BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

BUPATI POLEWALI MANDAR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB I PENDAHULUAN. yang belum bisa ditangani dengan tuntas, terutama dikota-kota besar. Rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

1. Pendahuluan ABSTRAK:

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

PERAN SERTA WANITA DALAM MEMPELOPORI GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN DI RW O2 KELURAHAN PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu :

PENGELOLAAN SAMPAH BOTOL MINUMAN OLEH IBU PKK DESA BANTRUNG

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

26 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Abstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Minggu ke- : 37, 38 & 39

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah bisa juga diartikan oleh manusia menurut keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan, maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Menurut Putri Lianandari, berdasarkan sifatnya sampah terdiri atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk seperti sisasisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah jenis ini dapat didaur ulang kemudian dijual (Lianandari, 2011 : 9). Berdasarkan bentuknya, sampah adalah bahan padat atau cairan yang sudah tidak digunakan lagi. Berdasarkan sumbernya, sampah terdiri dari sampah cair, sampah alam, dan sampah konsumsi. Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan dibuang ke tempat sampah. Sampah alam adalah sampah yang berada di kehidupan liar dan sudah melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia sebagai pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah (Lianandari, 2011 : 13). 1

Setiap kegiatan manusia sudah pasti menghasilkan sampah yang jumlah dan volumenya berbanding lurus dengan tingkat konsumsi barang yang digunakan sehari-hari, serta jenis sampah juga sangat tergantung dari material yang dikonsumsi. Sehingga pengelolaan sampah merupakan permasalahan yang sangat krusial di kehidupan sehari-hari. Sampah akan terkait dengan masalah-masalah lain seperti masalah kultural, sosial, pendidikan, lingkungan dan masalah lainnya. Permasalahan utama di dalam pengelolaan sampah di Indonesia adalah rendahnya akses terhadap layanan pengelolaan sampah. Dalam mewujudkan kelestarian dan kebersihan lingkungan, masyarakat sebagai pelaku utama dalam membentuk budaya masyarakat dalam bersikap dan berperilaku terhadap penanganan sampah perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada unsur penimbulan sampah kemudian dilakukan pembuangan dan pemusnahan dengan dibakar atau dibuang, atau pada pendekatan akhir, yaitu sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Pengelolaan Bank Sampah juga mengikuti kaidah-kaidah yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, bahwa prinsip dalam mengelola sampah adalah Reduce, Reuse dan Recycle (3R). Bank Sampah merupakan salah satu strategi dan solusi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat peduli dengan sampah sehingga mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Jadi, Bank Sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus ada partisipasi masyarakat sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Pandangan masyarakat yang menganggap sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, harus dibuang dan belum memberi nilai sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan perlu diubah dan diluruskan. Setiap orang harus diberikan pemahaman dan 2

penyadaran tentang pengelolaan sampah yang benar, sehingga akan terbentuk karakter pola hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya pengelolaan sampah yang perlu dikembangkan adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah secara mandiri dan produktif. Sistem ini menekankan kemandirian masyarakat dalam mengelola sampah yang dihasilkan dan tidak bergantung pada pemerintah, yaitu dengan membiasakan masyarakat untuk memilah sampah. Masyarakat bisa berperan dalam mengelola sampah dengan cara meninggalkan pola lama seperti membuang sampah di sungai dan membakar sampah yang tentunya akan menyebabkan polusi udara. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat pasal 1 ayat 14 mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan hasil pembangunan. Merujuk pada pernyataan peraturan tersebut memberikan arti bahwa partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan langsung yang bersifat aktif oleh masyarakat itu sendiri selama proses pengelolaan program dalam hal ini manajemen program pendidikan luar sekolah, dari masyarakat dan hasil yang didapatkan atau diperoleh tersebut sudah tentu untuk masyarakat dan dilakukan di dalam masyarakat. Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle Melalui Bank Sampah, Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat di daur ulang dan memiliki nilai ekonomi. Menurut Lianandari (2011 : 36) daur ulang adalah suatu proses untuk menjadikan suatu bahan yang tidak terpakai menjadi bahan baru yang bisa dipakai dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca. 3

