BAB I PENDAHULUAN. mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

suami yang sah dan melahirkan anak-anak serta mendidik untuk menjadi generasi yang berguna.

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial terdiri dari laki-laki dan perempuan yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan hidup baik kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani maupun

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN UMUM. Perlindungan Korban dan Saksi, bahwa yang dimaksud dengan korban adalah

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG :

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV. A. Penerapan Perda Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Larangan Menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

A. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang handal guna mendukung pembangunan.

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi hal itu dilakukan dalam bingkai perkawinan. Usaha pembaharuan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kepentingan masyarakat, demikian juga halnya dengan daerah-daerah yang

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 15 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

I. PENDAHULUAN. kontra dalam masyarakat. Prostitusi di sini bukanlah semata-mata merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan rumah tangga sendiri. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana

PERANAN DINAS KESEJAHTERAAN RAKYAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERANCANA DALAM UPAYA PENANGANAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 7 TAHUN 2001 T E N T A N G LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. commit to user 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

Lingkungan Mahasiswa

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan problematika terbesar dalam kehidupan. Sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB II PENGATURAN TENTANG ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PROSES REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSILA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KARYA WANITA (BRSKW) PALIMANAN KABUPATEN CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Inilah sebabnya mengapa Islam sangat memperhatikan masalah keluarga dari pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan untuk bertahan hidup seperti otak, nafsu dan hati nurani, yang diberi Allah SWT kepada manusia. Nafsu seks merupakan keinginan yang diberikan Allah SWT kepada manusia yang patut disyukuri dan dipergunakan kepada jalan yang benar. Allah SWT akan menghukum dan melaknat siapa saja yang mempergunakan nafsu seksnya untuk kejahatan dan kemaksiatan. Kemiskinan merupakan permasalahan sosial, masalah yang selalu ada di hampir semua negara dan di sepanjang kehidupan manusia. Pada masa lalu umumnya, masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan materi. Kemiskinan juga dapat dikatakan dengan ketidakmampuan seseorang terbatasnya akses (masyarakat) terhadap desa pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya. 1 Masalah kemiskinan dipahami dalam gambaran tentang kekurangan materi, gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial yang sangat ditakuti oleh banyak orang yang mengakibatkan timbulnya masalah tuna susila. h.320 1 Sojono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 1

2 Pada masyarakat modern, kemiskinan menjadi suatu masalah sosial yang rumit karena sikap yang membenci kemiskinan. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian atau perumahan, tetapi karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki radio, televisi, atau mobil sehingga lama-kelamaan benda-benda skunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial-ekonomi seseorang, yaitu apakah dia miskin atau kaya. Dengan demikian persoalan mungkin menjadi lain, yaitu tidak adanya pembagian kekayaan yang merata. Persoalan menjadi lain bagi mereka yang turut arus urbanisasi, tetapi gagal mencari pekerjaan. Bagi mereka pokok permasalahan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer sehingga timbul tuna karya (karena tidak adanya pekerjaan serta keahlian seseorang mengakibatkan peangguran di mana-mana), tuna susila (karena kurang lapangan kerja sehingga terjadi prostitu/pelacuran diberbagai daerah), dan lain sebagainya. Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya masalah tersebut adalah karena salah-satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi. Kepincangan tersebut akan menjalar ke bidang-bidang lainnya, misalnya, pada kehidupan keluarga yang tertimpa kemiskinan. 2 2 Ibid,.

3 Menurut sosiolog Soerjono Soekanto, merupakan suatu keadaan ketika seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisik dalam kelompoknya tersebut. Adapun yang menjelaskan tentang kemiskinan terdapat dalam al-qur an surat al-baqarah ayat 268 dan al-an am ayat 165, yiatu: Al-baqarah 286 Artinya: Al-an am 165 Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-nya dan karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-nya) lagi Maha Mengatahui. 3 Artinya: Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 4 Kemiskinan dalam masyarakat akan mengakibatkan terjadinya kejahatan yang sehingga menggangu terhadap keamanan dan kestabilan dalam sebuah masyarakat. Dalam hal kemiskinan ini, Rasulullah SAW pernah 2012), h. 42 4 Ibid,. 3 Asep Usman, Ismail, Al-Qur an dan Kesejahteraan Sosial. (Jakarta: Lentera Hati,

