Jurnal Edumath, Volume 4. No. 1, (2018) Hlm. 58-64 ISSN Cetak : 2356-2064 ISSN Online : 2356-2056 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING Eka Senjayawati Pendidikan Matematika, IKIP Siliwangi Senja_eka@yahoo.co.id Abstract The purpose of this research were to know the difference of achievement and improvement in mathematical critical thinking ability of students that given problem posing approach with students that given conventional learning. The method used in this research is the experimental method, with the design of pretest-posttest control group. The population is all students of vocational school in Cimahi, while the sample is chosen selectively from two classes of one of vocational schools. Then from these two classes, it is determined randomly as to which class is assigned into experimental or control class. In analyzing the data, the test of two mean differences is done using non-parametric statistical test Mann Whitney and the t test. The results show that (1) mathematical critical thinking of the students who received problem posing is better than that of those who received conventional learning; (2) Improvement in mathematical critical thinking ability of the students who received problem posing approach is better than that of those received conventional learning Keyword: Mathematical critical thinking, Problem posing Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi pendekatan problem posing dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan rancangan kelompok kontrol pretest-posttest. Populasi adalah semua siswa sekolah kejuruan di Cimahi, sedangkan sampel dipilih secara selektif dari dua kelas salah satu sekolah kejuruan. Kemudian dari dua kelas ini, ditentukan secara acak kelas mana yang ditugaskan ke kelas eksperimen atau kelas kontrol. Dalam menganalisa data, uji dua perbedaan mean dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik Mann Whitney dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemikiran kritis matematis siswa yang mendapat masalah berpose lebih baik daripada siswa yang menerima pembelajaran konvensional; (2) Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang mendapat pendekatan berpose lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Keyword: Mathematical critical thinking, Problem posing 1. PENDAHULUAN Pentingnya inovasi baru pembelajaran matematika saat ini dibutuhkan oleh para pendidik di sekolah. Berbagai pendekatan atau strategi pembelajaran diterapkan para pendidik untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematik siswa sekolah saat ini. Strategi pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang terjalin hubungan interaksi antara pendidik dan peserta didik secara interaktif yang memberikan makna dari proses pembelajaran dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta membangkitkan semangat siswanya. Matematika diperlukan siswa sebagai bekal agar siswa memiliki 58
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki setiap individu adalah kemampuan berpikir kritis. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis ini kurang terasah dengan baik. Banyak siswa masih menganggap pelajaran matematika sulit dan merupakan masalah dalam belajar. Menurut O daffer dan Theonquist serta Miller (Sumaryati dan Sumarmo, 2013: 27) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sekolah menengah belum memuaskan dan mereka cenderung menghindar dari soal-soal yang tidak rutin. Hal tersebut menerangkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah sangat berpengaruh sekali terhadap pembelajaran matematika. Menurut Ennis (Sofia, 2005: 17) Bahwa terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dikelompokan dalam lima kelompok keterampilan berpikir, yaitu: 1) Memberikan penjelasan sederhana, yang meliputi: (a) memfokuskan pertanyaan; (b) menganalisis argumen; (c) bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan. 2) Membangun keterampilan dasar, yang meliputi: (a) mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) suatu sumber; (b) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 3)Menyimpulkan, yang meliputi: (a) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil diskusi; (b) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi; (c) membuat dan mempertimbangkan nilain keputusan. 4) Memberikan penjelasan lanjut, yang meliputi: (a) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi; (b) mengidentifikasi asumsi. 5) Mengatur strategi dan teknik, yang meliputi: (a) memutuskan suatu tindakan; (b) berinteraksi dengan orang lain. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dianggap dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif serta kritis dalam proses belajar adalah dengan pendekatan problem posing. Pendekatan problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan. Siswa dilatih untuk kritis dalam mengajukan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Siswa dipacu untuk memahami materi setelah itu mereka berpikir untuk mengajukan soal serta mengetahui urutan peneyelesaian soal.. Problem posing (pengajuan soal) menepati posisi yang strategis dan penting pada kurikulum terbaru, siswa harus menguasai materi dan urutan Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath 59