Proses daur ulang harus menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama. Contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Untuk mendaur ulang sampah, maka dibutuhkan Bank Sampah. Salah satu permasalahan pokok di dalam suatu kota adalah sampah. Masalah sampah bukanlah permasalahan yang bisa dibiarkan begitu saja. Timbunan sampah yang terus menumpuk akan berakibat buruk bagi kesehatan lingkungan serta menimbulkan berbagai penyakit dan sampah rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbesar. Sementara, tempat penampungan sampah yang tersedia tidak akan bisa menampung sampah yang terusmenerus dihasilkan masyarakat. Banyak program pemerintah yang melibatkan masyarakat salah satunya adalah berbagai upaya dalam menjaga kebersihan melalui Dinas Kebersihannya walaupun dapat dinilai belum maksimal. Pemerintah harus berfungsi sebagai pembuat peraturan yang akan mengikat warganya. Selain membuat, pemerintah juga harus mensosialisasikan, menegakkan dan mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut. Bank Sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Di beberapa daerah di Indonesia, sistem Bank Sampah sudah bisa berjalan dan membawa kebaikan bagi masyarakat. Dengan adanya Bank Sampah, pengelolaan sampah bisa menjadi lebih positif dan bahkan menguntungkan. Masyarakat juga dapat berkreativitas dalam pengelolaan sampah secara benar dan mandiri serta ramah lingkungan, menciptakan lapangan pekerjaan dan membudayakan ekonomi kerakyatan. Bank Sampah Karesma diketuai oleh Bapak Marsudi dan berkedudukan di Dusun Kaliabu Rw 13, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Bank Sampah Karesma adalah sebuah lembaga yang berupaya memberikan kontribusi kepada masyarakat 4

untuk peduli kepada kebersihan dan kesehatan lingkungan serta produktivitas masyarakat, khususnya yang menyangkut penanganan sampah atau limbah rumah tangga. Bank Sampah Karesma telah beroperasi sejak 3 Juni 2012. Jumlah nasabah Bank Sampah Karesma sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Marsudi selaku ketua Bank Sampah Karesma sampai saat ini adalah 125 nasabah. Visi Bank Sampah Karesma adalah membangun masyarakat yang produktif dan peduli lingkungan, sementara misinya adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan melalui pengelolaan sampah, serta memacu peran serta masyarakat untuk mendayagunakan sampah melalui Program 3R yaitu, Reduce, Reuse dan Recycle. Kegiatan-kegiatan yang sudah dijalankan Bank Sampah Karesma diantaranya adalah mengumpulkan sampah, memilih dan memilah sampah, menimbang, dan mencatat sampah, mendaur ulang sampah, serta menjual sampah ke pengepul. Bank Sampah Karesma juga sudah pernah mengikuti beberapa perlombaan, diantaranya perlombaan Bank Sampah di tingkat provinsi, maupun di tingkat kabupaten. Rata-rata volume sampah adalah 800 1000 kg per bulan, dengan hasil penjualan rata-rata Rp 800.000 - Rp. 1.500.000 per bulan. Hasil penjualan ini 90% menjadi hak nasabah dan 10% menjadi hak Bank Sampah, dan digunakan untuk pembuatan berbagai kerajinan, mengadakan pelatihan-pelatihan keterampilan, dan juga untuk membeli peralatan-peralatan operasional Bank Sampah Karesma. Sejak berdirinya Bank Sampah Karesma hingga saat ini masih memiliki beberapa kendala diantaranya adalah keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya manusia untuk pengelolaan Bank Sampah Karesma, kurangnya dukungan dari sebagian warga setempat terhadap Bank Sampah Karesma, terutama warga yang statusnya sudah menengah ke atas dan keterbatasan sumber daya manusia dalam menggunakan sarana dan prasarana seperti peralatan produksi untuk mengolah sampah. Dalam hal memasarkan hasil produksi atau 5

kerajinan juga mengalami kendala. Sementara itu, tempat untuk operasional kegiatan Bank Sampah Karesma yang saat ini juga masih dilakukan di halaman rumah warga, yaitu rumah ketua RW 13 Dusun Kaliabu. Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai partisipasi masyarakat terhadap mengelola Bank Sampah yang dituangkan dalam bentuk usulan penelitian dengan mengambil judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Bank Sampah Karesma Di Dusun Kaliabu RW 13 Desa Banyuraden Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah 1. Bagaimanakah bentuk dan mekanisme partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Bank Sampah Karesma di Dusun Kaliabu Rw 13 Desa Banyuraden Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian Selain sebagai salah satu syarat untuk memperoleh persetujuan untuk melaksanakan skripsi pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, penulisan proposal ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bentuk dan mekanisme partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Bank Sampah Karesma di Dusun Kaliabu RW 13 Desa Banyuraden Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. 6

