Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

dokumen-dokumen yang mirip
PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

METODE EKSPERIMEN Tujuan

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 2 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

Physics Communication

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

PENDUGAAN SEBARAN AKAR KELAPA SAWIT PADA LAHAN GAMBUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESITIVITAS

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

III. METODE PENELITIAN

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

MENDETEKSI REMBESAN LIMBAH SEPTIC TANK DI DALAM TANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Kajian Sebaran Limbah Cair Menggunakan Metode Resistivitas

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango

Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

Abstrak

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 02 (2015), Hal ISSN :

Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol.7 No.2 halaman107

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 1-5 PENDUGAAN POLA SEBARAN LIMBAH TPA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

Jurnal Einstein 4 (3) (2016): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU

ABSTRAK

NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

Penjalaran Arus Listrik di Dalam Bumi

3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat geolistrik supersting R8/IP, yang terdiri dari:

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

PENENTUAN LITOLOGI BATUAN DAN MUKA AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER DI DAERAH LANDFILL PLTU LABUHAN ANGIN SIBOLGA

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

PENGGUNAAN GEOLISTRIK DENGAN VARIASI METODE DETEKSI LAPISAN TANAH DAN KEDALAMAN TIANG DALAM SKALA LABORATORIUM NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENYELIDIKAN POLA SEBARAN LIMBAH KARET BAWAH PERMUKAAN TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

*

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

PEMETAAN AKUIFER AIRTANAH DI WILAYAH KAMPUS UNSRAT MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

PENENTUAN FORMATION FACTOR (F) DARI PENGUKURAN RESISTIVITAS PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PAKUSARI, JEMBER SKRIPSI

Transkripsi:

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a* a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia *Email : jokosampurno@physics.untan.ac.id Abstrak Metode geolistrik telah diaplikasikan untuk menginvestigasi sebaran limbah lada putih. Penelitian ini dilakukan di Dusun Kota Lama, Desa Ratu Sepudak, Kabupaten Sambas dengan menggunakan konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger. Nilai resistivitas limbah lada putih yang dijadikan acuan dalam penelitian ini didapatkan dengan menggunakan alat conductivity-meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah lada putih dominan berada pada lintasan 2 dengan rentang nilai resistivitas 6,35-17,5 m mencapai kedalaman 3,9 meter dari permukaan tanah. Kata Kunci : Geolistrik, Wenner Schlumberger, limbah lada putih, Kecamatan Galing. 1. Latar Belakang Produksi pembuatan lada putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas masih menggunakan cara tradisional. Cara ini berakibat terproduksinya limbah. lada putih berupa kulit dan tangkai buah lada. tersebut biasanya dibuang di aliran parit, sungai, maupun sembarang tempat sehingga menyebabkan pencemaran pada lingkungan. Pencemaran lingkungan akibat limbah lada putih ini berupa bau busuk dan bakteri Escherichia coli (E. coli) dalam jumlah yang banyak [1]. Metode geolistrik adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi sebaran limbah dengan menginvestigasi nilai resistivitasnya. Metode ini telah terbukti dapat digunakan untuk memonitoring rembesan limbah cair [2], dan melihat sebaran limbah deterjen [3]. Metode geolistrik juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebaran batuan beku [4], mendeteksi sebaran akar kelapa sawit pada lahan gambut [5], dan mengidentifikasi lokasi bedrock untuk perancangan pondasi pembangunan gedung [6]. Penyusunan elektroda dalam geolistrik (konfigurasi elektroda) dapat menggunakan beberapa aturan seperti Wenner, Sclumberger, Wenner Sclumberger, Pole Dipole maupun aturan lainnya. Konfigurasi Wenner Sclumberger dianggap sesuai untuk identifikasi limbah cair karena dapat melihat variasi nilai resistivitas bawah permukaan secara mapping (horizontal) dan sounding (vertikal) secara bersamaan. Pada penelitian ini, metode geolistrik dengan konfigurasi elektroda Wenner Sclumberger digunakan untuk menginvestigasi sebaran limbah lada putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas. 2. Metodologi 2.1 Sampel dan Data Sampel limbah diambil dan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari kaca bertutup rapat. Kemudian wadah kaca tersebut dimasukkan ke dalam termos sehingga suhu sampel tidak berubah secara drastis yang dapat mengakibatkan rusaknya sampel. Sampel langsung dibawa ke laboratorium untuk diukur nilai konduktivitasnya. Pengukuran konduktivitas sampel dilakukan menggunakan alat conductivity-meter (S/m). Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui nilai konduktivitas limbah yang diuji. Dari nilai konduktivitas ini nilai resistivitas dihitung menggunakan persamaan 1 [7]: 1 (1) Dimana adalah resistivitas dan merupakan nilai konduktivitas sampel. Nilai resistivitas tersebut yang dijadikan nilai acuan penyebaran limbah lada putih di lokasi penelitian. Identifikasi di lapangan dilakukan dengan metode geolistrik konfigurasi Wenner Schlumberger. Panjang lintasan yang diambil yaitu 30 meter dengan jarak antar elektroda yaitu 1 meter. Dilakukan pada 5 lintasan yang mana 4 lintasan berjarak 4 meter antar lintasan dan sejajar dengan arah sumber, serta 1 lintasan lainnya memotong di tengah sumber. Pengukuran geolistrik untuk mengidentifikasi sebaran limbah lada putih dilakukan dengan cara melihat sebaran nilai resistivitas di lokasi penelitian. Gambaran posisi lintasan dapat dilihat pada gambar 1: 15

