Rinto., dkk. Analisis Komputasi Pendapatan...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ECONOMIC ANALYSIS OF LAYER AT HS INDRA JAYA ENTERPRISE AT PONGGOK SUBDISTRICT BLITAR REGENCY

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI SUYATNO FARM DESA KALISIDI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

Animal Agriculture Journal 3(1): 24-33, April 2014 On Line at :

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM KAMPUNG DI DISTRIK SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE. Ineke Nursih Widyantari 1) ABSTRACT

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK (Studi Kasus Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang)

ANALISIS PEMASARAN TELUR PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR CV. INDAH MUSTIKA DI DESA MANGUNSARI KECAMATAN GUNUNG PATI KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2016,

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN AMBUNTEN, KABUPATEN SUMENEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER.

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VII. ANALISIS PENDAPATAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2013, VOL. 13, NO. 2

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS PROFITABILITAS TERHADAP PENGEMBALIAN ASET USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu)

Analisis Profitabilitas Perusahaan Ayam Petelur PT Suni Tama Perdana Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISA PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK POTONG DI DESA HARJOWINANGUN KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* )

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN AYAM KAMPUNG (LOKAL) DI TINGKAT PETANI STUDI KASUS KELOMPOK PETERNAK AYAM KAMPUNG "BAROKAH" DI CIAMIS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA TANI TERUNG DI DESA TULUNGSARI KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA. Intisari

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

Suheli, M. dkk., Analisis Kelayakan Usahatani...

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur)

MANAJEMEN PERMODALAN PADA ANGGOTA KTTI MAJU JAYA UNTUK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

ANALISIS EKONOMI USAHA AYAM PETELUR DI FARM HARMA BANJARHARJO KECAMATAN NGEMPLAK, SLEMAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

AGUS PRANOTO

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Analisis Profitabilitas Peternakan Ayam Ras Petelur Pada UD BS (BIYASE) Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA TERNAK ITIK PEDAGING (Studi Kasus Pada Usaha Itik Milik Kelompok Masawang di Desa Talikuran Kecamatan Remboken)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN DAN BIAYA PRODUKSI PADA USAHA AYAM RAS PETELUR DENGAN DUA STRAIN BERBEDA (Studi Kasus di PD.

ABSTRACT. Keywords: profit, R/C ratio, Brean Even Point.

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PRODUKSI USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI KABUPATEN SLEMAN PRODUCTION ANALYSIS OF BROILER FARM IN SLEMAN DISTRICT

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

Analisis pola kemitraan usaha peternakan ayam pedaging sistem closed house di Plandaan Kabupaten Jombang

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM KAMPUNG (STUDI KASUS DI DESA PUNGKOL KECAMATA TATAPAAN, KABUPATEN MINAHASA SELATAN)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA DI DESA SELOREJO KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI

III KERANGKA PEMIKIRAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Transkripsi:

Diterima : November 2016 Disetujui : Januari 2017 Dipublikasikan : Oktober 2017 ANALISIS KOMPUTASI PENDAPATAN BREAK EVEN POINT (BEP) DAN R/C RATIO PETERNAKAN AYAM PETELUR RENCANG GESANG FARM DI DESA JANGGLENG KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG Rinto, Siswanto. I.S dan R. Muryani Program Studi S1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT This study aims to determine the value of Break Even Point (BEP), the value of R/C Ratio and counting Computing revenues in poultry Rencang Gesang Farm Polutry. The research was conducted on January 18, 2016 - February 22, 2016 in the village of Janggleng, Kaloran District, Temanggung District, Central Java. This study uses the case study method. The collection of data used in the study was done by direct interview and observation. These data consist of primary data and secondary data. Primary data were obtained by direct interviews with respondents, managers and workers of companies which are based on a questionnaire. Secondary data were obtained from the accounting records at the Rencang Gesang Farm Polutry Farm for 36 months (2013-2015), which includes the cost of feed, labor costs, egg production and the selling price of eggs. In addition, secondary data obtained from departments or agencies associated with this research. The conclusion of this study showed that the level of profitability in the poultry farm Rencang Gesang Polutry Farm for 3 years (2013-2015), namely 26.97%, 14.65% and 14.29%. Value Break Even Point (BEP) units a year (2013-2015), namely 55 099 kg, 56 979 kg and 52 825 kg while the value of the break even point to prices in (2013-2015) is Rp 2,299,611,164, Rp 3,207,697,510 and Rp 3,452,146,815. Rated R/C Ratio Rencang Gesang Farm Polutry profitable because the value of R/C Ratio is more than 1. Keywords: Break Even Point (BEP), R/C Ratio, Laying Hens. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka meningkat pula kebutuhan akan pangan, antara lain kebutuhan pangan hewani dan nabati. Pemenuhan kebutuhan pangan asal hewan ini berperan penting dalam pemenuhan kecukupan gizi. Meningkatnya kebutuhan pangan hewani harus diimbangi dengan peningkatan jumlah populasi ternak saat pengembangan bidang peternakan. Khusus untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani, masyarakat mencari pangan yang mengandung protein hewani dengan harga yang terjangkau, salah satunya adalah telur. Telur merupakan hasil produksi ternak unggas yang memiliki kandungan protein tinggi sekitar 12-13% dengan harga yang terjangkau. Usaha untuk memenuhi kebutuhan protein hewani tidak hanya dengan memperbanyak jumlah ternak yang dipelihara tetapi juga harus didukung dengan MEDIAGRO 43 VOL. 13. NO.2. 2017. HAL 43-52