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang akan diteliti oleh peneliti dalam hal ini meliputi: 1. Manfaat Dari Segi Teori Dengan adanya penelitian ini, peneliti mampu memperkuat teori partisipasi masyarakat dalam hal memberdayakan dan membangun masyarakat. 2. Manfaat Dari Segi Kebijakan Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kebijakan bahwa partisipasi dan kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh dalam pemeliharaan lingkungan, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan indah. 3. Manfaat dari Segi Isu serta Aksi Sosial Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu menggerakkan hati masyarakat untuk peduli lingkungan serta melakukan aksi positif yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkungan, seperti penghijauan lingkungan, dan membuang sampah pada tempatnya. 7

E. Kerangka dasar Teori Pada bagian dasar teori ini dikemukakan teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan. Teori adalah serangkaian pernyataan yang saling berhubungan yang menjelaskan mengenai sekelompok kejadian. Semakin banyak kejadian yang dapat dijelaskan oleh semakin sedikit pernyataan, berarti teorinya semakin baik. Dalam ilmu sosial, teori memiliki dua fungsi. Pertama, teori berfungsi sebagai cara mudah bagi ilmuwan untuk mengorganisasikan data. Kedua, teori memungkinkan ilmuwan mengembangkan prediksi bagi situasi-situasi yang belum ada datanya. Prediksi membawa kepada hipotesis yang menjadikan tindakan penelitian lebih terarah, efisien dan sistematik. Teori digunakan untuk menyusun konsep-konsep dan fakta-fakta kedalam suatu pola yang koheren atau logis dan untuk memprediksikan hasil penelitian yang akan datang. Kedua fungsi ini sering pula disebut fungsi deskripsi dan eksplanasi, walaupun sebagian ahli lebih menyukai istilah fungsi organisasi dan prediksi (Azwar, 1998 : 40). Dengan demikian didalam penelitian ini dasar-dasar teori yang akan dikemukakan adalah, meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Teori Partisipasi Partisipasi adalah keikutsertaan baik dari individu ataupun kelompok masyarakat. Partisipasi yang ada di masyarakat masih belum diartikan secara universal. Partisipasi adalah keterlibatan individu dalam suatu interaksi sosial di masyarakat yang tumbuh dari kesadaran diri sendiri tanpa adanya tekanan atau paksaan serta penuh dengan rasa tanggung jawab. Chavis dan Wandersman (dalam Wrihatnolo dan Nugroho, 2007 : 181) mengemukakan partisipasi masyarakat adalah metode untuk meningkatkan kualitas lingkungan fisik, memperbaiki pelayanan, dan meningkatkan kondisi sosial. Partisipasi tidak terjadi begitu saja, tetapi harus diniatkan. Seseorang harus mengikuti segala prosesnya selama 8

beberapa waktu, dan memperbolehkan mengajak masyarakat yang lain untuk ikut terlibat dalam pengontrolan. Partisipasi masyarakat adalah peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi. Partisipasi dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Partisipasi menurut Effendi (dalam Dwiningrum, 2011 : 58) menyatakan partisipasi terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Sedangkan partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa di mana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. Dalam partisipasi masyarakat terdapat dua dimensi penting. Dimensi yang pertama adalah siapa yang berpartisipasi dan bagaimana berlangsungnya partisipasi. Cohen dan Uphoff mengklasifikasikan masyarakat berdasarkan latar belakang dan tanggung jawabnya, yaitu: 1. Penduduk setempat. 2. Pemimpin masyarakat. 3. Pegawai pemerintahan. 4. Pegawai asing yang mungkin dipertimbangkan memiliki peran penting dalam suatu kegiatan tertentu. Moeljanto (dalam Dwiningrum, 2011 : 59) menyatakan bahwa dalam konteks partisipasi lokal, semua mitra pelaksana suatu program merupakan persyaratan murni, artinya 9

pelaksanaan suatu program harus memaksimumkan partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum mereka. Dimensi kedua, bagaimana partisipasi itu berlangsung. Dimensi ini penting diperhatikan terutama untuk mengetahui hal-hal seperti: 1. Apakah inisiatif itu datang dari administrator ataukah dari masyarakat setempat. 2. Apakah dorongan partisipasi itu sukarela atau paksaan. 3. Saluran partisipasi itu, apakah berlangsung dalam berisi individu atau kolektif, dalam organisasi formal ataukah individu formal dan apakah partisipasi itu secara langsung atau melibatkan wakil. 4. Durasi partisipasi. 5. Ruang lingkup partisipasi, apakah sekali untuk seluruhnya, sementara atau berlanjut dan meluas. 6. Memberikan kekuasaan yang meliputi bagaimana keterlibatan efektif masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan yang mengarah pada hasil yang diharapkan. Cohen dan Uphoff (dalam Dwiningrum, 2011 : 61) membedakan partisipasi menjadi empat jenis, yaitu: 1. Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini berkaitan dengan perumusan suatu masalah serta mengambil kesepakatan demi kepentingan bersama. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini dapat dilakukan dengan cara menghadiri rapat warga, diskusi, dan sumbangan pemikiran. Dengan demikian, 10

partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini merupakan suatu proses pemilihan alternatif berdasarkan pertimbangan yang menyeluruh dan rasional. 2. Partisipasi Dalam Pelaksanaan Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program sangat dibutuhkan keterlibatan berbagai unsur, khususnya pemerintah dalam kedudukannya sebagai sumber utama pembangunan. Ndraha, Cohen, dan Hoff (dalam Dwiningrum, 2011 : 62) menyatakan ruang lingkup partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: Pertama, menggerakkan sumber daya dan dana. Kedua, kegiatan administrasi dan koordinasi. Ketiga, penjabaran program. Partisipasi masyarakat dalam partisipasi pelaksanaan suatu program merupakan satu unsur penentu keberhasilan program itu sendiri. 3. Partisipasi Dalam Pengambilan Manfaat Partisipasi ini tidak terlepas dari kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa tercapai. Dari segi kualitas, keberhasilan suatu program akan ditandai dengan adanya peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas, dapat dilihat seberapa besar prosentase keberhasilan program yang dilaksanakan, apakah sesuai target yang telah ditetapkan. 4. Partisipasi Dalam Evaluasi Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau ada penyimpangan. 11

Partisipasi perlu disosialisasikan sebagai unsur penting dalam semua aktivitas kehidupan dalam memenuhi tujuan tertentu. Partisipasi tidak dapat dipisahkan dengan proses penting dalam pengambilan keputusan sehingga efektivitasnya sangat tergantung dengan tingkat keterlibatan unsur-unsur yang terkait dalam setiap tujuan. Masyarakat merupakan kesatuan daripada manusia, masyarakat selalu berkembang. dalam perkembangannya akan mengalami pasang surut (Suparto, 1987 : 121). Ada banyak peran seorang anggota masyarakat dapat dan sebenarnya harus berperan. Partisipasi masyarakat seharusnya menjadi sesuatu bagi semua orang dan variasi keterampilan, bakat dan minat orang juga harus diperhitungkan. 2. Bank Sampah Setiap kegiatan manusia setiap hari pasti menghasilkan sampah. Sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik. Sampah yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan. Salah satu upaya perbaikan sistem pengelolaan sampah yang telah ada adalah dengan sistem tabungan sampah melalui Bank Sampah. Bank Sampah adalah wadah atau tempat untuk melakukan pengelolaan sampah, memilah sampah, lalu dikumpulkan pada suatu tempat untuk di daur ulang dan kemudian dijual ke pihak ketiga. Bank Sampah bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, memberdayakan masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, memberikan nilai ekonomis sampah agar dapat menambah penghasilan dari tabungan sampah. Indonesia telah memiliki regulasi tentang pengelolaan sampah, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Pada bab X pasal 29 disebutkan bahwa setiap orang dilarang mengelola sampah yang menyebabkan 12

pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan. Bank Sampah dibuat dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah bahwa prinsip pengelolaan sampah adalah Reduce, Reuse, dan Recycle yaitu mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah sampah (Marpaung dan Widiaji, 2009 : 84). Kegiatan Reduce, Reuse, dan Recycle adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain, dan kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk baru. Jadi, Bank Sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Mekanisme kerja Bank Sampah menurut pasal 5 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2012 meliputi: a. Pemilahan sampah. b. Penyerahan sampah ke Bank Sampah. c. Penimbangan sampah. d. Pencatatan. e. Hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku tabungan; dan f. Bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012). 13

