STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Metode Pembelajaran Matematika. Dosen Pembimbing: Dra. MM Endang Susetyawati, M.Pd

dokumen-dokumen yang mirip
Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Penemuan Dalam Matematika

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemahaman siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era-globalisasi saat ini kita dituntut untuk siap dalam bersaing dalam segala hal khusunya dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB II KAJIAN TEORETIS

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 7915/D/Kp/2014 memutuskan tentang petunjuk teknis pemberlakuan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. serta memperdayakan siswa untuk mampu memecahkan masalah- masalah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. dari manfaat dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, juga bagi

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR ANALITIS SISWA SMK

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

p-issn : e-issn :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, dalam Permendiknas tahun

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BABI PENDAHULUAN. Matematika mempwtyai peranan penting dalam mengembangkan IPTEK,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syarifah Ambami, 2013

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 menguasai bidang ilmu lainnya. Abdurahman (2009:253) mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan: (1) s

Transkripsi:

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA Metode Pembelajaran Matematika Dosen Pembimbing: Dra. MM Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh : Nikmahtun Tri Harsiwi 14144100141 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2014/2015 i

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis diizinkan untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Metode Pembelajaran Matematika. Makalah ini dibuat dengan berbagai pengumpulan data dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Dengan terselesainya makalah Strategi Pembelajaran Matematika ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dra. M.M Endang Susetyawati, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika yang senantiasa membimbing dan memberi arahan. 2. Orang tua saya yang senantiasa memberi dukungan moral maupun materi. 3. Teman-teman yang telah memberi masukan dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Yogyakarta, Oktober 2015 Penulis ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Tinjauan Makalah... 1 B. Rumusan Masalah... 1 C. Metode Penulisan... 1 BAB II PEMBAHASAN... 2 A. Pengertian Metode... 2 B. Kedudukan Metode dalam Pembelajaran... 2 C. Macam-macam Metode Pembelajaran... 3 BAB III KESIMPULAN... 15 GLOSARIUM... 16 DAFTAR PUSTAKA... 17 iii

BAB I PENDAHULUAN A. Tinjauan Makalah Selama ini mata pelajaran matematika dianggap sebagai hal yang kurang disukai pembelajar(siswa). Banyak alasan yang melatar belakangi hal tersebut. Ada yang berpendapat dari segi materi yang memang sukar dan dari segi sumber belajar(guru) yang kurang maksimal dalam proses belajar mengajar. Sehingga tujuan pembelajaran matematika belum tercapai secara maksimal. Pencapaian tujuan pembelajaran tentunya tidak terlepas dari peran sumber belajar. Interaksi yang dibangun sumber belajar dengan pembelajaran sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Sumber belajar sebagai salah satu kunci tingkat keberhasilan pembelajar. Memperhatikan hal tersebut, seorang sumber belajar pada saat melakukan pembelajaran diharap mampu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Tentunya dalam hal tersebut sumber belajar harus bisa menyesuaikan dengan keadaan pembelajar. Untuk mencapai tujuan belajar diatas, sumber belajar harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Penggunaan metode mengajar yang tidak tepat oleh sumber belajar akan berdampak pada kurang optimalnya hasil belajar yang dicapai siswa. Tepat kiranya setiap calon guru matematika mengenal dan memavami berbagai metode mengajar yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran matematika yang dikelolanya. Oleh karena itu, penulis memilih judul makalah Metode Pembelajaran Matematika, B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari metode? 2. Bagaimana kedudukan metode dalam pembelajaran? 3. Apa sajakah metode-metode pembelajaran? C. Metode Penulisan Penulisan makalah ini menggunakan metode studi literatur dan diskusi. 1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Metode Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan. Dengan demikian metode bias berarti cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran berarti suatu prosedur, urutan langkahlangkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan kedalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. B. Kedudukan Metode dalam Pembelajaran Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam: 1. Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam rangka memberikan dorongan kepada pembelajar untuk terus mau belajar. 2