penyelesaian soal secara detail. Problem posing adalah istilah dalam bahasa inggris yaitu dari kata problem artinya masalah,soal/persoalan dan kata pose yang artinya mengajukan, Echols dan shadily (Kurniawan: 2016) jadi, problem posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai 1) Apakah pencapaian kemampuan berpikir kritis matematik siswa SMK yang menggunakan pendekatan problem posing lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa? 2) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa SMK yang menggunakan pendekatan problem posing lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa? 2. METODE PENELITIAN Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. eesain penelitiannya adalah sebagai berikut : A O X O A O O (Ruseffendi, 2005 : 50) Keterangan: A : Pemilihan sampel secara acak berdasarkan kelas X : Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Problem Posing O : Pretes = Postes 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisis Data Nilai Pretes Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 22 dan menggunakan uji statistik Kolmogorov- Smirnov.Hipotesisnya sebagai berikut : H0 : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Hasil perhitungan terangkum pada Tabel 1. Berikut: Tabel 1 Uji Normalitas Data Pretes Kelas S N Sig Interpretasi Eksperimen 58,80 1,630 30 0,057 H 0 diterima Kontrol 58,50 2,020 30 0,259 H 0 diterima Berdasarkan kriteria pengujian dan tabel uji normalitas nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol, nampak bahwa signifikansi kelas eksperimen adalah 0,057 dan signifikansi kelas kontrol adalah 0,259. Karena nilai signifikansi kedua kelas tersebut lebih dari 0,05 maka H0 diterima, artinya kedua data berdistribusi normal. Uji Homogenitas Varians Hipotesis : H0 : Ha : Varians kedua kelompok homogen Varians kedua kelompok tidak homogen Kriteria Pengujian : 60
Hasil Perhitungan terangkum pada Tabel 2 Tabel. 2 Uji Homogenitas Varians Data Nilai Harian Uji Signifikansi Perbedaan Dua Rata-Rata Data Nilai Harian Kelas Sig Interpretasi Eks 0,520 H 0 diterima Kontrol 0,520 H 0 diterima Kelas S N Sig Interpretasi Eksperimen 1,630 30 Kontrol 2,020 30 0,057 H0 diterima Berdasarkan Tabel 2 didapat nilai signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,057. Karena signifikansi lebih dari 0,05, maka H0 diterima, hal ini berarti varians data kelompok homogen. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Langkah selanjutnya dilakukan uji t atau uji perbedaan dua rata-rata yaitu Two Sample T- Test dengan asumsi homogen (assume equal varians). Hipotesis : H0 : = (tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematik awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) Ha : (terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis matematik awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) Jika sig > 0,05 maka H0 diterima Jika sig 0,05 maka Ha ditolak Hasil Perhitungan terangkum pada Tabel 3 Tabel 3 Dari hasil pengujian diperoleh data bahwa signifikansi uji perbedaan dua rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,520. Berdasarkan hal tersebut signifikansi kedua kelompok ternyata lebih dari 0,05 Hal ini berarti H0 diterima, sehingga dari hasil pengolahan data nilai harian di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis matematik siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Analisis Data Postest Uji Normalitas Uji Normalitas data posttest dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 22. Hipotesisnya : H0 : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Hasil Perhitungan terangkum pada Tabel. 4 Tabel 4 Uji Normalitas Data Postes Kelas S N Sig Interpretasi 61
