BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, perasaannya mudah terangsang dan sebagainya. Remaja juga senantiasa memiliki karakter rasa ingin tahu yang besar dan kemandirian, karakter ini mendorong remaja menjadi lebih dewasa. Akan tetapi jika karakter ini tidak dijaga dan difasilitasi akan membawanya pada pengetahuan yang sebenarnya secara emosional belum diterimanya. (Sarwono, 2006). Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10 14 tahun), masa remaja pertengahan (14-17 tahun), dan masa remaja ahir (17 19 tahun). Remaja sering kali diharapkan dapat berperilaku seperti orang dewasa, meskipun belum siap dalam psikologi. Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja ingin mulai bebas mengikuti teman sebaya yang erat kaitanya dengan pencarian identitas. Sedangkan dipihak lain mereka masih tergantung dengan orangtua.(sarwono,2011). Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, kehidupan yang penuh gejolak ini sering sekali membuat kaum muda terjerumus pada perilaku seks bebas. Cinta dan seks merupakan salah satu masalah terbesar dari remaja. Kehamilan remaja, keguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat merupakan akibat buruk dari petualangan cinta dan seks yang salah di saat remaja. (Boyke, 2005). Masa remaja adalah periode

transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. (Larson dkk, 2002). Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim antara lakilaki dan perempuan (Poltekkes Depkes, 2010). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2005). Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17-18 tahun (Fuad dkk, 2003). Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari pasangan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2012). Meningkatnya rasa keingintahuan dan rasa penasaran yang besar pada remaja membuat minat remaja itu sendiri terhadap masalah seksual meningkat sehingga remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari informasi yang diperoleh hanya sedikit informasi yang disampaikan oleh orang tua selebihnya

mereka peroleh sendiri dari film-film porno, buku tentang seks dan internet.(dianawati, 2003). Media massa merupakan salah satu faktor di dalam pembentukan sikap seseorang (Azwar, 2007). Menurut Mc. Luhan (dalam Rakhmat, 2007) media masa adalah perpanjangan alat indera kita (senseextention theory). Dengan media masa seseorang bisa memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang sama sekali belum pernah dilihat ataupun dikunjungi secara langsung. Radio, internet, televisi atau film di berbagai Negara telah digunakan sebagai media pendidikan, meskipun efek yang ditimbulkan oleh tayangan-tayangan media masa bisa berbedabeda. Seperti halnya pemberitaan tentang beredarnya video asusila yang diperankan oleh beberapa orang mirip artis terkenal, yaitu kasus asusila yang menimpa artis terkenal Ariel Peterpan, Luna Maya & Cut Tari. Bagi beberapa orang pemberitaan tentang kasus tersebut bisa menjadi sebuah pelajaran baik untuk tidak melakukan perbuatan asusila, akan tetapi bagi beberapa orang lain hal tersebut justru membawa sebuah pengaruh buruk. Penelitian yang dilakukan di Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan Australia dalam dua dekade belakangan, tampak semakin banyak gadis remaja aktif secara seksual dan berhubungan kelamin pada usia lebih dini. Penelitian terbaru menunjukan, sekitar 17% gadis remaja berhubungan kelamin sebelum usia 16 tahun dan ketika mencapai usia 19 tahun, tiga perempat gadis remaja pernah sekurangkurangnya satu kali berhubungan kelamin. Meskipun semakin banyak gadis remaja pernah berhubungan kelamin, sebenarnya mereka tidak sebebas yang diduga oleh

generasi lebih tua.umumnya mereka hanya sesekali berhubungan kelamin, dan biasanya hanya dengan satu pasangan. (Derek, 1997). Berdasarkan hasil penelitian di beberapa daerah pada tahun 2005 yang dilakukan oleh PKBI ( Paguyuban Keluarga Berencana Indonesia ) pusat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, dari keseluruhan remaja di Indonesia sebanyak sekitar 62.000.000 (enam puluh dua juta) orang, terdapat sekitar 15% dari remaja tersebut telah melakukan aktivitas seksual yang melampaui batas bahkan melakukan berhubungan seks tanpa menikah terlebih dulu. Aktifitas seksual yang diungkap dalam penelitian tersebut dimulai dari berciuman bibir, meraba-raba dada, hingga "petting" (menempelkan alat kelamin), bahkan sampai melakukan hubungan seks seperti layaknya suami istri. Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan sebanyak 5.912 wanita di umur 15-19 tahun secara nasional 2,9 persen pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan pria di usia yang sama berjumlah 6.578, atau 3,7 persen pernah melakukan hubungan seks. Hasil riset dan survey yang dilakukan oleh LPM Manunggal UNDIP Semarang pada Februari 2003, hasilnya aktivitas yang dilakukan saat pacaran : ngobrol 6,98%, pegangan tangan 11,63%, kissing 44,8%, necking9,77%, petting 8,84%, intercourse 15,58. Dan dari PILAR PKBI Jawa Tengah tahun 2004 dalam aktivitas pacaran : 100% ngobrol, 93,3% pegang tangan, 84,6% cium pipi/kening, 60,9% cium bibir, 36,1% cium leher,25% meraba/petting, 7,6% intercourse (Asti, 2005).