sistem manajemen yang baik, sehingga hasil produksi akan meningkat dan perusahaan akan mendapat penerimaan dan pendapatan yang sesuai. Penerimaan digunakan untuk menutup biaya produksi dan sisa sebagai pendapatan. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pengelolaan suatu usaha. Rencang Gesang Farm merupakan salah satu peternakan ayam petelur di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Perkembangan ayam petelur pada perusahaan Rencang Gesang Farm tidak mengalami perkembangan populasi ternak dengan dibuktikannya jumlah populasi ternak yang tidak mengalami peningkatan dari tahun 2013, 2014 dan 2015 sebanyak 30.000 ekor ayam. Berdasarkan kenyataan tersebut, penelitian analisis kelayakan suatu usaha perlu dilakukan untuk mengkaji keberlanjutannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ayam petelur dan menghitung komputasi pendapatan serta mengetahui nilai (BEP) pada usaha peternakan ayam petelur Rencang Gesang Farm. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran apakah usaha peternakan ayam petelur di Rencang Gesang farm dapat dinyatakan layak atau tidak secara finansial, sehingga dapat digunakan untuk dasar dan menentukan langkah-langkah demi pengembangan usaha pada masa yang akan datang. Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah metode observasi dan wawancara langsung dengan pedoman pada kuisioner. Data yang dikumpulkan berupa data time series atau data dalam jangka waktu tertentu yaitu selama 36 bulan terakhir dimulai dari 2013-2016. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi (pengamatan). Pengamatan dan pencatatan dilakukan secara langsung pada obyek yang diteliti dan wawancara dengan pemilik usaha dan beberapa tenaga kerja di peternakan ayam petelur yang berpedoman pada daftar kuesioner. Jenis data dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai aspek teknis dan keuangan. Data primer berupa data Time Series selama 3 tahun produksi kurun waktu 2013, 2014 dan 2015. Data primer meliputi identitas responden, tatalaksana pemeliharaan ayam petelur, biaya-biaya yang digunakan untuk usaha seperti investasi, penerimaan setiap panen dan pendapatan. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti dinas peternakan, kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan lain-lain. Data sekunder yang diambil meliputi populasi ayam petelur, topografi, dan monografi wilayah setempat. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari catatan pembukuan bagian administrasi serta dinas-dinas atau instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu dari kantor kelurahan setempat yang meliputi data monografi, topografi, luas penggunaan lahan/tanah dan klimatologi. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 44

