KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DALAM PENGUATAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGANGGARAN BTT Disampaikan Oleh: SESDITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN Pada Rapat Kerja Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2018 Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu 21 Februari 2018
URUSAN PEMERINTAHAN DALAM KONSTRUKSI UU 23/2014 TENTANG PEMDA Urusan Pemerintahan Absolut Konkuren (sbg. dasar pelaksanaan otonomi daerah) Pemerintahan Umum (Kewenangan Presiden sbg Ka. Pemerintahan) Gubernur atau Instansi Vertikal Wajib Pilihan Kelautan dan Perikanan; Pariwisata; Pertanian; Kehutanan; ESDM; Perdagangan; Perindustrian;Transmigrasi PP 2/2018 TTG SPM Yan Dasar Pelayanan yg secara konstitusional berhak diterima warga negara secara minimal 1. Pendidikan. 2. Kesehatan. 3. PU dan Penataan Ruang. 4. Perum Rakyat dan Kawasan Permukiman. 5. Trantibum dan Linmas. 6. Sosial. 1. Tramtibum 2. Bencana 3. Kebakaran Non Yan Dasar 1. Tenaga kerja 2. Lingkungan Hidup 3. Perhubungan 4. Dst
1. PASAL 5 TANGGUNG JAWAB BENCANA UU No. 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH MENJADI PENANGGUNGJAWAB DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA 2. PASAL 10 (1) PEMERINTAH SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 5 MEMBENTUK BNPB 3. PASAL 18 (1) PEMERINTAH DAERAH SEBAGAIMANA DIMAKSUD PASAL 5 MEMBENTUK BPBD
FUNGSI BPBD 1. BPBD mempunyai fungsi melakukan koordinasi, komando dan pelaksana atas penanggulangan bencana di daerah a. Fungsi koordinasi: Melakukan koordinasi antar perangkat daerah dalam penanggulangan bencana; Membuat kaji cepat atas kejadian bencana di daerah dalam penggunaan dana BTT; Menyusun dokumen kajian risiko bencana; Menyusun dokumen Rencana Penanggulangan Bencana. b. Fungsi komando: Fungsi komando diperlukan pada saat tanggap darurat, dimana pada tahapan ini diperlukan langkah dan tindakan cepat dalam merespon penanganan bencana karena belum ada yang sigap menangani bencana. c. Fungsi pelaksana: Melaksanakan penanggulangan bencana sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (sebagai pelaksana teknis PB) mulai dari tahap pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana)
STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH 1. BPBD PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA MENYUSUN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB) SESUAI PASAL 6 AYAT (4) PP No. 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA; 2. RPB DIINTEGRASIKAN DALAM DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (RPJMD, RENSTRADA, RKPD DAN APBD)
PENGARUSUTAMAAN PRB Pengarusutamaan PRB mengupayakan secara sistematis tiga tujuan strategis terkait dengan pengintegrasian kebijakan, perencanaan penganggaran dan PRB, sbb: 1. Pengintegrasian pengurangan risiko bencana pada kebijakan, perencanaan dan program pembangunan yang berkelanjutan yang memprioritaskan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan penurunan tingkat kerentanan; 2. Pengembangan dan penguatan kapasitas kelembagaan nasional, daerah serta masyarakat untuk bersama-sama membangun ketangguhan, menghadapi ancaman bencana; 3. Penyertaan pendekatan pengurangan risiko bencana pada perencanaan pelaksanaan kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana.
PENGANGGARAN PENANGGULANGAN BENCANA DALAM APBD a. PRA BENCANA TERPROGRAM, MASUK DALAM RKA SKPD; b. TANGGAP DARURAT TIDAK DAPAT DIRENCANAKAN MASUK DALAM BELANJA TIDAK TEDUGA (BTT); c. PASCABENCANA TERPROGRAM, MASUK DALAM RKA SKPD.
PENDANAAN KEADAAN DARURAT DALAM APBD 1. Status keadaan darurat dimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan (PP Nomor 22 Tahun 2008) 2. Pendanaan dalam keadaan darurat diatur dalam Pasal 162 Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 3. Pendanaan tanggap darurat dengan menggunakan BTT diatur dalam Surat Edaran Mendagri Nomor 360/2903/SJ tanggal 3 Juni 2015 4. Pengeluaran pada point 1 termasuk belanja untuk keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD. 5. Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
LANJUTAN 6. Pendanaan keadaan darurat diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD, kecuali untuk kebutuhan tanggap darurat bencana. 7. Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. 8. Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPASKPD oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah. 9. Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat terlebih dahulu diatur dengan peraturan kepala daerah.