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian [8] 2.2 Pengolahan data geolistrik 2D Nilai yang diukur saat injeksi arus listrik menggunakan alat resistivity-meter di lapangan yaitu tegangan (V) dan arus (I). Dari nilai ini dihitung nilai tahanan jenisnya (R) menggunakan persamaan 2 [7]: V R (2) I Untuk mengetahui nilai faktor geometri setiap titik digunakan rumus konfigurasi Wenner Schlumberger yaitu menggunakan persamaan 3 [7]: 2 2 a b K (3) 2b yang mana K merupakan foktor geometri, a adalah jarak elektroda A sampai tengah lintasan dan b adalah jarak dari elektroda M ke tengah lintasan. Dari kedua nilai R dan K yang telah didapatkan kemudian nilai resistivitas semu di setiap titik dapat dihitung menggunakan persamaan 4 [7]: a KR (4) Dimana a adalah nilai resistivitas semu. Setelah nilai resistivitas semu diketahui nilai resistivitas sebenarnya dicari menggunakan metode inversi. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Pengukuran di Laboratorium Hasil pengukuran sampel limbah lada putih di laboratorium didapatkan nilai konduktivitas limbah lada putih yaitu 941 µs/cm. Setelah dikonversi satuan µs/cm ke S/m maka nilai resistivitas limbah adalah 10,627 m dihitung menggunakan persamaan (1). Nilai resistivitas sampel digunakan sebagai titik acuan keberadaan limbah lada putih di dalam tanah. 3.2. Hasil Pengukuran di Lapangan a. Lintasan 1 Elektroda pertama pada lintasan 1 berada di titik koordinat 01 30 30 N dan 109 21 57.3 E. Titik tengah lintasan 1 berjarak ± 8 meter dari tepian sumber dan titik akhir lintasan 1 berada pada koordinat 01 30 28,9 N dan 109 21 57,7 E. Pada lintasan ini dihasilkan penampang sebagaimana diperlihatkan pada gambar 2. Dari gambar 2 terdapat beberapa nilai resistivitas yang berbeda, mulai dari yang terkecil 7,09 m sampai yang terbesar 1485 m. Hal ini menunjukkan bahwa yang terdeteksi bukan hanya nilai resistivitas limbah lada putih, melainkan kumpulan dari resistivitas bahan lain. Nilai resistivitas limbah lada putih diduga berada antara 7,09-15,2 m. Data ini menunjukkan bahwa sebaran limbah lada putih pada lintasan 1 ini terletak pada kedalaman 2,49 meter. lada putih berada pada tiga titik yang pertama pada jarak 3,5-6 meter dari titik awal dengan kedalaman 0,25-2,49 meter. Titik kedua berada pada jarak 8-9 meter dari titik awal dengan kedalaman 0,25-2,49 meter. Sedangkan titik ketiga berada pada jarak 20-26,5 meter dari titik awal dengan kedalaman 0,25-1,27 meter. lada putih mengalir sejauh 11,4 meter ke sebelah kanan sumber dan 11,4 meter ke sebelah kiri sumber. Nilai jarak aliran limbah dihitung menggunakan rumus phytagoras, dengan nilai x = 5,5 meter dan y = 10 meter, siku siku di x-y sehingga jarak aliran limbah lada putih dihitung dari pinggir pojok sumber merupakan sisi miring segi tiga panjangnya adalah 11,4 meter. 16