Metode Analisis Data Data yang sudah terkumpul selanjutnya diedit, ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan sebuah analisis yang menggambarkan keadaan yang terjadi pada sebuah data. Analisis kuantitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dan diolah kedalam bentuk angka-angka serta pembahasannya HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Parameter yang menjadi tolok ukur keberhasilan pemeliharaan ayam petelur diantaranya hen day, konversi pakan (FCR) dan mortalitas. Produksi pada usaha ayam petelur Rencang Gesang Farm ini dapat dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 1. Performa Produksi Ayam Petelur Tahun 2013-2015. Jumlah Jumlah Periode Populasi Mortalitas Hen Day pakan Telur (Tahun) (ekor) (%) Production (kg) (kg) 2013 114456 30.000 2,73 2014 118898 2015 30.000 3,23 30.000 2,45 Feed Convertio n Ratio 8 539547 80,0 2,12 2 549109 80,6 2,16 116054 6 538960 83,4 2,15 Berdasarkan Tabel 1, peningkatan populasi ternak tidak terjadi pada setiap tahunnya. Performa produksi rata-rata tiap tahun selama tahun 2013, 2014 dan 2015 mengalami pergerakan fluktuatif pada aspek persentase mortalitas dengan nilai (2,73; 3,23; 2,45 %). Jumlah pakan yang dihabiskan selama tiga tahun berturut-turut mencapai 1.144.568, 1.188.982 dan 1.160.546 kg. Nilai hen day production ayam petelur peternakan Rencang Gesang Farm selama kurun waktu tiga tahun berturut-turut mencapai 80; 80,6 dan 83,4. Peningkatan nilai mortalitas pada tahun 2013-2014 diduga disebabkan oleh keadaan cuaca yang buruk selama semester akhir pada tahun 2014, sehingga berakibat pada peningkatan penyakit pada ternak, sedangkan penurunan angka mortalitas pada tahun 2014-2015 diduga dikarenakan penataan menajemen kesehatan yang membaik dan penurunan intensitas cuaca yang buruk selama semester akhir tahun 2015. Berdasarkan FCR tahunan yang mencapai 2,12; 2,16 dan 2,15, menunjukkan bahwa efisiensi pakan yang dibutuhkan untuk membentuk produksi telur masih tergolong normal atau cenderung kecil. Hal ini sesuai dengan Management Guide yang diterbitkan oleh Isa Brown, bahwa FCR ayam petelur pada awal bertelur hingga afkir (90 minggu) mencapai 2,09-2,20. Rasyaf (2009) menyatakan bahwa nilai FCR yang kecil menunjukkan bahwa performa yang dicapai memuaskan karena jumlah pakan yang dikonsumsi untuk menaikkan satu satuan bobot badan sedikit yang berarti penggunaan pakannya efisien. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 45

Biaya Produksi Patong (2003) mengatakan bahwa biaya adalah jumlah anggaran yang dilakukan untuk kegiatan proses produksi, sedangkan produksi sendiri adalah proses penggunaan sumberdaya untuk menghasilkan barang dan jasa. Biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Berikut ratarata biaya produksi selama kurun waktu 2013-2015. Tabel 2. Total Biaya Produksi Tahun 2013 2015. Biaya Produksi Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 ---------------------------------Rp------------------------- Biaya Tetap (TFC) 758.871.684 798.716.680 838.871.676 Biaya Tidak Tetap (TVC) 4.326.892.636 4.968.109.885 5.422.409.418 Total 5.085.764.320 5.766.826.565 6.261.281.094 Berdasarkan Tabel 2., total biaya produksi di peternakan Rencang Gesang Farm pada tahun 2013-2015 mencapai Rp 5.085.764.320; Rp 5.766.826.565 dan Rp 6.261.281.094 dengan peningkatan pada tahun 2013-2014 dan 2014-2015 sebesar Rp 681.062.245 dan Rp 494.454.529 seperti yang diketahui bahwa total biaya produksi ini pada dasarnya berbeda sesuai dengan kebutuhan di setiap aspek. Peningkatan biaya produksi yang tersusun atas biaya tetap dan biaya tidak tetap selama tiga tahun dikarenakan harga pakan yang bertambah tahun semakin mahal. Biaya produksi dapat didefinisikan semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan atau menghasilkan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut (Sukirno, 2002). Winarto (1992) menyatakan bahwa biaya produksi ini merupakan anggaran yang digunakan dalam proses produksi. Tabel 3. Biaya Tetap Tahun 2013 2015. Biaya Tetap Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Rp % Rp % Rp % Penyusutan Bangunan 121.500.000 16,127 121.500.000 15,314 121.500.000 14,579 Kandang Penyusutan Peralatan 30.722.628 4,078 30.722.628 3,872 30.722.628 3,68 Kandang Penyusutan Peralatan 566.550 0,075 566.550 0,071 566.550 0,067 Kantor Penyusutan ternak 600.000.000 79,641 640.000.000 80,668 680.000.000 81,596 Pajak Bumi Bangunan 582.500 0,077 582.500 0,073 582.500 0,068 Total 753.371.678 100 793.371.678 100 833.371.678 100 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 46