2. Pengungkap tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam menumbuhkan rangsangan untuk tumbuhnya minat belajar pembelajar yang didasarkan pada kebutuhannya. 3. Penyampaian bahan belajar, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam menyampaikan bahan dalam kegiatan pembelajaran. 4. Pencipta iklim belajar yang kondusif, yaitu cara untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi pembelajar untuk belajar. 5. Tenaga untuk melahirkan kreativitas, yaitu cara untuk menumbuhkan kreativitas pembelajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 6. Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, yaitu cara untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. 7. Pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar, cara untuk untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran C. Macam-macam Metode Pembelajaran Kegiatan pembelajaran tidak dapat lepas dari interaksi antara sumber belajar dengan pembelajar, sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1. Metode Ceramah Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kepala sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi yang terjadi searah dari pembicaraan kepada pendengar. Metode ceramah 3

merupakan metode mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Kalau bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikan di depan kelas. Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, definisi dan rumus diberikan, penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, siswa diberitahui apa yang harus dikerjakan dan bagaimana menyimpulkan, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan oleh guru, langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa, siswa meniru cara kerja guru. Kekuatan metode ceramah: 1) Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan biayanya menjadi relatif lebih murah. 2) Konsep yang disajikan secara hirarkis akan memberikan fasilitas belajar pada siswa. 3) Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting, hingga waktu energi dapat digunakan sebaik mungkin. 4) Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa. 5) Kekurangan atau tidaknya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak menghambat pelaksanaan pelajaran dengan ceramah. Kelemahan metode ceramah: 1) Pelajaran berjalan membosankan, siswa pasif, hanya aktif membuat catatan. 2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan. 3) Pengetahuan lebih cepat terlupakan. 4) Belajar menjadi belajar menghafal (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. 4

Matematika merupakan ilmu yang memerlukan prasyarat untuk dapat dimengerti. Untuk mengajarkan matematika dengan metode ceramah perlu diperhatikan: 1) Bertujuan untuk memberikan informasi. 2) Materi yang disajikan belum ada dalam sumber-sumber lain. 3) Materi sajian telah disesuaikan dengan kemampuan kelompok uang akan menerimanya. 4) Materinya menarik atau dibuat menarik. 5) Setelah ceramah selesai diberikan pengendapan agar lebih lama dapat diingat. Metode ceramah tidak dilakukan, jika: 1) Tujuannya agar siswa kreatif, terampil atau menyangkut aspek kognitif yang lebih tinggi. 2) Diperlukan ingatan yang tahan lama. 3) Diperlukan partisipasi aktif dari siswa untuk mencapai tujuan. 4) Kemampuan kelas rendah. 2. Metode Ekspositori Metode ini sama dengan metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi. Disini guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, pada waktu yang diperlukan saja. Pada metode ini siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. Metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien, tetapi metode ekspositori bukan satu-satunya metode mengajar yang baik. Tiap metode kalau digunakan dengan tepat akan menjadi metode yang baik. 3. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan ekspositori. Tetapi pada metode demonstrasi aktivitas siswa lebih banyak lagi, dengan demikian dominasi guru lebih banyak berkurang. Ciri khas metode ini terlihat dari adanya penonjolan mengenai suatu 5

kemampuan (guru maupun siswa), misalnya kemampuan guru membuktikan dalil, menurunkan rumus, atau memecahkan soal cerita. Sedangkan yang berhubungan dengan alat, misalnya pemakaian sepasang segitiga untuk menggambarkan dua garis sejajar atau saling tegak lurus, penggunaan daftar atau kalkulator untuk perhitungan merupakan kemampuan siswa. Setelah kegiatan demonstrasi (yang dilakukan guru atau siswa) selesai, dilanjutkan dengan diskusi yang dapat berupa kritik, komentar, saran, atau penjelasan yang berhubungan dengan demonstrasi yang dilakukan. Diskusi ini penting terutama jika demonstrasi dilakukan oleh siswa. 4. Metode Drill dan Latihan Metode drill dan latihan dimaksudkan agar siswa cepat dan cermat menyelesaikan soal. Metode ini berhubungan dengan kemampuan untuk cepat ingat dan kegiatan-kegiatan yang bersifat lisan yang memerlukan hafalan. Kemampuan mengenai fakta-fakta dasar berhitung, rumus, definisi, sifat, serta aplikasi-aplikasinya dan hal-hal yang tidak memerlukan prosedur pengerjaan bergantung pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan mengingat kembali dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan merupakan hal yang perlu hafal. Kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal dengan cepat dan cermat tidak dapat diperoleh dengan metode drill. Kecauli hafal fakta-fakta dasar berhitung, diperlukan pula hafal dan terampil menggunakan algoritma berhitung, dan jika dilakukan tanpa kesalahan akan menghasilkan jawaban yang benar untuk sebuah soal. Dalam matematika terdapat banyak prosedur pengerjaan yang pasti dan tetap seperti algoritma berhitung.misalnya dalam aljabar untuk menentukan hasil kali dan hasil pemangkatan. Dalam geometri misalnya, 6

