BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mesin penggerak pembangunan di Indonesia. Selain berkontribusi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pertumbuhan ekonomi bukanlah merupakan persoalan baru. namun merupakan masalah makroekonomi yang bersifat jangka panjang.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm Ibid., hlm. 10.

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi

BAB 2 LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang yang dapat diukur berdasarkan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa dari satu periode ke periode lainnya. Kemampuan tersebut disebabkan adanya faktor faktor produksi yang akan mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga akan bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja akan mendorong terjadinya pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan tidak terbatas perekonomian harus mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui retribusi pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

2.1 Definisi Tenaga Kerja Secara garis besar, penduduk dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas usia kerja. Batas usia kerja berbeda beda antara negara yang satu dengan negara lain. Perbedaan tersebut dibuat berdasarkan situasi tenaga kerja di masing masing negara. Misalnya, di India batas usia kerja adalah 14 60 tahun, di Amerika Serikat batas usia kerja 16 tahun ke atas, versi Bank Dunia batas usia kerja adalah 15 64 tahun. Namun, di Indonesia sendiri batas usia kerja adalah 10 tahun ke atas (sejak tahun 1971 sampai pada tahun 1999). Pemilihan umur 10 tahun sebagai batas umur minimum didasari oleh kenyataan bahwa dalam batas umur tersebut sudah banyak penduduk Indonesia terutama di pedesaan sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Namun semenjak dilaksanakan Sakernas 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun diubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi yang dianjurkan oleh International Labour Organization (ILO). Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut adalah supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan pemilihan batas umur di atas, dapat dilihat bahwa batas umur maksimum tenaga kerja tidak ada. Dengan demikian, hanya sebagian saja penduduk Indonesia yang merasakan tunjangan di hari tua akibat tidak adanya batas umur maksimum bekerja. Penduduk yang merasakan tunjangan adalah pegawai negeri dan hanya sebagian kecil pegawai dari perusahaan swasta. Untuk

golongan inipun, kadang kala pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan sehari hari sehingga kebanyakan tenaga kerja yang telah mencapai usia pensiun tetap masih harus bekerja. Oleh sebab itu, di Indonesia tidak menganut sistem batas umur maksimum. Menurut UU No.14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah tiap tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan adanya penambahan kegiatan di sektor pendidikan, maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila program wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain, jumlah penduduk yang bekerja di bawah batas usia kerja akan sangat kecil. Atas dasar pertimbangan tersebut, Undang Undang No.25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata lain, sesuai dengan berlakunya undang undang ini, mulai tanggal 1 Oktober 1998 tenaga kerja didefenisikan sebagai penduduk umur 15 tahun atau lebih. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Payaman Simanjuntak, 1998:3). Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) terdiri dari golongan yang bekerja, golongan yang menganggur dan golongan yang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari

golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering disebut sebagai potential labor force. Konsep pemilah milahan penduduk tersebut disebut pendekatan angkatan kerja yang diperkenalkan oleh International Labor Organization (ILO). Angkatan kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang orang yang mempunyai pekerjaan dan sedang bekerja serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak bekerja (misalnya wanita karir yang sedang hamil). Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja dalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara berkelanjutan dalam seminggu yang lalu (mengacu pada tanggal pencacahan), termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam satu usaha atau kegiatan ekonomi. Penduduk yang termasuk dalam kategori pengangguran adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan, yang sedang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa sudah tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan penduduk yang sudah mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Penduduk Usia Kerja 15thn Bukan Usia Kerja Angkatan kerja Bukan angkatan kerja Pengangguran Sekolah Mengurus RT Lainnya Bekerja Sedang Bekerja Mencari Pekerjaan Sementara Tidak Bekerja Mempersiapkan Usaha Putus Asa: Merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan Sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja Pengangguran kritis ( jam) Setengah pengangguran ( 35jam) Jam kerja normal ( jam) Gambar 2.1 Diagram Ketenagakerjaan (BPS) 2.2 Definisi Penyerapan Tenaga Kerja Di negara yang sedang berkembang, masalah pengangguran merupakan masalah yang sulit diatasi hingga saat ini. Hal ini dikarenakan masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Demikan juga halnya di Indonesia, untuk dapat mengatasi pengangguran pemerintah mengupayakan jalan keluar secara lambat laun baik di desa maupun di kota seperti pembinaan dan pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Penyerapan tenaga kerja dapat diartikan secara luas yakni menyerap tenaga kerja dalam arti menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha. Kesempatan kerja didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Dengan kata lain,