Berdasarkan Tabel 3., biaya tetap peternakan ayam petelur Rencang Gesang Farm terdiri dari biaya penyusutan kandang, kantor, peralatan, ternak dan pajak bumi. Penyusutan bangunan kandang selama rentang waktu 2013-2015 mencapai Rp 121.500.000, sedangkan penyusutan peralatan kandang dan kantor sebesar Rp 30.722.628 dan Rp 566.550. Pajak bumi selama tiga tahun berada nilai yang sama dengan Rp 582.500. Rasyaf (1999) menyatakan bahwa biaya tetap merupakan biaya tidak langsung berkaitan dengan jumlah ayam yang dipelihara atau dengan kata lain komponen-komponen biaya tetap tidak berubah dengan perubahan-perubahan output dan tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kenaikan atau penurunan produksi. Wasis (1992) menyatakan bahwa biaya tetap merupakan biaya yang sampai batas tertentu tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume hasil perusahaan sampai pada tingkat tertentu saja sehingga disebut time cost. Contoh dari biaya tetap adalah gaji pegawai, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, biaya listrik dan biaya telepon (Rasyaf, 1999). Sukirno (2002) menyatakan bahwa untuk biaya tetap akan lebih statis karena tidak dipengaruhi oleh banyak aspek. Soekartawi (1993) menambahkan bahwa perubahan nilai biaya tetap tidak akan signifikan. Tabel 4. Biaya Tidak Tetap Tahun 2013-2015. Biaya Tahun 2013 Tahun 2014 Tidak % Rp Rp Tetap Pembelia n Pullet % Tahun 2015 Rp 450.000.000 10,400 480.000.000 9,661 500.000.000 9,220 Pakan 3.553.131.539 82,117 4.156.609.432 83,665 4.583.999.000 84,538 Kesehatan 89.923.407 2,078 90.221.228 1,816 90.395.347 1,667 Upah Tenaga 225.600.000 5,213 232.200.000 4,673 238.800.000 4,403 Kerja Telepon 2.084.440 0,048 2.470.970 0,049 2.799.171 0,051 Listrik 3.173.200 0,073 3.658.300 0,073 4.373.900 0,08 Lain - Lain 2950000 0,068 2950000 0,059 2.040.000 0,037 Total 4.326.862.586 100 4.968.109.930 100 5.422.407.418 100 Biaya tidak tetap pada Tabel 4, terdiri dari biaya pembelian pullet, pakan, obat, listrik, tenaga kerja, telepon dan lain-lain. Seperti yang diketahui bahwa biaya tidak tetap terbesar selama tiga tahun berasal dari biaya pakan dengan persentase rasio 82-84% sementara itu untuk biaya tidak tetap paling rendah adalah biaya telepon dengan nilai rasio 0,04-0,05%. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawirakusumo (1989) bahwa pembelian pakan akan menyumbangkan nilai terbesar karena pakan sebagai kebutuhan pokok ayam petelur dan jumlahnya pun ditentukan oleh jumlah ayam yang ada. Biaya pembelian pullet peternakan Rencang Gesang Farm pada tahun 2013-2015 mencapai nilai Rp 450.000.000; Rp 480.000.000; Rp 500.000.000, dengan % Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 47