Eks 72,77 5,78 30 0,000 H 0 ditolak Kontrol 68,23 4,82 30 0,002 H 0 ditolak Kelas N AsympSig. (2-tailed) Interpretasi Berdasarkan kriteria pengujian dan tabel uji normalitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol, nampak bahwa nilai signifikansi kelas eksperimen dan adalah 0,000 dan nilai signifikansi kelas kontrol adalah kelas kontrol adalah 0,002. Karena signifikansi kedua kelas tersebut kurang dari 0,05 maka H0 ditolak sehingga data untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Eksp 30 0,001 H 0 ditolak Kontrol 30 Berdasarkan data Tabel. 5 nampak bahwa nilai signifikansi uji non-parametrik Mann-Whitney kedua kelas adalah 0,001. Sehingga dari hasil pengolahan data nilai postes disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Uji Mann-Whitney Setelah dilakukan uji normalitas data dan hasil dari data kedua kelas tersebut tidak berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya dilakukan uji non-parametrik Mann-Whitney. Hipotesis : H0 : kemampuan berpikir kritis matematik kelas eksperimen tidak lebih baik daripada kelas kontrol Ha : Kemampuan berpikir kritis matematik kelas eskperimen lebih baik daripada kelas kontrol Kriteria Pengujian : Hasil Perhitungan terangkum pada Tabel 5 Tabel. 5 Uji Non-Parametrik Mann-Whitney Data Gain Ternormalisasi Uji gain digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan berfikir kritis matematik siswa yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran. Rumus yang digunakan untuk uji Gain menurut Meltzer (Istianah, 2013: 48) g = Untuk menginterpretasikan data tersebut digunakan kriteria indeks Gain ternormalisasi menurut Hake (Istianah, 2013: 48). Hasil Perhitungan terangkum pada Tabel 6 Tabel.6 Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi Indeks Gain Interpretasi Ternormalisasi 0,70 < (g) Tinggi 62
0,30 (g) 0,70 Sedang (g) < 0,30 Rendah a) Uji Normalitas Uji Normalitas data gain dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 22. Hipotesisnya : H0 : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Hasil Perhitungan terangkum pada Tabel 7 selanjutnya dilakukan uji non-parametrik Mann-Whitney. Hipotesis : H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik kelas eksperimen tidak lebih baik daripada kelas kontrol Ha : Peningkatan Kemampuan berpikir kritis matematik kelas eskperimen lebih baik daripada kelas kontrol Kriteria Pengujian : Hasil perhitungan terangkum pada Tabel 7 Tabel. 7 Uji Normalitas Data Gain Kelas S Sig Interpretasi Eks 0,203 0,111 0,000 H 0 ditolak Tabel.8 Uji Non-Parametrik Mann-Whitney Kontrol 0,175 0,089 0,200 H 0 diterima Kelas N Asymp.Sig. (2-tailed) Interpretasi Berdasarkan Tabel. 7 nilai signifikansi kelas eksperimen adalah 0,000 dan kelas nilai signifikansi kelas kontrol adalah 0,200, karena nilai signifikansi salah satu kelas tersebut kurang dari 0,05 maka H0 ditolak sehingga data untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal. b) Uji Mann-Whitney. Setelah dilakukan uji normalitas data dan hasil dari data kedua kelas tersebut tidak berdistribusi normal, maka langkah Eks 30 0,000 H 0 ditolak Kontrol 30 Berdasarkan data Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji nonparametrik Mann-Whitney kedua kelas adalah 0,000. Sehingga dari hasil pengolahan data nilai gain di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. 63
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini tidak terlepas dari kelebihan dari pendekatan problem posing itu sendiri, yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir secara detail mengenai penyelesaian masalah dan dimotivasi untuk membuat soal-soal baik soal rutin maupun non rutin. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah ditentukan sebelumnya, maka dapat di simpulkan bahwa: a. Pencapaian kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan problem posing lebih baik dari pada yang pmenggunakan pembelajaran biasa. b. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan problem posing lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 2 (1), 48. Kurniawan, P.Y. (2016). Pembelajaran Matematika dengan Pemdekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikr Kreatif Siswa. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. 1,No. 1:2016. Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan. Bandung. Tarsito. Sofia, E. (2005). Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Tipe Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Bandung: FPMIPA UPI. Sumaryati, E. & Sumarmo, U. (2013). Pendekatan Induktif-Deduktif Disertai Strategi Think-Pair-Square-Share untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis serta Disposisi Matematis. Infinity Jurnal STKIP Siliwangi Bandung, 2(1), 27-30. 5. DAFTAR PUSTAKA Istianah, E. (2013, Februari) Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dengan Pendekatan Model Eliciting Activities (Meas) pada Siswa. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi 64