Gambar 2. Hasil inversi lintasan 1; Hasil interpretasi lintasan 1 b. Lintasan 2 Lintasan kedua berada bersebelahan dengan lintasan pertama dengan jarak 4 meter mendekati sumber. Hasil inversi dari lintasan 2 menghasilkan penampang sebagaimana diperlihatkan pada gambar 3. Nilai resistivitas limbah lada putih pada lintasan 2 diduga berada antara rentang nilai 6,35-17,5 m yang ditunjukkan oleh warna hijau tua sampai kuning. Pada lintasan 2 ini menunjukkan bahwa limbah tersebar secara merata hampir di sepanjang lintasan pada 3 titik. Titik pertama pada jarak 1,5-13 meter dari titik pertama dengan kedalaman 0,25-4,8 meter. Titik kedua berada pada jarak 12,5-17,5 meter dari titik pertama dengan kedalaman 0,25-2,49 meter. Sedangkan titik ketiga berada pada jarak 18-27,5 meter dari titik pertama dengan kedalaman dari 0,25-2,49 meter. Gambar 3. Hasil inversi lintasan 2; Hasil interpretasi lintasan 2 17

Lintasan kedua merupakan salah satu lintasan yang berhimpit dengan sumber, pada lintasan ini limbah lada putih mengalir sejauh 11,1 meter ke sebelah kanan sumber dan 11,1 meter ke sebelah kiri sumber. Dari gambar tersebut limbah lada putih dari lintasan 1 merupakan ujung aliran limbah yang berasal dari lintasan 2. c. Lintasan 3 Lintasan 3 berada bersebelahan dengan lintasan 2 dengan jarak 4 meter dari sumber. Lintasan 3 dan lintasan 2 mengapit sumber. Hasil inversi dari data pada lintasan 3 sebagaimana diperlihatkan pada gambar 4. Nilai resistivitas limbah lada putih pada lintasan 3 diduga berada antara 8,53-15,9 m ditunjukkan oleh warna biru tua sampai warna biru. Dari data pada lintasan ketiga ini menunjukkan bahwa limbah lada putih tersebar pada 6 titik yang mana bagian pertama berada antara jarak 1,5-4 meter dari titik pertama dengan kedalaman 0,25-0,76 meter. Bagian kedua berada pada jarak 7-8 meter dengan kedalaman 0,25-1,27 meter. Bagian ketiga berada pada jarak 13-14 meter dengan kedalaman 0,76-1,88 meter. Bagian keempat pada jarak 18-19 meter pada kedalaman 0,25-0,76 meter. Bagian kelima pada jarak 20-21 meter dengan kedalaman 0,25-0,76 meter. Bagian terakhir berada pada jarak 23,5-26,5 meter dengan kedalaman 0,25-1,27 meter. Lintasan ketiga juga merupakan salah satu lintasan yang berhimpit dengan sumber, pada lintasan ini limbah lada putih mengalir sejauh 11,1 meter ke sebelah kanan sumber dan 10,1 meter ke sebelah kiri sumber. Dari gambar tersebut limbah lada putih dari lintasan 3 merupakan pangkal aliran yang menuju lintasan 4, sehingga walau sama berhimpit dengan sumber namun jumlah limbahnya berbeda dari lintasan 2. d. lintasan 4 Lintasan 4 berada di sebelah lintasan ke 3 dengan jarak 8 meter dari sumber, menghasilkan penampang sebagaimana diperlihatkan pada gambar 5. Nilai resistivitas limbah lada putih pada lintasan 4 diduga berada antara 6,49-15,8 m ditunjukkan oleh warna biru sampai biru. Data ini menunjukkan sebaran limbah lada putih berada pada 4 titik. Titik yang pertama pada kedalaman 0,25-2,49 meter terletak pada jarak 1,5-10 meter. Titik kedua berada pada kedalaman 1,27-3,19 meter yang terletak pada jarak 16,5-17,5 meter. Titik ketiga berada pada jarak 21-24 meter dengan kedalaman 0,25-0,76 meter. Dan titik ke empat berada pada jarak 26,5-27,5 dengan kedalaman dari 0,25-0,76 meter. lada putih mengalir sejauh 12,3 meter ke sebelah kanan sumber dan 12,3 meter ke sebelah kiri sumber. Nilai jarak aliran limbah dihitung menggunakan rumus phytagoras, dengan nilai x 5,5 meter dan y 10,1 meter sehingga jarak aliran limbah lada putih dihitung dari pinggir pojok sumber adalah 12,3 meter. Gambar 4. Hasil inversi lintasan 3; Hasil interpretasi lintasan 3 18