persentase peningkatan untuk tahun 2013-2014 sebesar 10,4% dan tahun 2014-2015 sebesar 9,661%. Peningkatan biaya pembelian pullet terbesar terjadi pada tahun 2013-2014 dibanding tahun 2013-2015, hal ini disebabkan terjadinya peningkatan harga pullet sebesar Rp 3000 per ekor pada tahun 2013-2014 dengan nilai Rp 45.000-Rp 48.000 per ekor, sedangkan pada tahun 2014-2015 terjadi peningkatan sebesar Rp 2000 per ekor dengan nilai Rp 48.000-Rp 50.000. Biaya tidak tetap terbesar selanjutnya di tanggung oleh biaya upah, kesehatan, listrik dan telepon. Biaya upah selama tiga tahun berturut-turut mengalami peningkatan sebesar 5,213%, dengan nilai peningkatan tiap tahunnya sebesar Rp 6.600.000. Peningkatan upah ini dikarenakan terjadinya peningkatan upah per orang sebesar Rp 100.000 pada setiap tahunnya. Peningkatan biaya selanjutnya adalah biaya kesehatan, biaya listrik, biaya lain- lain dan, telepon. Winarto (1992) berpendapat bahwa biaya variabel selalu berubah-ubah sesuai kesibukan perusahaan, biaya akan nol jika tidak ada kesibukan dan naik secara proporsional jika ada kesibukan sehingga disebut activity cost. Contoh dari biaya variabel adalah biaya untuk makanan, biaya pemeliharaan, biaya pembelian bibit, biaya obat-obatan dan biaya operasional. Biaya tidak tetap ini disebut juga biaya operasi artinya selalu dikeluarkan sepanjang waktu produksi diantaranya biaya pakan, biaya obat, biaya tenaga kerja, biaya listrik, air dan pembelian peralatan kandang (Syamsudin, 2009). Penerimaan Peternakan Rencang Gesang Farm terdiri dari penjualan telur, ayam afkir, kotoran dan karung bekas. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadarsan (1992) bahwa penerimaan suatu usaha perusahaan peternakan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen dari hasil produksi ternak dan juga hasil ikutannya. Penerimaan usaha terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penerimaan Usaha ayam Petelur Tahun 2013 2015. Jenis Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Produk Rp % Rp % Rp % Penjualan Telur Utuh Penjualan Telur Retak Penjualan Ayam Afkir Penjualan Kotoran Penjualan Karung 6.457.704.874 97,395 6.612.240.768 97,526 7.156.020.702 97,375 20.531.521 0,309 21.756.049 0,320 23.416.989 0,318 145.905.000 2,200 138.832.000 2,047 156.080.000 2,123 4.200.000 0,063 4.700.000 0,069 10.950.000 0,149 2.050.000 0,030 2.400.000 0,035 2.390.000 0,032 Total 6.630.391.395 100 6.779.928.817 100 7.348.857.691 100 Total penerimaan usaha ayam petelur selama tiga tahun berturut-turut adalah Rp 6.457.704.874 tahun 2013, Tahun 2014 Rp 6.612.240.768 dan pada tahun 2015 Rp 7.156.020.702 untuk telur utuh sedangkan untuk total penerimaan telur retak adalah Rp 20.531.521 pada tahun 2013, Rp 21.756.049 tahun 2014 dan Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 48

Rp 23.416.989 tahun 2015. Penerimaan penjualan ayam afkir pada tahun 2013 adalah Rp 145.905.000 tahun 2014 Rp 138.832.000 dan pada tahun 2015 Rp 156.080.000. Total penerimaan penjualan ayam afkir pada tahun 2014 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2013 dikarenakan mortalitas pada tahun 2014 cukup tinggi yaitu 3,23 % atau mengalami kenaikan 0,5% dari mortalitas tahun 2013 yaitu sebesar 2,73 %. Pada tahun 2015, penerimaan penjualan ayam afkir mengalami peningkatan kembali dikarenakan mortalitas hanya 2,45% artinya, mortalitas menghalami penurunan sebanyak 0,78%. Penambahan total penerimaan selanjutnya didukung oleh penjualan kotoran yaitu sebesar Rp 4.200.000 pada tahun 2013, Rp 4.700.000 pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 Rp 10.950.000. Sedangkan penjualan karung pada tahun 2013 mencapai Rp 2.050.000, Rp 2.400.000 pada taun 2014 dan pada tahun 2015 Rp 2.300.000. Presentase tertinggi pada penerimaan peternakan setiap tahunnya adalah penjualan telur utuh dan presentase penerimaan peternakan terrendah adalah penjualan karung bekas pakan. Wasis (1992) menyatakan bahwa penerimaan sebuah usaha selain berasal dari penjualan produk juga berasal dari aspek lain seperti penjualan kotoran dan karung. Penerimaan yang diperoleh tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan dan harga produk. Hal ini sesuai dengan pendapat Supranto (2005) bahwa penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produk yang dijual dengan harga produk. Pendapatan Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh dari selisih nilai biaya yang dikeluarkan dari suatu bentuk kegiatan untuk memproduksi dilapangan usaha (Ariyoto, 1995). Besar kecilnya pendapatan secara langsung akan mempengaruhi kelangsung hidup suatu perusahaan. Berikut uraian nilai pendapatan usaha yang terdiri dari pendapatan kotor, pajak penghasilan dan pendapatan bersih. Tabel 6. Pendapatan Usaha Tahun 2013 2015. Uraian Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Penerimaan 6.037.015.236 6.779.928.817 7.342.557.691 Biaya Produksi 5.085.764.320 5.766.826.565 6.261.281.094 Pendapatan sebelum Pajak (EBT) Rp 951.250.943 1.013.102.252 1.081.276.597 Pajak penghasilan 9.512.509,43 10.131.022,52 10.812.765,97 Pendapatan Setelah Pajak (EAT) 941.738.434 1.002.971.229 1.070.463.831 Pendapatan Perbulan 78.478.203 83.580.936 89.205.320 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 49

