PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan pada dasarnya muncul karena adanya hasrat ingin tahu

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yaitu hukum public dan hukum privat. Hukum public adalah

Keywords: Abortion, Victims, Rape, Criminal Code, Law No. 36 of 2009.

Oleh : I Putu Sabda Wibawa I Dewa Gede Palguna Program Kekhususan: Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

PERLINDUNGAN ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM HUKUM PIDANA

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN

TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA SEBAGAI ALASAN PEMBERHENTIAN PRESIDEN DARI JABATANNYA (PEMAKZULAN)

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA TENAGA KERJA YANG DI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) AKIBAT DARI PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

ABSTRACT. Keywords : Compensation, Restitution, Rehabilitation, Terrorism.

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP LEMBAGA PENYIARAN YANG MENYIARKAN KONTEN PORNOGRAFI

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA EKSIBISIONISME DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGEROYOKAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI

BENTUK GANTI KERUGIAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

BAB II LANDASAN TEORI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS HUKUMAN KEBIRI UNTUK PELAKU KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DITINJAU DARI PEMIDANAAN DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar

DASAR KUALIFIKASI CURI PATOLOGIS (KLEPTOMANIA) DI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PERBUATAN SUMBANG (INCEST) DALAM KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BARU

BAB I PENDAHULUAN. Pembunuhan anak kandung diterangkan oleh undang-undang. yang penuh, dan belum sempat timbul rasa kasih sayang.

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH

ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA JASA PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF KUHP

KAJIAN PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

KEBIJAKAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA OLEH PELAKU KEJAHATAN TERHADAP HARTA BENDA ( STUDI KASUS TERHADAP RECIDIVIS )

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh :

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji,

ANALISIS TERHADAP VOORGEZETTE HANDELING

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

AKIBAT HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN APABILA TERJADI PEMBATALAN PERJANJIAN

BAB III PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT KUHP

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PEMBERIAN KOMPENSASI SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KERUSUHAN

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LESSEE DALAM HAL OBJEK LEASING MENGANDUNG CACAT TERSEMBUNYI

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

UPAYA PEMERINTAH MELESTARIKAN KEBERADAAN SATWA LANGKA YANG DILINDUNGI DARI KEPUNAHAN DI INDONESIA

TAWURAN DARI SUDUT PASAL 170 DAN PASAL 358 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA 1 Oleh: Hendy Pinatik 2

TINDAKAN PENGANCAMAN DAN PERAMPASAN YANG DILAKUKAN OLEH DEBT COLLECTOR KEPADA DEBITUR

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

ABSTRAK ACHMAD IMAM LAHAYA, Nomor Pokok B , Tinjauan Yuridis Terhadap Penyertaan Tindak

ALASAN PENGHAPUS PIDANA BAGI KORBAN YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KARENA DIPAKSA DALAM UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DILUAR NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai tiga arti, antara lain : 102. keadilanuntuk melakukan sesuatu. tindakansegera atau di masa depan.

PERSPEKTIF KRIMINOLOGI DALAM MENGKAJI PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI Di INDONESIA

Oleh. I Gusti Ngurah Bayu Pradiva I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BALITA SEBAGAI KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI TINJAU DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP HEWAN PELIHARAAN YANG MENYEBABKAN KERUGIAN TERHADAP HEWAN PELIHARAAN LAIN SEBAGAI PERBUATAN YANG MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

Transkripsi:

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA Oleh : Ida Ayu Putu Trisna Candrika Dewi Yohanes Usfunan Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract The journal entitled Criminal Liability The Victims of Prank in Indonesia. The research problem are defense forced regulated in article 49 section (1) of Criminal Code and criminal liability the victims of prank associated with defense forced. The research method of this journal is normative. The conclusions of this journal is the victim of prank cannot be threatened with punishment if it meets the elements of the defense forced regulated in article 49 section (1) of Criminal Code, namely the existence of an attack or a threat of attack which is against the law, there is no way to avoid such attacks and the actions of the defence must be balanced with the nature of the attacks and the threat of attack. In addition, it should be noted that is the intention of the maker of the prank for jokes or make a prank as the alibi to commit a crime. Keywords : Prank, Victims, Defense Forced, Attack or a Threat of Attack. Abstrak Jurnal ini berjudul Pertanggungjawaban Pidana Korban Prank di Indonesia. Rumusan masalah jurnal ini adalah pembelaan terpaksa yang diatur dalam pasal 49 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan pertanggungjawaban pidana korban prank yang dikaitkan dengan pembelaan terpaksa. Metode penelitian yang digunakan yaitu yuridis normatif. Kesimpulan dari jurnal ini adalah korban prank tidak dapat diancam dengan pidana jika telah memenuhi unsur-unsur pembelaan terpaksa yang diatur dalam pasal 49 ayat (1) KUHP yaitu adanya serangan atau suatu ancaman serangan yang bersifat melawan hukum, tidak ada cara untuk menghindari serangan tersebut dan tindakan pembelaan tersebut harus seimbang dengan sifat dari serangan dan ancaman serangan. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah niat dari pembuat prank untuk lelucon atau membuat prank sebagai alibi dalam melakukan kejahatan. Kata kunci : Prank, Korban, Pembelaan Terpaksa dan Serangan atau Ancaman Serangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prank merupakan sesuatu yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat, terutama anak muda yang memiliki tingkat selera humor yang tinggi. Prank adalah 1