Gambar 5. Hasil inversi lintasan 4; Hasil interpretasi lintasan 4 Gambar 6. Hasil inversi lintasan 5 ; Hasil interpretasi lintasan 5 e. Lintasan 5 Lintasan 5 berada di titik tengah sumber dengan arah membentangi semua lintasan. Letak elektroda pertama berjarak ± 8 meter dari tengah lintasan 1. Hasil inversi data menghasilkan penampang sebagaimana diperlihatkan pada gambar 5: Berdasarkan nilai resistivitas acuan limbah lada putih diduga berada antara 6,80-15,8 m. Nilai tersebut ditunjukkan oleh warna biru sampai biru muda. lada putih berada pada 3 titik yang pertama yaitu pada jarak 1,5-13,5 dengan kedalaman 0,25-0,76 meter. Titik kedua yaitu pada jarak 14-15 meter dengan kedalaman 0,76-1,88 meter. Sedangkan titik ketiga berada pada 19

jarak 22-27 meter dengan rentang kedalaman 0,25-0,76 meter. lada putih mengalir sejauh 12,5 meter ke sebelah kanan sumber dan 12,5 meter ke sebelah kiri sumber. 3.3 Hasil Pengolahan data geolistrik 3D Hasil interpretasi gabungan 3D dari seluruh lintasan dapat dilihat pada gambar 7. Faktor x merupakan arah sejajar lintasan 1 sampai dengan lintasan 4 dengan satuan meter. Faktor y merupakan arah sejajar dengan lintasan 5, sedangkan z merupakan faktor kedalaman data dengan satuan meter. Nilai kedalaman setiap titik didapatkan dari hasil inversi. Gambar 7 merupakan citra 3 dimensi limbah lada putih di lokasi penelitian yang menjelaskan kumpulan limbah di sekeliling sumber dengan volume berbeda beda. Gambar 7 menggambarkan arah sebaran limbah lada putih yang menyebar ke semua arah dengan panjang lintasan berbeda beda. Jarak sebaran limbah lada putih yang terpanjang adalah 12,5 meter berada pada lintasan 5. Gambar 7 (c) dan 7 (d) menjelaskan tentang kedalaman aliran limbah lada putih yang mana kedalaman maksimal yang terukur adalah 3,9 meter dari permukaan tanah. (c) Gambar 7. Citra 3 Dimensi semua lintasan; sudut pandang y terhadap x (tampak atas); (c) sudut pandang z terhadap x (tampak samping); (d) sudut pandang z terhadap y (tampak samping) (d) 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebaran limbah lada putih pada lintasan 1 berada pada kedalaman 0,25-2,49 meter dan menyebar sejauh 11,4 meter. Sebaran limbah lada putih pada lintasan 2 berada pada kedalaman 0,25-3,9 meter dan menyebar sejauh 11,1 meter. Sebaran limbah lada putih pada lintasan 3 berada pada kedalaman 0,25-1,88 meter dan menyebar sejauh 11,1 meter ke sebelah kanan sumber dan 10,1 meter ke sebelah kiri sumber. Sebaran limbah lada putih pada lintasan 4 berada pada kedalaman 0,25-3,19 meter dan menyebar sejauh 12,3 meter. Sebaran limbah lada putih pada lintasan 5 berada pada kedalaman 0,25-1,88 meter dan menyebar sejauh 12,5 meter. 20

Daftar Pustaka 1. Usmiati S, Nurdjannah N. Pengaruh Lama Perendaman dan Cara Pengeringan Terhadap Mutu Lada Putih. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 2006; 16, No 3. 2. Ngadimin, Handayani G. Aplikasi Metode Geolistrik untuk Alat Monitoring Rembesan (Penelitian Model Fisik di Laboratorium). Jurnal Matematika & Sains. 2009; 6: p. 43-53. 3. Juandi M. Penyelidikan Pola Sebaran Deterjen Bawah Permukaan Tanah dengan Applikasi Geolistrik. Jurnal Ilmu Lingkungan. 2012; 1(5). 4. Setiadi M, Apriansyah, Sampurno J. Identifikasi Sebaran Batuan Beku Di Bukit Koci Desa Sempalai Kabupaten Sambas Kalimantan Barat Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas. POSITRON. 2016 Jul; 6(2). 5. Miftahuddin, Sampurno J, Ihwan A. Pendugaan Sebaran Akar Kelapa Sawit pada Lahan Gambut dengan menggunakan Metode Geolistrik Resitivitas. PRISMA FISIKA. 2016 Oct; 4(3). 6. Hidayat R, Sampurno J. Identifikasi Lokasi Bedrock Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner sebagai Bahan Acuan Perancangan Pondasi Pembangunan Gedung di Daerah Sampit Kalimantan Tengah. PRISMA FISIKA. 2015 Aug; 3(2). 7. Reynold JM. An Introduction to Applied and Environmental Geophsics New York: Wiley; 1997. 8. Google earth V 7.1.2.2041. (Juni 6, 2017). Kota lama, Sambas. 01 30 30 N dan 109 21 57,3 E, Eye alt 424 feet. DigitalGlobe 2017. http://www.earth.google.com [November 15, 2017]. 21