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa pendapatan untuk tiap bulan pada peternakan Rencang Gesang Farm setelah pajak pada tahun 2013-2015 mencapai Rp 78.478.203; Rp 83.580.936 dan Rp 89.205.320. Peningkatan pendapatan pada tahun 2013-2014 sebesar Rp 5.102.733; disumbang karena adanya peningkatan total penerimaan. Peningkatan pada tahun 2014-2015 sebesar Rp 5.624.384. Peningkatan pendapatan tersebut (2014-2015) jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013-2014. Hal ini dipengaruhi oleh harga jual telur yang semakin meningkat disetiap tahunnya. Dengan demikian, usaha peternakan ayam petelur layak untuk dijalankan dan menguntungkan. Munawir (2007) menyatakan bahwa pendapatan atau Earnings Before Tax (EBT) sebuah usaha akan dikurangi oleh pajak sebelum pada akhirnya menjadi pendapatan bersih atau Earnings After Tax (EAT). Soekartawi (2002) menyatakan bahwa usaha ternak akan mendapat pajak dalam setiap tahun selama usaha tersebut masih melakukan proses produksi dan mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilakukan. Besar kecilnya pendapatan bersih yang diterima oleh peternakan ayam petelur rencang Gesang Farm dipengaruhi oleh perubahan volume penjualan, total penerimaan yang diterima dan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan. Pada tahun 2013, peraturan dalam pembayaran pajak bagi badan usaha yaitu merujuk pada peraturan pemerintah No. 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu bagi badan usaha yang penghasilan bruto (peredaran brutonya) dibawah Rp 4,8 milyar, maka tarif pajaknya adalah 1 % peredaran bruto. Tabel 7. Pajak Pendapatan Tahun 2013-2015. Tahun Total Pendapatan Presentase pajak Total Pajak Per Tahun 2013 951.250.943 1% 9.512.509,43 2014 1.013.102.252 1% 10.131.022,52 2015 1.081.276.597 1% 10.812.765,97 Berdasarkan data Tabel 7, diketahui bahwa pajak pertahun dari tahun 2013-2015 adalah Rp 9.512.509,43,- Rp 10.131.002,52,- Rp 10.812.765,97 besarnya pajak tersebut ditentukan dari jumlah pendapatan setiap tahunnya sebesar 1 % dari pendapatan. BEP (Break Even Point) Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, terkadang perlu terlebih dahulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai, disamping hal-hal lainnya. Agar perolehan laba mudah ditentukan salah satu caranya adalah harus mengetahui terlebih dahulu berapa nilai BEP nya (Kasmir, 2009). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 50