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tercatat 4,2% dari remaja telah melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah dan data menunjukkan bahwa para remaja melakukan seks untuk pertama kali dalam usia relatif muda. Sebagian besar atau 70,2% dilakukan oleh remaja berusia antara 15-19 tahun dan 24,4%, remaja usia 20-24 tahun. Meskipun demikian, 5,4% remaja yang berusia 10-14 tahun juga ada dalam kelompok dimaksud. Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2010), diketahui sebanyak 51% remaja di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) telah melakukan hubungan seks pranikah. Dari kota-kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan seks pranikah tercatat 54% di Surabaya, 47% di Bandung dan 52% di Medan. Menurut Dea (2010) berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah Terhadap (SMP/SMA) tentang pengetahuan, sikap dan praktek terhadap kesehatan reproduksi didapatkan bahwa sebanyak 42,5% remaja perempuan pernah menonton gambar/film porno. Media yang sering dipakai adalah internet (55%), handphone (53%), VCD (46%), dan majalah/koran (46%). Setelah menonton film/ganmbar porno sebanyak 77% siswa laki-laki mengalami dorongan seksual dan 39% siswa perempuan mengalami hal yang sama. (BKKBN, 2008). Penelitian yang dilakukan Synovate (2004) tentang perilaku seksual remaja yang berusia 14 tahun sampai 24 tahun terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya yang menunjukkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma

agama. Tetapi kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan perilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan. Sedangkan informasi tentang seks mereka dapatkan dari teman (65%), film porno (35%), sekolah (19%) dan ironisnya hanya 5 % dari responden remaja mendapatkaninformasi tentang seks dari orang tuanya (Kartika, 2004 http: //situs.kesrepro.info/krr/jan/2008/krr01.html). Berdasarkan data dari SMA Negeri 1 Tanjung Bunga Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur jumlah siswa yang drop out dari tahun 2008 sebanyak 7 siswa dari 232 siswa diantaranya 4 orang keluar karena hamil, tahun 2009 sebanyak 9 siswa dari 266 siswa diantaranya 6 orang keluar karena hamil, tahun 2010 sebanyak 8 siswa dari 277 siswa diantaranya 5 orang keluar karena hamil. (Profil SMA Negeri 1 Tanjung Bunga Tahun 2011). Kurangnya pengetahuan tentang seks adalah salah satu penyebab yang mendasari terjadinya perilaku yang salah terhadap seks. Hasil penelitian menunjukan 52,67% responden memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi tidak memadai, karena sumber pengetahuan mereka hanya dari teman dan media. Sedangkan sebanyak 72,77% memiliki pengetahuan memadai mengenai cara penularan IMS terutama HIV/AIDS. (Budi Rajab, 2007). Penyimpangan perilaku seksual remaja juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Pantina di bandung (2002) dari 3426 responden yang diteliti ternyata remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah sebanyak 119 remaja (3,4%) dan sebanyak 3343 remaja (96,6%) yang mengatakan belum pernah melakukan hubungan. Sedangkan dari usia responden ternyata responden yang

berusia 15-19 tahun lebih banyak yaitu sebanyak 2142 (61,9%) daripada responden yang berusia 20-24 tahun yaitu 1320 ((38,1). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok remaja awal lebih banyak yang melakukan perilaku seksual pranikah. SMK Pencawan Medan adalah salah satu sekolah swasta yang berada di kota medan. Disekolah ini terdapat beberapa kejuruan yaitu Administrasi Perkantoran, Akomodasi Perhotelan, Tata boga, Pariwisata dan Akuntansi. Di sekolah ini juga banyak kegiatan ekstrakurikuler yang di bentuk, diantaranya Paskibraka, Pecinta alam, Olahraga dan Kesenian. Selain itu siswa SMK Pencawan juga sering melakukan kegiatan praktek lapangan diluar jam sekolah seperti praktek jurusan Tata boga ditempatkan di beberapa restaurant di kota Medan dan ada juga yang ditempatkan di sekitar wilayah SMK Pencawan. Selain jurusan Tata boga, jurusan Perhotelan juga melakukan praktek belajar lapangan di beberapa hotel di kota Medan dan juga hotel yang berada di sekitar wilayah sekolah SMK Pencawan tersebut. Di lihat dari sisi geografisnya letak sekolah SMK Pencawan Medan sangat berdekatan dengan daerah lokasi para PSK yang berada di Jalan Medan Selayang. Di daerah ini juga banyak terdapat hotel, oukup dan tempat-tempat wisata seperti pemandian alam yang sering di kunjungi para siswa yang ada di sekolah, sehingga situasi ini secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi remaja dalam melakukan hubungan seksual. Dari hasil observasi dan wawancara yang di lakukan peneliti pada bulan juni 2014 terhadap salah satu siswa di SMK Pencawan Medan, didapat informasi bahwa di sekolah tersebut pernah terjadi kasus hamil diluar nikah akan tetapi pihak sekolah cenderung menutup-nutupinya dengan cara mengeluarkan siswa tersebut dari sekolah,

yang mana hal ini merupakan kebijakan sekolah. Narasumber juga mengatakan bahwa di sekolah tersebut hampir setiap tahun ada kasus hamil diluar nikah. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual remaja di SMK Pencawan Medan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang seksual remaja di SMK Pencawan Medan Tahun 2014. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang seksual remaja di SMK Pencawan Medan Tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang seksual remaja di SMK PencawanMedan Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa tentang seksual remaja di SMK PencawanMedan Tahun 2014. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan suatu pengalaman yang berharga dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian. 2. Bagi remaja di wilayah penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi remaja agar dapat mengantisipasi perilaku seksual yang tidak baik. 3. Bagi Institusi Sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian, khususnya mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang perilaku seksual. 4. Bagi sekolah Sebagai masukan bagi pelakasana pelayanan kesehatan sekolah agar dapat memberikan dan mengenalkan pendidikan seks remaja kepada anak didik.