BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perbankan merupakan sebagai lembaga yang penting dalam perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana-dana yang dimiliki oleh unit ekonomi surplus kepada unit-unit ekonomi yang membutuhkan bantuan dana atau defisit. Fungsi ini merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana sebagai investasi dan model kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi (Kartika dan Saarce, 2013). Di Indonesia perkembangan bank berbasis prinsip syariah kini tengah mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Islam di Indonesia sebagai gerakan kemasyarakatan telah mulai menunjukkan keberhasilan yang nyata. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah menjadi lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam. Semakin banyaknya jumlah bank syariah yang beroperasi di Indonesia, baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang diberikan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan 1
yang paling penting adalah bagaimana kualitas kinerja bank syariah yang ada (Meilani, 2015). Dengan demikian, perbankan syariah harus menunjukan kinerja keuangannya dengan baik agar dapat meningkatkan kepercayaan bagi masyarakat. Dalam menunjukkan kinerja keuangan, perbankan diwajibkan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perbankan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Pratiwi, 2016). Untuk mengukur kinerja keuangan perbankan menggunakan berbagai rasio diantaranya yaitu rasio solvabilitas, profitabiltas, dan likuiditas. Salah satu yang sering digunakan dalam perbankan yaitu rasio profitabilitas yang dihitung dengan ROA (Return On Assets), karena ROA dapat melihat laba suatu perusahaan dikatakan meningkat atau menurun. Hal tersebutlah yang mempengaruhi pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan suatu perbankan (Ningrum, 2012). Adapun beberapa informasi yang perlu disampaikan kepada pengguna laporan keuangan mengenai adanya nilai lebih yang dimiliki perbankan. Nilai lebih tersebut berupa adanya inovasi, penemuan, pengetahuan perkembangan karyawan, dan hubungan baik dengan para konsumen yang sering diistilahkan sebagai modal pengetahuan (knowledge capital) atau modal intelektual (intellectual capital). Modal intelektual (intellectual capital) merupakan 2
investasi perusahaan dalam bentuk pelatihan karyawan, penelitian dan pengembangan (R&D), hubungan pelanggan, sistem administratif dan komputer (Pratiwi, 2017). Di indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun kurang lebih IC telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No. 19 (revisi 2000), aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administrasi. Modal intelektual telah mendapat perhatian lebih oleh para akademisi, perusahaan, maupun investor. Meningkatnya perhatian terhadap Intelectual Capital dalam memberikan nilai lebih dan keunggulan bagi perusahaan, namun pengukuran yang tepat belum dapat ditetapkan. Menurut Pulic (1998; 1999; 2000) dalam Aritonang dkk (2016) tidak mengukur secara langsung IC perusahaan, namun mengajukan suatu pengukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah (Value Added) sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient VAIC ). VAIC (Value Added Intellectual Capital) banyak digunakan baik dalam praktek dunia bisnis maupun akademik. Indikator utama VAIC yaitu efisiensi intellectual capital (penjumlahan dari efisiensi human capital-hce, efisiensi structural capital- SCE, dan efisiensi capital employed- CEE). Penjumlahan tersebut merupakan 3
indikator agregat yang menunjukan efisiensi perusahaan secara keseluruhan dalam penciptaan nilai. Semakin besar koefisien tersebut, maka kemampuan intellectual capital dalam menciptakan nilai bagi stakeholders semakin besar (Pratiwi, 2017). Menurut Ulum (2013) model pengukuran kinerja intellectual capital untuk perbankan syariah (yang diberi nama ib_vaic, dibaca Islamic Banking Value Added Intellectual Capital) penting untuk dihasilkan sebagai modifikasi dari model yang telah ada, yaitu Value Added Intellectual Coefficient VAIC. VAIC didesain untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan perusahaan dengan jenis yang umum. Sementara perbankan syariah memiliki jenis transaksinya sendiri yang relatif berbeda dari perbankan umum / konvensional. Model pengukuran kinerja intellectual capital untuk perbankan syariah (ib_vaic) memiliki peran dalam menggerakan nilai perusahaan dan digunakan dalam memprediksi kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2007) menunjukan bahwa IC memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan, dan juga hasil penelitian yang dilakukan Nizar dan Khoirul (2015) yang mendukung penelitian Ulum yang menunjukan intellectual capital berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan bank syariah dikarenakan intellectual capital mampu menciptakan keunggulan kompetitif bagi bank syariah sehingga bank syariah mampu bersaing dan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan bisnisnya, dengan demikian 4
kinerja keuangan dapat meningkat dan terjaga dengan baik. Pada penelitian ini, IC menunjukan jumlah aset tak berwujud (intellectual capital) yang mampu ditransformasikan menjadi nilai tambah bagi perusahaan dalam kurun waktu satu periode. Selain itu, agar pelaporan kinerja suatu bank syariah dikatakan baik juga diperlukan pengukuran dari sisi non-keuangan seperti penerapan good corporate governance, pelaksanaan corporate social responsibility, dan socially responsible investment yang memadai. Good Corporate governance (GCG) diperlukan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan yang menjadikan perusahaan berumur panjang dan dapat dipercaya. Pengelolaan perusahaan berdasarkan prinsip good corporate governance merupakan upaya untuk menjadikan tata kelola perusahaan sebagai pedoman bagi pengelolaan perusahaan dalam mengelola manajemen perusahaan (Syam dan Taufik, 2012). Menurut Chapra dan Habib (2008) tanpa adanya penerapan corporate governance yang efektif, bank syariah akan sulit untuk bisa memperkuat posisi, memperluas jaringan, dan menunjukkan kinerjanya dengan lebih efektif. Kebutuhan bank syariah akan corporate governance menjadi lebih serius lagi seiring dengan makin kompleksnya masalah yang dihadapi, dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan bank dalam menghadapi tantangan dalam jangka panjang. Dengan demikian, adalah suatu keharusan bagi lembaga keuangan syariah untuk memakai semua ukuran yang dapat membantu meningkatkan perannya. 5