melukis garis-garis istimewa dalam segitiga ditentukan oleh tiga buah unsur. Hafal algoritma dan prosedur matematika serta cepat dengan cermat menggunakannya merupakan tujuan dari metode latihan dalam pengajaran matematika, sedangkan tujuan daari metode drill adlaah agar siswa hafal dan cepat dalam fakta-fakta matematika. Metode latihan diperlukan agar siswa terampil menyelesaikan soal-soal yang pengertian dan prosedur penyelesaiannya sudah dipahami. Metode latihan secara tertulis dapat diberikan di kelas atau sebagai tugas pekerjaan rumah, dan diberikan secara teratur. Soal-soal latihan untuk di rumah hendaknya mudah, sehingga tidak menimbulkan keengganan siswa untuk mengerjakannya. 5. Tanya Jawab Suatu pengajaran disajikan melalui tanya jawab jika bahan pelajaran disajikan melalui tanya jawab. Dengan menggunakan metode ini siswa menjadi aktif dari pada belajr-mengajar dengan menggunakan ekspositori. Sebab, pertanyaan-pertanyaan diberikan, sebagai pengarahan diperlukan pula cara informatif. Bahan yang diajarkan masih terbatas pada hal-hal yang dintanyakan oleh guru. Inisiatif dimulai dari guru. Sesudah pengarahan, dimulailaj dengan pengajuan pertanyaan. Pertanyaan jangan terlalu sulit, karena akan membut kelas diam. Agar siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode tanya jawab, hendaknya guru berlaku sebagai berikut: 1) Menghargai jawaban, pertanyaan, keluhan, atau tindakan siswa bagaimanapun jelek mutunya. 2) Menerima jawaban siswa, kemudian memeriksa dengan pertanyaan. 3) Merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. 4) Mengajukan pertanyaan kepada sasaran yang sesuai dengan keperluan. 7

5) Bertindak atau bersikap seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan yang disengaja. 6) Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya. 7) Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya. Bandingkan benarkah ini?, Apakah jawaban ini benar?, Mengapa jawabnanya demikian?, Bagaimana cara kau peroleh jawabn itu?. Pertanyaan yang jawabnnya hanya ya atau tidak, benar atau salah digolongkan dalam pertanyaan yang kurang bermutu. 8) Pertanyaan dengan kata-kata Mengapa, Bagaimana, darimana, Bilamana akan menghasilkan jawaban-jawab yang lebih bermutu. Siswa harus memberi alasan, penjelasan, keterangan dan pendapatnya. Dengan demikian siswa tidak dapat asal menjawab atau hanya menyebutkan fakta saja sebagai hasil ingatan (hafalan, recall). Metode ini dapat digunakan untuk menghubungkan topik-topik pembelajaran yang lampau dengan yang baru. Langkah ini dapat digunakan untuk meyakinkan apakah siswa sudah siap menerima materi baru atau belum. Pertanyaan yang dapat juga digunkan untuk memperkecil kelalaian siswa dan mengembalikan perhatian siswa pada proses belajar dan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pertanyaan yang diajukan pada akhir pelajaran dapat memebantu menentukan sejauh mana siswa telah mengerti pengetahuan yang diberikan. 6. Metode Penemuan Kata penemuan sebgai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan siswa dalam belajarnya. Siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru, bukan berarti baru bagi dirinya saja karena hal itu sudah dikenal oleh orang lain. Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini tidak merupakan cara belajar yang baru. Cara belajar melalui penemuan 8

sudah digunakan puluhan abad yang lalu dan Socrates dianggap orang sebagai pemula yang menggunakannya. Pembelajaran dengan metode penemuan mengharapkan agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Utnuk mengajarkan sifat komutatif perkalian dengan penemuan, dapat dilakukan dengan memberikan sejumlah soal perkalian, misalnya sebagai berikut: 3 4... 5 4... 6 2... 7 1... 4 5... 2 6... 4 3... 1 7... Kemudian siswa diminta untuk mencari hasil-hasil yang sama, atau membuat kesimpulan dari hasil pengerjaannya. Hal baru bagi siswa yang diharapkan dapat ditemukannya itu dapat berupa konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dugaan, perkiraan, coba-coba, atau usaha lain dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya melalui cara induksi, deduksi, observasi, ekstrapolasi. Pembelajaran dengan metode ini tidak dapat direncanakan, karena sangat tergantung kemampuan siswa, dan bahan yang akan disajikan. Pembelajaran dengan metode ini harus memperhatikan: 1) Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh 2) Hasil (bentuk) akhir ditemukan sendiri oleh siswa 3) Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa. 4) Guru haya bertindak sebgaia pengarah dan pembimbing saja, bukan pemberitahu. Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan dengan dialog tanya jawab atau dengan menggunakan lembaran kerja. Pembahasan materi dapat dengan pendekatan induktif, deduktif atau keduanya. Metode ini mempunyai kelebihan antara lain : 1) Siswa aktif, karena siswa berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. 9

