PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2010

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT PAPARAN TINGGI TIDAK DAPAT BAKAR DI INSTALASI RADIOMETALURGI (IRM)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAUAN KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI ALAT POTONG ACCUTOM DI LABORATORIUM KENDALI KUALITAS HR-22 IEBE PTBN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

DEKONTAMINASI MESIN BUSUR LISTRIK CENTORR FURNACES DI HR-16 IEBE PTBN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

FORMAT DAN ISI LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEKOMISIONING. A. Kerangka Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekomisioning URAIAN INSTALASI

2017, No Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5445); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

RENCANA PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI FASILITAS HOTCELL IRM DENGAN MELAKUKAN PERBAIKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF.

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto

EVALUASI PENANGANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL (IEBE)

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGENDALIAN DAERAH RADIASI DAN KONTAMINASI IEBE DAN IRM TAHUN 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

EVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Suhaedi Muhammad, Rimin Sumantri PTKMR BATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republi

PEMANTAUAN PENERIMAAN DOSIS EKSTERNA DAN INTERNA DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2012

FORMAT DAN ISI PROGRAM DEKOMISIONING INNR

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

SISTEM AKUNTANSI LIMBAH TERPADU (SALT)

PENGELOLAAN DAN KARAKTERISASI LIMBAH B3 DI PAIR BERDASARKAN POTENSI BAHAYA ABSTRAK

SALT Penghasil & Pengelola

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN KERADIOAKTIVAN UDARA BUANG DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

PENYUSUTAN ARSIP DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMAN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2011

PENGELOLAAN ARSIP DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN TENTANG DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

Transkripsi:

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007. Telah dilakukan pengelolaan Limbah radioaktif bentuk padat beraktivitas rendah di Instalasi Radiometalurgi (IRM). Limbah tersebut salah satunya ditimbulkan dari kegiatan penelitian di bidang nuklir yang dilakukan di instalasi radiometalurgi. Pengelolaan limbah radioaktif bentuk padat dilakukan melalui empat tahap: pengumpulan, pengelompokan, pengepakan dan pengangkutan. Pengelolaan limbah radioaktif tersebut dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya penyebaran radiasi dan kontaminasi, baik dilingkungan kerja maupun masyarakat. Dari pengelolaan limbah radioaktif beraktivitas rendah bentuk padat yang dilakukan pada tahun 2007, diperoleh hasil paparan radiasi rata-rata tertinggi adalah limbah yang berasal dari kegiatan pencacahan sampel kontaminan di R-121 sebesar 190 nsv/jam. Selama tahun 2007 dilakukan pengiriman limbah padat dari IRM ke instalasi pengolahan limbah radioaktif sebanyak 64,2 kg (4 drum) dengan paparan tertinggi sebesar 6,5 nsv/jam. Kata kunci : Pengelolaan limbah radioaktif, aktivitas limbah, paparan radiasi PENDAHULUAN Sumber radioaktif banyak digunakan di berbagai kegiatan di Instalasi Radiometalurgi (IRM)-PTBN, Batan. Kegiatan tersebut antara lain penelitian di bidang nuklir dan pasca iradiasi yang menghasilkan limbah radioaktif. Penggunaan sumber radioaktif untuk kegiatan penelitian, senantiasa menghasilkan limbah yang mengandung zat radioaktif dalam bentuk padat, cair maupun gas. Limbah radioaktif merupakan limbah yang mengandung sejumlah radionuklida yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia maupun lingkungan, sehingga harus dikelola dengan baik. Pengelolaan limbah radioaktif padat beraktivitas rendah (kandungan U 50 ppm) dilakukan melalui tahapan-tahapan antara lain : pengumpulan dan pengelompokan jenis limbah (dapat/tidak dapat terbakar), pengepakan dan penyimpanan limbah radioaktif. Batan Tenaga Nuklir Nasional adalah satu-satunya institusi yang berwenang mengelola limbah radioaktif. Kewenangan pengelolaan ini telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah No. 11, 12 dan 13 tahun 1975 [1][2][3]. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa BATAN merupakan satu-satunya institusi yang berwenang mengelola limbah radioaktif. Dalam tulisan ini dibahas mengenai penanganan limbah radioaktif bentuk padat beraktivitas rendah. Tujuan pengelolaan limbah radioaktif padat untuk mengantisipasi terjadinya kontaminasi baik dilingkungan kerja maupun masyarakat. Metode yang digunakan untuk mengelola limbah radioaktif bentuk padat beraktivitas rendah melalui empat tahap: pengumpulan/penampungan, reduksi volume, pengangkutan, penyimpanan (pembuangan akhir limbah). 34

ISSN 1979-2409 Pengelolaan Limbah Radioaktif Bentuk Padat Beraktivitas Rendah Di Instalasi Radiometalurgi Tahun 2007 (S u n a r d i) TATA KERJA Cara kerja pengelolaan limbah radioaktif padat beraktivitas rendah yang berada di instalasi radiometalurgi secara garis besar meliputi : pengumpulan, pengelompokan jenis limbah, pengepakan dan pengangkutan ke instalasi pengolahan limbah. Diagram pengelolaan limbah radioaktif padat berakativitas rendah di instalasi radiometalurgi ditunjukkan pada Gambar 1 sebagai berikut : Gambar 1. Diagram pengelolaan limbah radioaktif padat beraktivitas rendah 35