Penerapan dan pengelolaan Good Corporate Governance yang baik merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan semua informasi kinerja keuangan perusahaan secara akurat, tepat waktu dan transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang Good Corporate Governance (GCG) bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi sebagai upaya peningkatan kinerja dan nilai perusahaan (Setiawan dan Astri, 2015). Bank syariah di Indonesia melaksanakan tata kelola perusahaan dengan berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi BUS (Bank Umum Syariah) yaitu penerapan 5 prinsip dasar keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Pertanggungjawaban (Responsibility), Profesional (Professional) dan kewajaran (Fairness). Selain itu dalam pelaksanaan GCG, bank syariah harus mematuhi prinsip syariah (sharia compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu bank umum syariah berupaya mendorong terciptanya budaya yang menjunjung tinggi profesionalisme, integritas, kualitas layanan dan prudential banking yang sejalan dengan prinsip prinsip GCG (Ihsan, 2016). Perbedaan GCG syariah dan konvensional terletak pada syariah compliance yaitu kepatuhan pada hukum syariah. Sedangkan prinsip-prinsip dasar pada bank syariah 6
merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan GCG konvensional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ferdyant dkk (2014) meneiliti tentang pengaruh penerapan good corporate governance dan resiko pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah menyimpulkan bahwa hasil pengujiannya menunjukan kualitas penerapan good corporate governance dan resiko pembiayaan berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas perbankan syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2012) meneliti tentang analisis pengaruh intellectual capital dan corporate governance terhadap financial performance (studi empiris pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2009 2011) menyimpulkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas ROA, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas ROA, sedangkan promosi komisaris independen tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas ROA. Uraian diatas menunjukan bahwa hasil penelitian mengenai kinerja keuangan masih beragam dan adanya kotradiksi. Karena itu peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tersebut. Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan bank umum syariah dalam menghasilkan profit, yang diproksikan dengan ROA (Return On Assets) mampu menggambarkan manajemen dalam mengelola aset perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh 7
(Pratiwi, 2017). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pratiwi, 2017), yaitu dengan variabel indeks good corporate governance yang diukur dengan indikator nilai komposit, jangka waktu penelitian yang lebih lama 7 tahun penelitian dengan periode 2010 2016, dan objek penelitian yang dilakukan pada bank umum syariah periode 2010 2016. Kelemahan pada penelitian Pratiwi (2017), yaitu tidak adanya teoriteori yang mendukung pada variabel-variabel yang diteliti, dan penggunaan sampel hanya 3 tahun belum merupakan data terbaru dari perusahaan perbankan. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul: Pengaruh Intellectual Capital dan Kualitas Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010 2017. Penelitian ini diharapkan menjadi tolak ukur dalam memprediksi kinerja keuangan pada perbankan syariah yang dapat bermanfaat bagi investor dan debitur dalam pengambilan keputusan investasi maupun peminjaman. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Intellectual Capitalyang diproksikan dengan Islamic Banking Value Added Capital Employed (ib_vaca) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah? 8
2. Apakah Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Value Added Human Capital (ib_vahu) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah? 3. Apakah Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Structural Capital Value Added (ib_stva) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah? 4. Apakah Indeks Good Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah? C. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1) Untuk menguji pengaruh positif antara Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Value Added Capital Employed (ib_vaca) terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah. 2) Untuk menguji pengaruh positif antara Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Value Added Human Capital (ib_vahu) terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah. 3) Untuk menguji pengaruh positif antara Intellectual Capital yang diproksikan dengan Islamic Banking Structural Capital Value Added (ib_stva) terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah. 4) Untuk menguji pengaruh negatif antara Indeks Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah. 9
2. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1) Manfaat teoritis a. Bagi akademisi atau peneliti, merupakan pembelajaran dalam menganalisis kinerja keuangan bank, dan menambah wawasan tentang intellectul capital sebagai intangible aset, dan indeks good corporate governance. b. Memberikan kontribusi pada literatur penelitian selanjutnya tentang intellectual capital dan indeks good corporate governance. 2) Manfaat praktis a. Bagi stakeholder, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menilai efisiensi kinerja intellectual capital pada bank umum syariah. b. Bagi calon investor, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengindikasikan bank umum syariah. Apakah mempunyai competitive anvantage yang lebih atau tidak, dan sebagai pertimbangan dalam dicission making. 10