4 bersabda bahwa kemiskinan akan membuat manusia cendrung berbuat kafir. Dampak kemiskinan mengakibatkan masalah sosial seperti perbuatanperbuatan maksiat (kafir) seperti kekerasan, perampokan, perzinaan, menjual anak sendiri dan bunuh diri, merupakan tindak laindari ujung kemiskinan dari manusia itu sendiri.sehingga kemiskinan dapat dikatakan akan menimbulkan penyakit-penyakit yang bermacam ragam di tengah-tengah masyarakat. 5 Dalam banyak penelitian melacur juga merupakan dampak dari kemiskinan mereka yang melacur selalu beralasan kesulitan ekonomi. Padahal melacur dilarang dalam agama karena termasuk kepada perbuatan zina. Allah SWT telah menurunkan peringatan yang amat keras terhadap manusia untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama seperti perbuatan zina. Sebagaimana yang terdapat dalam al-qur an surat Al- Isra ayat 32, yaitu: Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. 6 Ayat di atas, merupakan peringatan yang amat keras bagi manusia agar tidak mendekati zina,apa lagi sampai berbuat zina. Prostitusi dalam Islam maupun pelecehan seksual merupakan salah satu perbuatan zina dan zina hukumnya haram dan termasuk ke dalam kategori dosa besar. Pelakunya melakukan hubungan suami-istri antara pria dan wanita yang tidak memiliki 5 Simanjuntak, Patologi Sosial. (Bandung: Transito, 1985), h.164 6 Abu Ahmadi, Dosa dalam Islam. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h.70

5 ikatan perkawinan yang sah menurut agama yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan dan masyarakat. Perbuatan ini sangat di cela oleh agama dan dilaknat oleh Allah SWT dan pelakunya dikenakan hukuman berat yaitu berupa rajam. Agama Islam sangat tegas menghukum orang yang melakukan perzinaan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat An-Nur ayat 2, yaitu: Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina. Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. 7 Dalam hukum positif Indonesia larangan zina termuat dalam KUHP pasal 284 dan para pelakunya diancam dengan hukum penjara. 8 Menurut Kartini Kartono (1981) masalah pelacur merupakan perbuatan atau perilaku menyimpang yang dapat mengganggu kestabilan hidup dan keharmonisan lingkungan sosial. Masalah prostitusi ini merupakan suatu masalah yang sangat rawan dan kompleks. Oleh sebab itu kegiatan ini memerlukan perhatian dan penangan yang serius dan menyeluruh dari berbagai aspek seperti moral, sosial, budaya, hukum atau norma adat dan lainnya. 7 Ibid,.74 8 Neng Jubaedah, Perzinaan dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia di Tinjau dari Hukum Islam. (Jakarta: Kencana, 2010), h.70

6 Dampak perbuatan zina secara agama,adalah mengundang kejahatan dan dosa. Zina mengakibatkan rusaknya rumah tangga, menghilangkan harkat keluarga, memutuskan tali pernikahan, dan membuat buruknya pendidikan yang diterima oleh anak-anak. Hal ini menyebabkan anak memilih jalan yang sesat, melakukan penyelewengan dan pelanggaran hukum. 9 Kegiatan prostitusi sebagai gejala yang menimbulkan berbagai akibat yang berbahaya bagi yang bersangkutan, keluarga dan masyarakat. Gejala sosial yang dapat timbul dari kegiatan ini antara lain timbulnya penyakit kelamin, berbagai tindakan kriminalitas dan lain-lain. Sehingga terpaksa dilakukan kebijakan seperti penertiban maupun lokalisasi prostitusi. Penanganan masalah ketunasusilaan secara mantap yang terarah dan terpadu akan dapat mencegah lebih meluas dan berkembangnya masalah tuna susila terutama di kalangan generasi muda. 10 Permasalahan prostitusi atau pelacuran merupakan masalah sosial yang dihadapi oleh negara manapun termasuk Indonesia. Kasus pelacuran terjadi di semua daerah di Indonesia. Sehingga Astuti menunjukkan data tentang pelacuran di Kediri bahkan jumlah pelacur meningkat. Selama tahun 2006-2007, mengalami peningkatan 200%. 11 Sementara itu data dari Dinas Sosial Provinsi Sumbar menunujukkan bahwadari tahun 2012 sampai tahun 2015,terjadi peningkat kasus prostitusi. Tercatat 390 orang terlibat pada tahun 9 Yatimin, Etika Seks dan Penyimpangannya dalam Islam Tinjauan Psikologi Pendidikan dari Sudut Pandang Islam. (Jakarta: Amzah, 2008), h.102-103 10 Marzuki Umar, Sa bah, Seks dan Kita. (Jakarta: Gema Insan, 1999), h. 89 11 Budi Astuti, Perbedaan Motivasi Belajar dan Kepercayaan Diri Anak yang Tinggal di Lokalisasi dan Non Lokalisasi. (fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2011), h.2