kesempatan kerja merupakan jumlah penduduk yang bekerja atau telah mendapatkan pekerjaan. Ahli ekonomi klasik mendefinisikan kesempatan kerja sebagai suatu keadaan dimana semua pekerja yang ingin bekerja pada suatu tingkat upah tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan. Dalam ilmu ekonomi, salah satu faktor produksi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dan keterampilan yang sering disebut dengan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan modal utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik. Sumber daya manusia dan kekayaan alam melimpah ternyata tidak ada artinya tanpa dikelola manusia dengan baik. Artinya, sumber daya lainnya dan kekayaan alam akan menjadi modal yang berharga apabila digunakan oleh manusia, tidak hanya bagi kepentingan diri sendiri tetapi demi kepentingan kesejahteraan masyarakat secara langsung. Masalah akan timbul jika lapangan usaha yang ada tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam kondisi yang tidak siap pakai. Oleh sebab itu, diperlukan peranan pemerintah dalam upaya mengatasi problema tersebut melalui pembinaan dan pengembangan industri kecil yang nantinya dapat memberikan hasil yang diharapkan. Selain itu, dapat juga melalui peningkatan bantuan lunak untuk meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan, wawasan dan pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah proses penyerapan tenaga kerja. Apabila semakin luas lapangan usaha berarti semakin luas pula kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang luas dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

2.3 Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sadono Sukirno, 1994:10). Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Bruto) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya. Pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya produk domestik regional bruto perkapita (PDRB per kapita). Samuelson (1995:436) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari GDP (Gross Domestic Product) potensial dari suatu negara. Ada 4 faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi: a. Sumber daya manusia Kualitas input tenaga kerja atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi lainnya yakni barang modal, bahan mentah, serta teknologi dapat dibeli atau dipinjam dari negara lain tetapi penerapan teknik teknik produktivitas tinggi atas kondisi lokal selalu menuntut tersedianya manajemen, keterampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melelui angkatan kerja terampil yang terdidik.

b. Sumber daya alam Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang paling berharga. Sealin tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak, gas, hutan, air, dan bahan bahan mineral lainnya. c. Pembentukan modal Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini sangat dibutuhkan untuk kemajuan di bidang ekonomi. d. Perubahan teknologi dan inovasi Salah satu kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat kewiraswastaan. Perekonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan mendirikan berbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru, menghadapi berbagai hambatan usaha sehingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang lebih maju. Menurut Boediono (1992:9), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud meliputi 3 aspek yaitu: a. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu. b. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita, dimana ada dua aspek penting yaitu output total dan jumlah penduduk.

c. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang (5 tahun) mengalami kenaikan. Menurut Simon Kuznets (1996), definisi pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara dalam menyediakan semakin banyak jenis barang kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan serta ideologis yang diperlukannya. Definisi tersebut memiliki 3(tiga) komponen, yaitu : 1. Pertumbuhan ekonomi negara terlihat dari meningkatnya persediaan barang secara terus menerus. 2. Teknologi maju merupakan faktor penting dalam menentukan derajat pertumbuhan dalam menyediakan aneka macam barang kepada penduduk. 3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat. Perkembangan teknologi merupakan dasar bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan ditambah dengan faktor faktor lain. Untuk mewujudkan potensi yang terkandung didalam teknologi, maka perlu diadakan penyesuaian kelembagaan, sikap, dan teknologi (Michael Todaro, 2000:144). Istilah pertumbuhan ekonomi sering didefinisikan oleh para ahli dengan istilah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah usaha usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan perkapita. Istilah pertumbuhan ekonomi biasanya

digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara negara maju. Sedangkan istilah pembangunan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara negara berkembang. Apabila pendapatan perkapita menunjukkan kecenderungan meningkat dalam jangka panjang, tidak berarti kenaikan terjadi secara terus menerus. Suatu perekonomian dapat mengalami penurunan apabila terjadi resesi ekonomi, kekacauan politik, dan penurunan ekspor. Namun, keadaan ekonomi yang demikian hanya bersifat sementara. Jika kegiatan ekonominya meningkat secara rata rata dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi. Sadono Sukirno (2006:10) menggunakan ungkapan tentang pembangunan ekonomi yaitu Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Artinya, ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang

yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai pengertian: a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus. b. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita. c. Kenaikan pendapatan perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang. d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari 2 aspek yaitu aspek perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik legal maupun informal). 2.4 Elastisitas Kesempatan Kerja Secara makro, laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat dikaitkan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Hubungan antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui elastisitas kesempatan kerja. Jika elastisitas kesempatan kerja semakin tinggi berarti laju pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Tingkat elastisitas kesempatan kerja dapat dihitung dengan cara membandingkan antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), dengan rumusan: Dimana: E = Elastisitas kesempatan kerja N = kesempatan kerja

Y = pertumbuhan ekonomi = persentase perubahan kesempatan kerja = persentase perubahab pertumbuhan ekonomi 2.5 Hubungan Antara Penyerapan Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah PDB yang menunjukkan kenaikan tingkat ouput total yang dihasilkan oleh negara tersebut. Peningkatan output bisa dilakukan melalui peningkatan kesempatan kerja. Kesempatan kerja meningkat akan berpengaruh pada peningkatan daya beli masyarakat dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti menambah jumlah tenaga produktif dan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti semakin besar ukuran pasar domestiknya. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja dapat dilihat berdasarkan rasio kesempatan kerja dengan output. Teori rasio kesempatan kerja-output dikenalkan oleh seorang ekonom bernama Arthur Okun. Menurutnya, tingkat pengangguran minimal (4% per tahun) akan tercapai bila seluruh kapasitas produksi terpakai (kesempatan kerja penuh atau full employment). Dalam teorinya, Okun terfokus pada pentingnya menjaga perekonomian agar berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh.