Bank Sampah dalam pelaksanaannya dapat mengurangi tingginya angka sampah di masyarakat dan di tempat pembuangan akhir, karena masyarakat memilah sampahnya sendiri, menukarkan sampahnya ke Bank Sampah dan membuang sampah termasuk di Bank Sampah. Tujuan dari program semacam ini adalah terciptanya masyarakat mandiri mengelola sampah. Tantangan terbesarnya tentu ada pada masyarakat itu sendiri. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa membuang sampah secara kolektif dan tidak berfikir tentang apa yang terjadi dengan sampah yang mereka buang. Pemerintah daerah juga mempunyai wewenang untuk mengatur, mengelola, dan melakukan penataan kebersihan terhadap wilayah kabupaten/kota yang ada didalam daerahnya. Pemerintah melakukan sistem pengelolaan Bank Sampah untuk melakukan penataan kebersihan yang lebih baik. F. Definisi Konseptual Definisi konseptual adalah usaha untuk menjelaskan mengenai pembahasan antara konsep satu dengan yang lain agar tidak terjadi kekeliruan dalam penulisan. Dalam penelitian, akan ditemui dua jenis konsep; Pertama, konsep-konsep yang jelas hubungannya dengan fakta atau realitas. Kedua, konsep-konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur hubungannya dengan fakta atau realitas. Adapun definisi konsepsional yang digunakan adalah: 1. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat adalah adanya keterlibatan langsung dari masyarakat dalam penanganan masalah sampah, mengelola sampah dan kebersihan lingkungan. 2. Bank Sampah Pengelolaan Bank Sampah dapat berbentuk penggerakan swadaya dan kegotong-royongan masyarakat dalam pelaksanaan atau pengawasan lingkungan. G. Definisi Operasional 14

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Adapun definisi operasional dari penyusunan skripsi mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Bank Sampah Di Dusun Kaliabu RW 13 Desa Banyuraden Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman adalah: 1. Partisipasi masyarakat adalah suatu tindakan dari sikap keterbukaan dari masyarakat untuk melakukan perubahan yang akan dihasilkan oleh suatu kegiatan pengelolaan Bank Sampah yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Partisipasi masyarakat bisa diukur dengan indikator: a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. b. Partisipasi dalam pelaksanaan. c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat, dan d. Partisipasi dalam evaluasi. 2. Pengelolaan Bank Sampah menerapkan prinsip pengelolaan Reduce, Reuse, dan Recycle yaitu mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah sampah. Bank Sampah dapat diukur dengan indikator: a. Pemilahan sampah. b. Penyerahan sampah ke Bank Sampah. c. Penimbangan sampah. d. Pencatatan. e. Hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku tabungan. f. Bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana. H. Metode Penelitian 15

Metode penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah yang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan, serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Dalam hal ini metode penelitian meliputi: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang lebih menekankan suatu obyek, kelompok manusia dengan menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan permasalahan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini bersifat deskriptif dan penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Bank Sampah Karesma berada di Dusun Kaliabu RW 13 Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Unit Analisis Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah Bank Sampah Karesma di Dusun Kaliabu dengan melakukan wawancara dengan responden yaitu: a. Bapak Marsudi selaku Ketua Bank Sampah Karesma. b. Bapak Sugiyo selaku Ketua RW 13 Dusun Kaliabu. c. Dan tiga orang warga yang ada di Dusun Kaliabu yaitu Ibu Yuni, Bapak Sarjono, dan Ibu Sumini. 4. Sumber Data 16

a. Data Primer Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa wawancara, kuesioner, survey maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi, buku-buku, internet, arsip-arsip, dan berbagai dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. Dalam hal ini, penulis akan mengambil data yang berkaitan dengan masalah penelitian di kantor Bank Sampah Karesma. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada Bapak Marsudi selaku ketua Bank Sampah Karesma, Bapak Sugiyo selaku ketua RW 13 Dusun Kaliabu, dan masyarakat yang ada di Dusun Kaliabu Kabupaten Sleman. Hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan masalah yaitu Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Bank Sampah Di Dusun Kaliabu RW 13 Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. 17

b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara untuk mempelajari data yang mendukung penelitian dengan menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan menggunakan dokumen yang ada bisa berupa buku harian, surat pribadi, media massa, laporanlaporan, serta sumber-sumber relevan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan. c. Observasi Observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dalam proses observasi, pengamat tinggal mencatat kegiatan-kegiatan yang ada di Bank Sampah Karesma. 6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Azwar, 1998 : 40). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Di mana data yang diperoleh diklasifikasikan, digambarkan dengan kalimat, dan lebih menekankan pada proses penyimpulan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati. Data bisa diperoleh dari dokumen resmi, naskah wawancara, catatan laporan, dan sebagainya untuk memperoleh keabsahan data penelitian. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut: a. Analisa data yaitu dengan mengamati penelitian di lapangan. 18

b. Berusaha menemukan perbedaan-perbedaan dan kesamaan dengan gejala-gejala sosial yang diamati. c. Melakukan pengamatan lebih lanjut terhadap perilaku yang berkaitan dengan proposisi-proposisi sementara. d. Mengevaluasi proposisi-proposisi sementara untuk menghasilkan kesimpulan. Dari langkah-langkah tersebut, akan diambil suatu kesimpulan, sehingga dapat diketahui bentuk dan mekanisme partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Bank Sampah Karesma. 19