Tabel 8. Break Even Point (BEP) Tahun 2013 2015. Uraian Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 BEP Dalam Unit (kg) 191.386,814 265.688,917 259.751,998 BEP Harga (Rp) 2.299.611.164 3.207.697.510 3.452.146.815 Nilai Break Even Point (BEP) unit pada peternakan Rencang Gesang Farm tahun 2013 adalah 191.386,814 kg pada tahun 2014 adalah 265.688,917 kg dan pada tahun 2015 adalah 259.751,998 kg. Nilai Break Even Point (BEP) harga pada tahun 2013 Rp 2.299.611.164 pada tahun 2014 Rp 3.207.697.510 dan pada tahun 2015 Rp 3.452.146.815. Dari keterangan tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan Rencang Gesang Farm mampu menghasilkan keuntungan dikarenakan penghasilan produk maupun Rupiah nya mampu diatas nilai BEP. R/C Ratio Analisis R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya. Nilai R/C menunjukkan kondisi suatu usaha menguntungkan atau merugi sehingga bisa diketahui layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Nilai R/C > 1 maka kegiatan usaha peternakan yang dilakukan dapat dikatakan layak karena kegiatan usaha yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 maka kegiatan usaha peternakan yang dilakukan dapat dikatakan tidak layak karena kegiatan usaha yang dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C = 1 maka kegiatan usaha peternakan yang dilakukan dapat dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena penerimaan yang diterima akan sama dengan pengeluaran yang dikeluarkan. Tabel 9. R/C Ratio Tahun 2013 2015. Uraian Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 R/C Ratio 1,27 1,15 1,14 Dari Tabel 9 di atas diketahui kelayakan usaha peternakan adalah Hasil Bagi antara penerimaan dengan biaya produksi yaitu pada tahun 2013 Rp 6.037.015.234 dibagi Rp 5.085.764.320 = 1,27. Tahun 2014 Rp 6.779.928.820 dibagi Rp 5.766.826.565 = 1,15 dan tahun 2015 Rp 7.342.557.746 dibagi Rp 6.261.281.095 = 1,14. Nilai R/C ratio lebih dari 1 menunjukkan bahwa usaha peternakan yang di lakukan peternakan Rencang Gesang Farm layak untuk diusahakan. KESIMPULAN 1. Tata laksana pemeliharaan yang diterapkan oleh peternakan Rencang Gesang Farm sudah berjalan baik dan teratur. 2. Besarnya total penerimaan yang diperoleh peternakan Rencang Gesang Farm mengalami peningkatan dengan nilai pada tahun 2013 sebesar Rp 6.037.015.236 sedangkan pada tahun 2014 sebesar Rp 6.779.928.817dan pada tahun 2015 sebesar Rp 7.342.557.691 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 51

3. Besarnya pendapatan bersih yang diperoleh peternakan Rencang Gesang Farm pada tahun 2013 Rp 941.738.434, tahun 2014 Rp 1.002.971.229 dan tahun 2015 Rp 1.070.463.831, sedangkan pendapatan bersih perbulan pada tahun 2013 mencapai Rp 78.478.203, pada tahun 2014 Rp 83.580.936 dan pada tahun 2015 Rp 89.205.320. 4. Nilai Break Even Point (BEP) unit pada peternakan Rencang Gesang farm pada tahun 2013 191.386,81 kg tahun 2014 265.688,91 dan tahun 2015 259.751,99 sedangkan, nilai Break Even Point (BEP) harga pada peternakan Rencang Gesang Farm tahun 2013 Rp 2.299.611.164,- tahun 2014 Rp 3.207.697.510,- dan tahun 2015 Rp 3.452.146.815,-. Nilai tersebut berada pada nilai diatas BEP yang ditentukan. 5. R/C ratio pada peternakan Rencang Gesang farm pada tahun 2013 1,27 tahun 2014 1,15 dan tahun 2015 1,14. nilai tersebut menyimpulkan bahwa peternakan rencang Gesahg farm mampu menghasilkan keuntungan dan perusahaan layak untuk dikembangkan. DAFTAR PUSTAKA Ariyoto, K. 1995. Feasibility Study. Cetakan ke-7. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta. Kadarsan, H. 1992. Keuangan Pembiayaan Agribisnis. Penerbit Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Liberty, Yogyakarta. Prayitno, D.S., dan W.E. Yuwono. 1999. Manajmen Kandang Ayam Ras Petelur. Trubus Agriwidya, Ungaran. Rasyaf, M. 2009. Panduan Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta. Soeharjo Patong., 2003. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekartawi. 1993. Agribisnis. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta. Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Supranto, J. 2005. Matematika Ekonomi dan Bisnis. Ghalia Indonesia, Bogor. Syamsudin, L. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wasis. 1992. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Penerbit Alumni Bandung, Bandung. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 52