Secara sistematik, dapat dirumuskan sebagai berikut: L = cq Dimana: L= kesempatan kerja Q= tingkat output c= hubungan proporsional Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa untuk menambah kesempatan kerja, output harus bertumbuh. Hal ini disebabkan setiap satu unit pertambahan output akan menambah kesempatan kerja sebanyak c unit. Makin besar nilai c, maka jumlah kesempatan kerja yang tersedia akibat bertambahnya 1 unit output akan semakin besar. Besar kecilnya nilai c sangat tergantung pada teknik produksi (tingkat teknologi) yang digunakan dan tingkat efisiensi. Teknik produksi yang padat karya cenderung memperbesar nilai c dan sebaliknya akan memperkecil nilai c dengan produksi yang padat modal. Selain Arthur Okun, para ekonom aliran klasik juga meneliti tentang hubungan antara tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi. Di negara sedang berkembang, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat dominan. Pertumbuhan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Akan tetapi, permasalahannya adalah sampai berapa banyak penambahan tenaga kerja akan terus meningkatkan output. Hal itu tergantung dari seberapa cepat terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR). Sedangkan cepat atu lambatnya proses TLDR ditentukan oleh kualias Sumber Daya Manusia (SDM) dan keterkaitannya dengan kemajuan teknologi produksi. Dengan kata lain, selama ada sinerji antara tenaga kerja dan teknologi, penambahan tenaga kerja

akan memacu pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam proses produksi akan semakin sedikit bila teknologi yang digunakan semakin tinggi (Rahardja, 2004:125). Kesimpulan dari teori klasik ini adalah berlakunya TLDR menyebakan tdak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika terlalu dipaksakan, maka akan menurunkan tingkat output perekonomian, seperti pada gambar di bawah ini: total produksi (output) Q 3 TP 2 Q 1 Q 2 TP 1 tenaga kerja 0 L 1 L 2 Gambar 2.5 Diagram Jumlah Penduduk Optimal Dalam diagram di atas, kurva TP 1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja) yang terlibat dalam proses produksi adalah L 1 dengan jumlah output (PDB) adalah Q 1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L 2, PDB justru akan berkurang menjadi Q 2. Hal ini disebabkan cepat terjadinya TLDR. Penambahan tenaga kerja ke L 2 dapat meningkatkan output (Q 3 ) bila dilkukan investasi fisik (barang modal) dan SDM yang menunda terjadinya gejala TLDR sekaligus dapat menimbulkan sinerji. Jika hal itu terjadi,

maka fungsi produksi membaik yang terlihat dari bergesernya kurva produksi ke TP 2. Dengan demikian, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output (PDB). 2.6 Penelitian Sebelumnya Hubungan jangka panjang dan timbal balik antara penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi adalah satu topik yang menarik untuk diteliti. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variabel penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa tidak selamanya ada hubungan jangka panjang antara kedua variabel tersebut. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian dengan studi kasus yang berbeda. Ronny (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Perdagangan Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia mengungkapkan bahwa dalam jangka panjang ekspor, impor, nilai tukar real, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan temuan dengan menggunakan metode Bounds Testing Cointegration tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien tenaga kerja bertanda positif dan signifikan pada α = 1%, yang artinya ada hubungan jangka panjang pertumbuhan tenaga kerja terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Signifikan dan bernilai positifnya variabel jumlah tenaga kerja ini menunjukan bahwa faktor produksi yang dominan di Indonesia adalah tenaga kerja atau dengan kata lain Indonesia adalah negara dengan Labor Intensive. Badthara (2008), dalam Analisis Kausalitas Antara Penyerapan Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Tengah Tahun 1980 2005 menemukan adanya hubungan timbal balik (kausalitas) antara penyerapan tenaga

kerja dengan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dengan menggunakan metode final prediction error (FPE). Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Arif Winarko (2007) yang berjudul Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Pendapatan Asli Daerah Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jawa Tengah, memperlihatkan bahwa tingkat investasi, pendapatan asli daerah dan tenaga kerja secara bersama sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Namun, dalam hubungan jangka panjang pertumbuhan penduduk (bertambahnya angkatan kerja) dapat menurunkan kembali pembangunan ke tahap yang rendah. Dalam penelitian ini tenaga kerja tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dalam jangka panjang. 2.7 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan permasalahan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat hubungan kointegrasi antara penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. Terdapat hubungan kausalitas antara penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.