BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian target yang akan dicapai secara professional (Ismirani, 2011). pada perasaan tertekan atau stres (Badiah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

commit to user BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AGRESIVITAS PADA POLISI YANG MENDAPATKAN INVENTARIS SENJATA API

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. volume produksi sepeda motor terus mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah orang wisatawan ini (Purba, 2013), menjadi tempat yang strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Satya Wacana Salatiga. Surat ijin dari fakultas pada tanggal 02 Februari 2013,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kecerdasan emosi telah diakui sebagai salah satu aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Umumnya, masa ini berlangsung

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN BUNUH DIRI PADA REMAJA YANG BERSTATUS SOSIAL EKONOMI LEMAH

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PERAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIK PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. di dunia ini, makin bertambah kompleks masalah-masalah kehidupan manusia dan

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

KONTRIBUSI PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR, INTENSITAS KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN, DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian M.Anas Hendrawan, 2014 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Kerja Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan trans (kesurupan) terjadi karena adanya reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi atau reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tekanan fisik maupun mental serta labilitas kepribadian. Selain itu, gangguan kecemasan juga menjadi salah satu penyebab penting terjadinya trans. Faktor sugesti juga berperan penting dalam kejadian trans massal (Hawari, 2004). Pada masyarakat Indonesia, fenomena trans ini selalu dikaitkan dengan gangguan dari roh halus yang mengambil alih tubuh korban selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar akan apa yang dia perbuat. Paham trans seperti ini merupakan paham tradisional (kuno) yang berkembang secara turun menurun di dalam masyarakat (Maramis, 2005). Menurut Hidayat, kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengalami trans tanpa disadarinya. Dengan kata lain dirinya menolak dikatakan mengalami trans misalnya: pada waktu mereka sedang mengendarai mobil, pesawat terbang, maupun sedang nonton TV dalam keadaan melamun. Kasus trans banyak dijumpai di negara dunia ketiga. Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, possession syndrome atau possession hysterical merupakan bentuk disosiatif yang paling sering

2 ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1-4 % dari populasi umum. Studi epidemiologi possession telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat (Lestinasari, 2007). Angka kejadian di Indonesia satu dari 10.000 populasi dan sembilan puluh persennya adalah perempuan (Wibowo, 2010) Kejadian trans cukup banyak menimpa pelajar Indonesia, yang kebanyakan berada dimasa remaja, ini tentu saja akan berpengaruh pada masa depan bangsa. Remaja yang terkena gangguan trans adalah siswa yang dalam kondisi jiwa labil. Gaya hidup remaja masa kini cenderung jauh dari nilai-nilai religiusitas. Pada masa ini, siswa yang belajar di sekolah menengah berada dalam masa peralihan. Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan yang mengarah pada kemantapan dalam beberapa aspek kehidupan, antara lain aspek biologis, intelektual, dan emosional (Hawari, 2004). Menurut Goleman (1998), dalam kehidupan manusia kecerdasan emosi mempunyai peran yang besar. Alasan mengapa kecerdasan emosi sangat penting karena merupakan kemampuan untuk memotivasi diri, bertahan menghadapi frustasi, pengendalian dorongan hati, tidak melebihlebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa. Kecerdasan emosi memberikan kontribusi 80% terhadap kesuksesan seseorang, selebihnya peren intelektual yang hanya 20% saja (Nggermanto, 2002).

3 Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak untuk menjadi dewasa. Periode remaja dikenal sebagai masa storm & stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun mengenai cinta dan perasaan tersisis dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Yusuf, 2002). Pada masa ini remaja diliputi dengan rasa ragu-ragu, bimbang, serta coba-coba untuk mendapatkan jati diri. Keadaan emosi remaja berada pada masa yang labil karena berhubungan dengan prosses perkembangan dengan fisik dan mental yang pesat. Pengaruh emosi yang masih labil tersebut menyebabkan keadaan emosi remaja tidak stabil. Apabila dalam keadaan senang, seorang remaja bisa lupa diri sehingga tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap dan pada saat sedih atau marah bisa bunuh diri atau membunuh orang lain. Hal ini terjadi karena emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai remaja dibanding pikiran yang realistis (Zulkifli, 2002). Masa remaja merupakan kondisi dimana keadaan emosinya masih belum stabil. Pada masa itu, emosi remaja lebih kuat dan akan lebih menguasai dirinya dibanding pikiran yang realistis. Kejadian trans merupakan reaksi disosiasi atau reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya. Pentingnya kecerdasan emosi untuk membantu berpikir dan bertindak berdasarkan realitas kemungkinan akan membantu mencegah terjadinya trans. Berdasarkan uraian diatas, penelitian tentang hubungan antara kecerdasan

4 emosi terhadap riwayat trans pada pelajar yang berada pada usia remaja perlu untuk dilakukan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan permasalahan yang muncul dari penelitian ini, yaitu: Bagaimana hubungan kecerdasan emosi dengan riwayat trans pada pelajar SMP N 1 Srumbung dan SMP Trisula Ngluwar, Magelang? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelajar yang memiliki riwayat trans. Tujuan Khusus: Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan riwayat trans pada pelajar SMP N 1 Srumbung dan SMP Trisula Ngluwar, Magelang. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, tenaga medis, dinas kesehatan, dan masyarakat umum.

5 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat meningkatkan khasanah bagi ilmu pengetahuan yaitu mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan kejadian trans pada pelajar. 2. Manfaat bagi tenaga medis dan dinas kesehatan diharapkan dapat lebih mengetahui faktor-faktor resiko terkena trans dan memberikan preventif melalui pengembangan kecerdasan emosi melalui pelatihan untuk mencegah kejadian trans. 3. Manfaat penelitian ini bagi masyarakat, diharapkan agar masyarakat dapat menilai lebih rasional segala kejadian yang berkembang dimasyarakat dan tidak menjadikan kejadian tersebut menjadi suatu hal yang syirik. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang trans ataupun kecerdasan emosi adalah sebagai berikut: Zulhair (2008) dengan metode wawancara meneliti di Yogyakarta tentang efektivitas terapi ruqyah pada orang dengan gangguan trans. Ramdani (2009) meneliti tentang hubungan tipe kepribadian dengan gangguan trans dengan metode korelasi, yaitu mengetahui hubungan dua variable tipe kepribadian dan gangguan trans. Teknik yang digunakan adalah dengan kuesioner. Wardani (2009) meneliti tentang hubungan kecerdasan emosi dengan resistensi terhadap perubahan di Taman Siswa, Yogyakarta. Merupakan penelitian dengan metode korelasi, yaitu mengetahui hubungan dua variable kecerdasan emosi dan resistensi perubahan. Teknik yang

6 digunakan adalah dengan kuesioner. Kusuma (2011) dengan metode korelasi, yaitu mengetahui hubungan dua variable kecerdasan emosi dan delinkuency, meneliti tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan kenakalan remaja pada siswa kelas II SMA Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan hasil hasil pencarian artikel penelitian yang sejenis didapatkan hasil seperti tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang direncanakan adalah berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dari aspek tempat, subjek penelitian serta metodologi penelitian.