7 2012 tahun 2015 tercatat sebanyak 396 kasus prostitusi. Artinya prostitusi ini menigkat sebanyak 0,06% dari pendataan tahun 2012 sampai tahun 2015. 12 Sementara di kota Padang kasus prostitusi yang teramati oleh penulis tidak jauh berbeda dengan data yang di dapat dari Dinas Sosial Provinsi Sumbar. 13 Dalam penelitian Haris yang berjudul Analisa Kriminologis terhadap Prostitusi Yang Dilakukan Mahasiswi di Malang faktor penyebab terjadi prostitusi tersebut: adanya faktor kesenangan 20% faktor ekonomi 50%, faktor lingkungan 30%. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adalah salah satu masalah menarik bagi peneliti maka penulis tertarik untuk meneliti apakah data di atas memang benar karena ekonomi, faktor penyebab pelaku prostitusi terjun ke dunia prostitusi. Kalau memang benar karena faktor ekonomi, faktor ekonomi seperti apa sehingga mereka terjerumus ke dalam dunia prostitusi.untuk lebih jelasnya permasalahan akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: Fenomena Prostitusi di Kota Padang. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Setelah memperhatikan latar belakang masalah di atas, penulis mempertanyakan apa masalah prostitusi yang ada di kota Padang? 2. Batasan Masalah Untuk pembahasan ini lebih terarah, maka penulis membatasi pertanyaan penelitian ini sebagai berikut: 12 Dinas Sosial Provinsi Sumbar, 2016 13 Dinas Sosial Kota Padang, 2016

8 a. Kategori prostitusi yang ada di Kota Padang. b. Faktor penyebab terjadinya prostitusi di Kota Padang. c. Upaya penanggulangan prostitusi oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah di Kota Padang. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui: a. Kategori prostitusiyang ada di kota Padang. b. Faktor penyebab terjadinya prostitusi di Kota Padang. c. Upaya penanggulangan masalah prostitusi oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah di Kota Padang. 2. Kegunaannya adalah untuk: a. Kegunaan Akademis 1) Sebagai acuan dan referensi bagi para peneliti lain untuk penelitian selanjutnya. 2) Sebagai bahan informasi dan sekaligus pemahaman penulis sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam 3) Menambah wawasan bagi pembaca dan seluruh mahasiswa khususnya fakultas Dakwah b. Kegunaan Praktis 1) Sebagai bahan masukan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat dalam mendidik anak.

9 2) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi para pelaku prostitusi untuk memperoleh hidup yang baik dari sebelumnya. 3) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai dampak yang mendasar terhadap bahaya praktek prostitusi bagi diri sendiri, keluarga, keturunan, dan masyarakat. D. Penjelasan Judul Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam memahami judul skiripsi ini nantinya, maka penulis akan menjelaskan beberapa hal sebagai berikut: FenomenaProstitusi :gejala-gejala yang dapat disaksikan secara nyata ditengah masyarakat tentang kegiatan melacur yang bertujuan ekonomi yang dilakukan dengan sengaja ditempat-tempat tertentu seperti di hotel, tempat rekreasi dan lain-lain.umumnya mereka mendapatkan uang setelah melakukan hubungan badan. Prostitusi atau wanita tuna susila adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran. 14 Maksud penulis yaitu orang atau oknum yang berprofesi sebagai prostitusi yang mendapatkan penghasilan/uang setelah melakukan pekerjaannya. 14 Kartini Kartono, Patologi Sosial. (Jakarta: Rajawali, 1981), h.209

10 Jadi yang dimaksud dengan judul di atas, adalah gambaran perbuatan orang atau oknum yang berkaitan dengan pelacuran kategori, penyebab, dan penyelesaian yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah kota Padang. E. Sistematika Penulisan Untuk mendapat gambaran yang utuh dan jelas tentang penelitian ini, maka penulis susun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, metode penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Berisikan landasan teori tentang gambaran umum prostutusi, bentuk prostitusi, ciri-ciri prostitusi, penyebab prostitusi dan upaya penanggulangannya. BAB III : Metodologi penelitian yaitu jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengelolaan data. BAB IV : Merupakan hasil penelitian yang berisi tentang bentuk prostitusi, faktor penyebab terjadinya prostitusi, bentuk penanggulangan masalah prostitusi oleh pemerintah dan masyarakat di Kota Padang. BAB V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.