suatu bentuk slang atau sebutan yang tidak resmi untuk kejenakaan, yang diadaptasi dari practical joke, dan bertujuan untuk membuat orang dalam hal ini korban merasa terjahili sehingga menimbulkan rasa kepuasan pada pembuat prank. Prank memiliki berbagai jenis, diantaranya adalah prank dengan menggunakan tema kejahataan, seperti menculik, menodongkan senjata tajam, ataupun bertindak sebagai preman yang berpura-pura mengancam korban kejahilannya. Namun, tidak semua prank berakhir pada gurauan atau kejenakaan. Ada juga prank yang mengakibatkan berbagai musibah seperti luka-luka hingga kehilangan nyawa. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Hal ini termaktub dalam ketentuan Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketentuan ini menegaskan bahwa setiap manusia, sejak ia lahir mempunyai hak yang sama dalam hal untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Hak ini juga berlaku pada korban dari prank itu sendiri. Korban prank yang tidak mengetahui dirinya berkedudukan sebagai objek atau sasaran dari kejahilan pembuatnya, tentu akan melakukan berbagai tindakan awal untuk melindungi diri dari ancaman yang diterimanya. Pembuat prank yang tiba-tiba memberikan serangan maupun ancaman serangan tentu akan menimbulkan rasa kaget sehingga korban melakukan tindakan preventif guna melindungi dirinya. Apabila tindakan perlindungan diri dari korban prank tersebut menimbulkan akibat berupa luka-luka bagi pembuat prank, tindakan preventif dari korban prank tersebut menimbulkan pertanyaan apakah dapat digolongkan sebagai suatu tindak pidana dan terhadapnya dapat dijatuhi pidana, mengingat perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa untuk melindungi dirinya. KUHP mengatur mengenai Noodweer atau Pembelaan Terpaksa yang merupakan salah satu alasan menghilangkan sifat tindak pidana yang termuat dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP. Masih terjadi berbagai kebingungan dan kesulitan dalam menentukan apakah tindakan korban dapat digolongkan sebagai pembelaan terpaksa atau murni merupakan tindak pidana, mengingat belum adanya aturan jelas mengenai keberadaan prank di Indonesia. 1.2 Tujuan 2

Dari penulisan jurnal ini, tujuan yang hendak dicapai adalah menganalisa tentang pembelaan terpaksa yang diatur dalam pasal 49 ayat (1) KUHP dan pertanggungjawaban pidana korban prank yang dikaitkan dengan pembelaan terpaksa. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan jurnal ini adalah metode penelitian hukum normatif. Metode ini digunakan karena mengkaji permasalahan-permasalahan yang ada dengan meninjau dari teori-teori hukum dan peraturan perundang-undangan terkait dalam praktek hukum. 1 Mengkaji akibat yang ditimbulkan dari tindakan preventif atau pembelaan korban Prank dengan meninjau ketentuan dalam KUHP. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Pembelaan Terpaksa Dalam KUHP Ketentuan pasal 49 (1) KUHP ini merupakan salah satu alasan-alasan yang menghilangkan sifat tindak pidana, dimana alasan ini berlaku bagi semua tindak pidana. 2 Pembelaan terpaksa yang dalam Bahasa Belanda disebut dengan noodweer telah diatur dalam ketentuan Pasal 49 ayat (1) KUHP, yang menyatakan : Barangsiapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan, karena ada serangan atau ancaman serangan ketika itu yang melawan hukum, terhadap diri sendiri maupun orang lain; terhadap kehormatan kesusilaan (eerbaarheid) atau harta benda sendiri maupun orang lain, tidak dipidana. 3 Maksud dari ketentuan tersebut, menurut Moeljatno adalah perbuatan yang dilakukan harus merupakan suatu pembelaan, yang berarti bahwa harus ada hal-hal yang memaksa terdakwa untuk melakukan perbuatannya berupa serangan maupun 1 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 13-14. 2 Wirjono Prodjodikoro, 2014, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia,Cet. ke-6, PT Refika Aditama, Bandung, hal.81. 3 Moeljatno, 2012, KUHP= Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cet. ke-30, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 23. 3

