliki kandungan lemak dan kolesterol cukup tinggi. Kadar lemak dan kolesterol puyuh sebesar 17,71% dan 193,36 mg/g (Febriana, 2015). Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging puyuh tersebut. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang berfungsi untuk metabolisme tubuh dan ditemukan pada banyak sel dalam bentuk butir-butir lemak kecil (Lichtensein dan Jones, 2001). Metabolisme lemak merupakan proses asam-asam lemak yang diubah dan digunakan untuk menjadi energi, produksi telur atau disimpan dalam lemak tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati dapat disimpan di dalam sel-sel lemak
4 sebagai cadangan energi (Guyton, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini diserap dari usus dan masuk ke dalam darah. Kolesterol merupakan suatu lemak berwarna putih yang dibuat di dalam hati dan dilepaskan ke dalam aliran darah. Selain diproduksi di hati (endogen), kolesterol juga dapat diperoleh dari makanan (eksogen) (Harper dkk., 1979). Kolesterol merupakan sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi dan sangat dibutuhkan tubuh, terutama untuk membentuk membran sel dalam tubuh. Kolesterol juga berguna dalam pembentukan asam empedu, hormon-hormon steroid dan vitamin D (Pereira, 2010). Kolesterol diabsorpsi di usus dan ditransport dalam bentuk kilomikron menuju hati, kolesterol dibawa oleh VLDL (Very Low Density Lipoprotein) untuk membentuk LDL melalui perantara IDL (Intermediate Density Lipoprotein). LDL selanjutnya membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer sesuai dengan kebutuhan. Sisa kolesterol di jaringan perifer berikatan dengan HDL dan dibawa kembali ke hati agar tidak terjadi penumpukan di jaringan. Kolesterol di hati diekskresikan menjadi asam empedu sebagian dikeluarkan melalui feses, sebagian lainnya asam empedu diabsorpsi oleh usus melalui vena porta hepatik yang disebut dengan siklus enterohepatik (Widman, 1995). Kadar lemak dan kolestesterol daging puyuh dapat diturunkan dengan penambahan feed additive dalam pakan. Daun kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) merupakan tanaman yang tumbuh liar dalam semak belukar dan sebagian
5 masyarakat menjadikannya sebagai tanaman hias. Daun kemuning dapat dijadikan sebagai feed additive karena mengandung senyawa kimia yang merupakan metabolit sekunder seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin (Kartika, 2007). Saponin dan tanin diketahui dapat menurunkan kadar lemak pada ayam broiler. Saponin dan tanin dapat dimanfaatkan untuk menghambat penimbunan lemak sehingga meningkatkan kualitas karkas ayam broiler (Anggorodi, 1994). Saponin pada alfafa dapat menurunkan total lemak daging ayam (Ponte dkk., 2004). Menurunkan kadar kolesterol daging dapat dilakukan dengan menurunkan kadar kolesterol darah. Menurunkan kadar kolesterol darah yaitu dengan menurunkan konsumsi pakan, pencernaan, penyerapan, menurunkan sintesis endogen serta meningkatkan pengeluaran empedu dan feses (Rahmat, 2011). Daun kemuning merupakan salah satu tumbuhan yang juga berkhasiat sebagai penurun kolesterol (Harmanto, 2005). Senyawa kimia flavonoid, saponin, dan tanin diketahui dapat menurukan kadar kolesterol. Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Mekanisme flavonoid dengan cara menghambat sintesis kolesterol melalui inhibitor HMG CoA reduktase (Chen dkk., 2001). Flavonoid berperan dalam penurunan kolesterol yang dalam dosis kecil dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat menurunkan tingkat oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) sehingga akumulasi kolesterol pada pembuluh darah berkurang (Suharti dkk., 2009). Flavonoid memiliki ikatan difenilpropana (C6-C3-C6) yang diketahui sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik. Selain itu senyawa ini juga memiliki sifat sebagai antioksidan, anti peradangan, anti alergi, dan dapat menghambat oksidasi dari LDL (Low Density Lipoprotein) (Lenny, 2006).
6 Saponin dan tanin merupakan senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa saponin dapat membentuk ikatan kompleks yang tidak larut dengan kolesterol. Saponin bergabung dengan asam empedu dari kolesterol makanan membentuk micelles yang juga tidak dapat diserap oleh usus dan saponin dapat meningkatkan pengikatan kolesterol dari makanan oleh serat sehingga juga tidak diserap oleh usus (Arnelia, 2004; Deddy Muctadi, 2005). Selain itu saponin juga menghambat absorbsi kolesterol pada usus sehingga menyebabkan penurunan level kolesterol pada hati dan mereduksi kolesterol pada daging (Cheek, 2001). Tanin dapat menghambat kolesterol dengan cara bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga dapat menghambat penyerapan lemak (Dornald, 2002). Pemberian ekstrak etanol daun kemuning dosis 100 mg/kg bobot badan, 200 mg/kg bobot badan dan 400 mg/kg bobot badan memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastanin 0,80 mg/kg bobot badan. Ahli peneliti dari Departemen Biokimia Kerala India tahun 2005, pemberian kemuning 10% dari jumlah makanan per hari pada tikus ternyata dapat menurunkan kadar LDL dan menaikan kadar HDL (Rosaeni dkk., 2014). Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis bahwa pemberian tepung daun kemuning pada taraf 1% dalam ransum menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging puyuh.
7 1.6. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima minggu yaitu pada 30 April sampai 5 Juni 2017, yang dilaksanakan di Pusat Pembibitan Ternak Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran serta pengujian sampel di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.