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengelolaan limbah radioaktif padat yang berada di IRM dapat ditempuh melalui tahapan-tahapan proses : pengumpulan, pengelompokan, pengepakan dan pengangkutan ke instalasi limbah radioaktif. Hasil kegiatan pengelolaan limbah radioaktif padat beraktivitas rendah yang berada di instalasi radiometalurgi selama tahun 2007 diuraikan sebagai berikut : a. Pengumpulan Penyebaran zat radioaktif dari radioaktif limbah dapat membahayakan pekerja radiasi maupun lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyebaran tersebut diperlukan wadah yang memadai berupa kantong plastik besar (sebagai penampung limbah radioaktif padat) yang dapat menahan limbah dari kebocoran. Untuk memudahkan identifikasi limbah radioaktif, digunakan kantong plastik berwarna kuning yang diletakkan di dalam kotak limbah dari bahan logam berwarna kuning. Kantong-kantong plastik tersebut diletakkan di beberapa lokasi yang memiliki potensi limbah radioaktif. Pengumpulan limbah dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali. Hasil pengumpulan limbah radioaktif selama tahun 2007 diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data pengumpulan limbah radioaktif padat dari setiap ruangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Asal Limbah R 121 R 124 R 127 R 132 R 133 R 134 R 135 R 136 R 137 R 140 Paparan Radiasi rata-rata, nsv/jam 190 85 90 91 97 94 117 99 119 117 Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa paparan radiasi limbah radioaktif padat tertinggi terdapat pada limbah yang berasal dari R 121 yaitu sebesar 190 nsv/jam. Hal ini dimungkinkan karena di ruang tersebut merupakan tempat untuk mencacah sampel hasil pencuplikan yang dilakukan secara rutin, sehingga memiliki potensi paparan radioaktif yang lebih besar dibandingkan ruang lain. 36

ISSN 1979-2409 Pengelolaan Limbah Radioaktif Bentuk Padat Beraktivitas Rendah Di Instalasi Radiometalurgi Tahun 2007 (S u n a r d i) b. Pengelompokan Limbah padat yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikelompokkan menurut jenisnya yaitu limbah padat yang mudah terbakar (berupa : kertas bekas penyapu dalam analisis kimia, proses kimia dan lain-lain) dan limbah padat yang tidak mudah terbakar (berupa : botol bekas zat kimia, peralatan gelas untuk analisis yang tidak terpakai dan lain-lain). Wadah untuk limbah yang mudah terbakar dipisahkan dengan limbah yang tidak mudah terbakar. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penanganan selanjutnya di instalasi pengolahan limbah radioaktif. c. Pengepakan Pengelompokan dan pengepakan limbah padat dilakukan di ruang limbah yang terletak di lantai basement. Limbah yang mudah maupun tidak mudah terbakar dimasukkan ke dalam sebuah drum limbah secara terpisah. Limbah yang telah dimasukkan ke dalam drum dipantau paparan radiasinya sebelum penyegelan drum. Pengepakan limbah padat dilakukan setiap 6 bulan sekali masing-masing 2 buah drum. Hasil pengepakan limbah padat selama tahun 2007 dilakukan sebanyak 2 kali diperlihatkan pada Tabel 2 sebagai berikut : No Tabel 2. Data pengepakan limbah padat pada tahun 2007 Berat Limbah, Kg Paparan Radiasi rata-rata, nsv/jam Drum I Drum II Drum I Drum II 1 12,5 17,5 105,4 100,3 2 13,5 20,7 99,8 100,2 Pemantauan paparan radiasi terhadap limbah setelah dimasukkan ke dalam drum bertujuan agar limbah yang akan dikeluarkan dari IRM dianggap aman. Dari Tabel 2 ditunjukkan bahwa paparan radiasi limbah paling tinggi setelah pengepakan sebesar 105,4 nsv/jam. d. Pengangkutan Pengangkutan dilakukan untuk memindahkan limbah dari IRM ke Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif. Persiapan-persiapan yang harus ditempuh sebelum limbah diangkut keluar yaitu : 1. Persediaan wadah untuk menampung limbah yang akan dipindahkan. Wadah tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan antara lain kuat dan dapat menahan limbah dari kebocoran. 37

2. Lokasi yang telah ditentukan untuk pembuangan/penyimpanan limbah. Sebelum dilakukan pembuangan/penyimpanan limbah padat, lokasi yang berada di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif harus benar-benar dalam kondisi aman, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. KESIMPULAN Dari kegiatan pengelolaan limbah padat beraktivitas rendah yang berada di instalasi radiometalurgi selama tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengelolaan limbah dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : pengumpulan, pengelompokan, pengepakan dan pengangkutan limbah ke instalasi pengolahan limbah radioaktif. 2. Paparan radiasi rata-rata tertinggi selama kegiatan penelitian yang dilakukan di instalasi radiometalurgi adalah limbah radioaktif yang berasal dari kegiatan di R 121 sebesar 190 nsv/jam. 3. Selama tahun 2007 dilakukan pengiriman limbah padat dari instalasi radiometalurgi ke instalasi pengolahan limbah radioaktif sebanyak 64,2 kg (4 drum) dengan paparan radiasi tertinggi sebesar 105,4 nsv/jam. DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, 1975. 2. ANONIM, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1975 tentang Izin Pemakaian Zat Radioaktif dan/atau Sumber Radiasi lainnya, 1975. 3. ANONIM, Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1975 tentang Pengangkutan Zat Radioaktif, 1975. 4. SURATMAN, Introduksi Proteksi Radiasi Bagi Siswa/Mahasiswa Praktek, PPNY- BATAN, Yogyakarta, 1996. 38