2) Siswa menjadi paham benar, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih diingat. 3) Menemukan sendiri menmbulkan kepuasan. Kepuasan intrinsic ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat. 4) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks. 5) Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. 6) Menurut J. Bruner metode ini mampu mengembangan kemampuan siswa dalam mengorganisasikan segala sumber untuk menyelesaikan problem, menjadi lebih peka terhadap problem solving yang dihadapinya dan motivasinya meningkat karena terlibat dalam proses penemuan. 7) Davis mengatakan metode ini akan menjadikan siswa memiliki persamaan terhadap sejarah matematika, mengerti bahwa matematika itu ditemukan, siswa dapat menilai kemampuannya untuk menemukan dan mengabtraksi. Sedangkan kelemahan metode ini adalah: 1) Banyak menyita waktu juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat menemukan. Tidak setiap guru mempunyai kemampuan menggunakannya. 2) Tidak semua anak mampu melakukannya. Jika bimbingan guru kurang tepat akan merusak struktur pengetahauannya, karena tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa. Juga jika terlalu banyak bimbingan akan mematikan insisatifnya. 3) Tidak dapat digunakan untuk setiap topik. 4) Guru akan repot dengan kelas besar dalam pelaksanaan metode ini. 7. Metode Pemecahan Masalah 10

Pemecahan masalah merupakan tipe belajar aktif yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibanding tipe belajar yang lain. Pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai dasar aktivitas matematika. Matematika kelihatannya tidak dapat dipahami jika tanpa masalah (Cooney, 1975: P.244). Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mana siswa sendiri dapat menyelesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin (Russeffendi, 1977: P.216). Suatu persoalan menjadi masalah atau memberikan tantangan yang sapat dipecahkan dengan prosedur rutin yang diketahui siswa (Cooney, 1975 : P.242). Menurut Russeffendi suatu persoalan menjadi masalah, jika : 1) Siswa tidak mengenal persoalan itu, 2) Siswa menganggap persoalan itu jadi masalah karena siswa belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya. 3) Siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya. Terlepas ia sampai atau tidak pada jawabannya. 4) Siswa punya niat untuk menyelesaikan. Karena suatu persoalan belum tentu menjadi masalah bagi seorang siswa maka guru harus menyeleksi dan membuat soal yang merupakan pemecahan masalah. Pentingnya pemecahan masalah dalam pembelajaran disebabkan oleh: 1) Pemecahan masalah membuat siswa berpikir lebih analitis dalam membuat keputusan. 2) Pemecahan masalah dapat menimbulkan jawaban yang asli, khas, beranekaragam dan dapat menambah pengetahuan baru. 3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aplikasi atau penerapan dari ilmu yang diperolehnya. 4) Pemecahan masalah dapat merangsang siswa menggunakan segala kemampuannya. 11

5) Pemecahan masalah dapat menimbulkan sikap ingin tahu dan motivasi kreatif. 8. Metode Inkuiri Metode inkuiri adalah proses menyelidiki dan memeriksa suatu situasi dengan maksud mencari informasi dan kebenaran. Metode ini adalah keadaan khusus dari pemecahan masalah dan merupakan cara belajar aktif dan mencakup proses ketrampilan. Karena proses inkuiri adalah suatu teknik khusus untuk mengembangkan pengetahuan melalui penelitian. Metode inkuiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri yang dapat dilaksanakan secara individu atau dalam kelompok. Situai inkuiri idela dalam kelas matematika terjadi jika siswa-siswa merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam kelompok kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar siswa belajar metode ilmiah dan dapat menerapkan kedalam suasana lain. Dalam metode ini guru selain berperan sebagai pengarah dan pembimbing, juga sebagai sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis dan mengetesnya. Jadi, peran utama guru dalam hal ini adalah sebagai moderator. Metode ini terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) Merangsang siswa dengan pertanyaan, pernyataan, permaianan, teka-teki dan sebagainya. 2) Sebagai respon atas rangsangan yang diterima, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan masalah. 3) Menghayati pengetahuan yang diperoleh dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.\menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diaplikasikannya ke situasi lain. 12