ancaman seketika yang melawan hukum. Pembelaan yang dilakukan harus karena keterpaksaan, yang menyebabkan tidak ada jalan lain bagi terdakwa untuk menghindari ancaman dari serangan tersebut. 4 Unsur-unsur yang harus dipenuhi dari pembelaan terpaksa sesuai dengan ketentuan pasal 49 (1) KUHP yaitu : 1. Adanya serangan atau suatu ancaman serangan (bersifat melawan hukum); 2. Tidak ada cara atau jalan lain untuk menghalaukan serangan atau ancaman serangan dalam pengertian secara wajar; 3. Perbutan pembelaan tersebut harus memiliki keseimbangan dengan sifat dari serangan atau ancaman serangan. 5 2.2.2 Pembelaan Terpaksa Oleh Korban Prank Tindakan preventif yang dilakukan oleh korban prank dapat digolongkan sebagai suatu pembelaan terpaksa yang sesuai dengan ketentuan pasal 49 ayat (1) KUHP jika perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang diuraikan sebagai berikut : 1. Adanya serangan ataupun ancaman Unsur ini terpenuhi jika pembuat prank yang melakukan jebakan dengan cara berpura-pura sebagai penjahat dan melakukan tindakan yang mengancam atau menyerang korbannya. Contohnya adalah prank dengan motif menjadi seorang badut yang menodongkan pisau kepada korbannya dan segerombolan preman yang mencoba untuk melakukan pelecehan seksual kepada seorang wanita dijalanan yang sepi pada malam hari. Perbuatan tersebut merupakan hal yang tentunya bertentangan dengan hukum. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah adanya niat dari pembuat prank tersebut. Apakah serangkaian serangan ataupun ancaman serangan tersebut dibuat memang karena untuk gurauan, atau memiliki niat awal untuk melakukan suatu kejahatan tapi karena telah berada dalam posisi yang terdesak sehingga mengatakan bahwa hal yang ia lakukan adalah prank. Jadi, adanya serangan ataupun ancaman serangan merupakan perwujudan dari niat pembuat prank. hal.94. 5 Ibid. 4 A. Fuad Usfa dan Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, Cet. ke-2, UMM Press, Malang, 4

2. Tidak ada cara lain untuk menghindari serangan atau ancaman serangan Korban prank yang merasa dirinya terdesak karena ancaman yang ditujukan kepadanya tentu akan melakukan upaya perlindungan diri. Pembuat prank yang sudah merencanakan jebakannya terlebih dahulu tentu telah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi seperti korban yang dapat melarikan diri, sehingga prank tersebut telah disusun rapi untuk menghindari kemungkinan tersebut. Hal ini menyebabkan korban tidak dapat menghindari serangan atau ancaman serangan yang secara tiba-tiba tersebut dan spontan melakukan suatu tindakan pembelaan diri. Berbeda halnya jika korban memiliki kesempatan untuk menghidar dari ancaman tersebut, tapi korban tetap melakukan suatu perlawanan, terhadapnya dapat diancam dengan pidana. 3. Perbutan pembelaan tersebut harus memiliki keseimbangan dengan sifat dari serangan atau ancaman serangan tersebut. Unsur ini jika dihubungkan dengan tindakan dari korban prank, maka harus diperhatikan bentuk dari tindakan pembelaan tersebut. Seperti halnya jika prank dengan menggunakan motif mencuri barang korbannya. Korban tentu akan mempertahankan barang miliknya. Korban akan terpaksa untuk memukul pembuat prank untuk mengembalikan barang miliknya. Dalam hal ini korban tidak dapat dipidana dengan melakukan penganiayaan, karena korban memiliki hak untuk membela diri secara merebut kembali barangnya. 6 III. KESIMPULAN Korban prank tidak dapat dipidana jika telah memenuhi unsur-unsur yang sesuai dengan ketentuan pasal 49 ayat (1) KUHP yang mengatur tentang pembelaan terpaksa atau noodweer yaitu adanya serangan atau suatu ancaman serangan yang bersifat melawan hukum, tidak ada cara untuk menghindari serangan tersebut dan tindakan pembelaan tersebut harus seimbang dengan sifat dari serangan dan ancaman serangan. Selain merunjuk pada unsur-unsur tersebut, yang perlu diperhatikan juga adalah niat dari pembuat prank yang sengaja membuat jebakan hanya untuk gurauan, atau merupakan alibi dalam melakukan suatu kejahatan, 6 Wirjono Prodjodikoro, op.cit, hal. 84. 5

sehingga akan menjadi lebih terang kedudukan korban prank dalam melakukan pembelaan terpaksa tersebut. DAFTAR PUSTAKA A. Fuad Usfa dan Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, Cet. ke-2, UMM Press, Malang. Moeljatno, 2012, KUHP= Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cet. ke-30, Bumi Aksara, Jakarta. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wirjono Prodjodikoro, 2014, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia,Cet. ke-6, PT Refika Aditama, Bandung. 6