Metode inkuiri merupakan metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan, perbedaannya adalah: Metode Penemuan Metode Inkuiri Dengan ekspositori dalam Dengan ekspositori dalam kelompok kecil di kelompok dan individual. laboratorium, bengkel atau kelas. Hasil akhir merupakan sesuatu Hasil akhir baru dari siswa dan yang baru bagi dirinya, tetapi juga belum diketahui guru. sudah diketahui guru. Guru sebagai pengarah dan Guru sebagai pengarah, pembimbing. pembimbing dan sumber informasi data. Siswa diharapkan dapat Siswa membuat hipotesis dan menemukan sesuatu, hasilnya mengujinya. nomor dua. 9. Metode Pemberian Tugas Metode ini disebut dengan metode tugas. Tugas yang paling sering diberikan dalam pembelajaran matematika adalah pekerjaan rumah sebagai latihan soal-soal. Metode ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya tanggungjawab dari siswa. Misalnya, mencari bukti lain dari sebuah teorema, membaca sejarah perkembangan geometri, mempelajari dulu topik yang akan dibahas. Tetapi dapat timbul atas inisiatif siswa setelah disetujui guru. Hasilnya dapat lisan atau tulisan. Cara menilai hasil tugas tertulis kadang-kadang menimbulkan kesukaran. Bagaimana memberi nilai kepada seorang siswa jika ia bekerja dalam kelompok? Apakah ia benar-benar aktif berperan dalam menghasilkan laporan kelompok? Jika laporan individu apakah tulisan itu benar-benar hasil pemikirannya sendiri atau bukan? Agar penilaian lebih obyektif dan menimbulkan rasa tanggung jawab, perlu dicek 13

dengan mengajukan pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang dikumpulkan. Maksud pemberian soal-soal pekerjaan rumah adalah agar siswa terampil menyelesaikan soal, lebih memahami dan mendalami pelajaran yang diberikan di sekolah. Selain itu agar siswa biasa belajar sendiri, menumbuhkan rasa tanggungjawab dan sikap positif terhadap matematika. Karena itu janganlah memberi tugas yang rerlalu sukar, terlalu banyak sehingga murid tidak mempunyai waktu untuk melakukan tugas lain dari sekolah atau kegiatan lain di luar sekolah. Komposisi soal hendaknya terdiri atas yang mudah, sedang dan sukar. Memberikan tugas yang berlebihan tidak akan menimbulkan sikapsikap yang positif, malah mungkin menjadi sebaliknya. Tugas yang diberikan dapat berupa tugas membuat atau merancang model-model, alat-alat atau permaianan yang berhubungan dengan pelajaran matematika. Misalnya, mmbaca buku mengenai alat peraga atau permaianan matematika, merancang model dan alat, memberikan kesempatan untuk mendemonstrasikan kepada temanteman, menyimpan hasil karya dilabmat. Hal tersebut akan menimbulkan kepuasan intrinsik dan selanjutnya sikap positif terhadap pelajaran matematika. 14

BAB III KESIMPULAN Metode pembelajaran berarti suatu prosedur, urutan langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam: pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar, penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang konusif, tenaga untuk melahirkan kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, serta pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah, ekspositori, demonstrasi, drill, Tanya jawab, penemuan, pemecahan masalah, inkuiri dan metode pemberian tugas. Dari metode-motode pembelajaran tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan. Untuk itu diharapkan sumber belajar(guru) maupun calom guru harus mampu mengimplementasikan berbagai metode mengajar dalam pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran matematika demi tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal. 15

GLOSARIUM Silabus Algoritma Moderator Geometri : rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/ tema tertentu. : susunan yang logis dan sistematis untuk memecahkan suatu masalah. : seseorang yang bertugas untuk mengatur siapa yang akan berbicara. : ilmu ukur 16

DAFTAR PUSTAKA Susetyawati, endang.2011.modul Belajar dan Pembelajaran Matematika.UPY Suwangsih, erna.bahan Belajar Mandiri Model Pembelajaran Matematika 17