BAB I PENDAHULUAN. dunia Internasional. Nama-nama besar telah lahir seperti Ferry Soneville,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

2015 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES FOREHAND SMASH DARI JAMES POOLE UNTUK CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari perilaku. Maka dari itu olahraga merupakan bidang yang tidak bisa

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

PENGARUH METODE LATIHAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP KELINCAHAN

BAB I PENDAHULUAN. ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. Dari mana cabang olahraga badminton berasal dan bagaimana sejarah awalnya? Orang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang populer di masyarakat. Permainan. masyarakat dari berbagai tingkat usia, anak-anak, remaja dan dewasa baik

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI DENGAN KECEPATAN DAN KETEPATAN SMASH DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB I PENDAHULUAN. baik itu di tingkat Nasional seperti PON ataupun di tingkat Internasional seperti

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya, karena hampir setiap toko olahraga menjual peralatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini hanya membuka 1 jurusan saja yaitu MO (mekanik otomotif) dan sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional dan dimainkan hampir di semua kota di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukita Ramdan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN, TINGGI LONCATAN, DAN KECEPATAN REAKSI TERHADAP PUKULAN JUMPING SMASH ATLET PB TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lagi adalah stadion, yang mana stadion tersebut bisa membuka sendiri saat ada hujan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit dan bisa bekerja lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

2015 PENGARUH LATIHAN LOMPAT D ENGAN MENGGUANAKAN BOLA YANG D IGANTUNG TERHAD AP KETERAMPILAN SMASH D ALAM PERMAINAN BOLA VOLI

USWAN FIRMANSYAH K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETEPATAN SERVIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. dalam pembinaan dan peningkatan olahraga khususnya cabang bolavoli.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan. bola voli adalah memasukan bola ke daerah lawan untuk memperoleh

KETAHANAN MENTAL Pengantar Ketahanan Mental Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga menjadi suatu kebutuhan hidup masyarakat di zaman modern

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan olahraga yang merakyat dan telah dikenal ditanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola voli dalam perkembangan di zaman modern ini semakin

PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksud dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tingkat keterampilan, pria maupun wanita memainkan olahraga ini di

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BULUTANGKIS USIA DINI DI SEMARANG TUGAS AKHIR PERIODE 127/49 BAB I PENDAHULUAN

OLEH DILLA FARID W. T

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang menjadi andalan Indonesia dalam mengharumkan nama bangsa dan negara di mata dunia Internasional. Nama-nama besar telah lahir seperti Ferry Soneville, Rudy Hartono, Christian Hadinata, Ade Chandra, Cun cun, Johan Wahyudi, Lie Sumirat, Hartono Arby, Hendrawan, Taufik Hidayat, dan masih banyak yang lainnya (Sudarwati, 2007). Dalam suatu pertandingan baik itu kejuaraan daerah atau pun nasional ada banyak atlet yang tidak bisa menampilkan penampilan terbaiknya. Hal ini merupakan suatu permasalahan bagi pelatih yang bersangkutan. Seperti telah diungkapkan diatas untuk mencapai prestasi yang optimal tidak datang dengan sendirinya namun harus melalui proses yang panjang. Proses pembinaan dimulai dengan menemukan bibit-bibit atlet berbakat, kemudian dibina melalui latihan yang teratur, terarah, dan terencana dengan baik serta dengan penguasaan teknik dan taktik yang benar. Sejak dari tahap persiapan sampai dengan proses pembinaan atlet, disamping aspek fisik perlu juga aspek psikologis tidak boleh diabaikan dalam pembinaan atlet. Kemampuan fisik yang baik akan mendorong pencapaian kemahiran gerakan-gerakan dalam permainan bulutangkis. Misalnya dalam melakukan smash yang merupakan senjata utama dalam mematikan lawan diperlukan 1

2 loncatan yang tinggi dan pukulan yang keras serta terarah. Untuk itu diperlukan kekuatan dan kecepatan (power) otot-otot tungkai, lengan, punggung dan perut. Permainan bulutangkis merupakan permainan yang membutuhkan kemampuan fisik yang baik, kemampuan teknik dan mental bertanding yang baik. Permainan ini bertujuan untuk mencetak poin dan mencegah lawan untuk mencetak poin. Mencetak poin dalam permainan bulutangkis tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan pemain dalam penguasaan teknik permainan bulutangkis. Kemampuan pemain sangat dipengaruhi oleh penguasaan teknik, fisik, dan mental. Teknik dasar permainan bulutangkis sangat penting dikuasai oleh pemain untuk dapat bermain dengan baik. Subardjah (2000) mengemukakan bahwa teknik dasar bulutangkis yang perlu dipelajari secara umum dapat dikelompokan ke dalam beberapa bagian, yaitu; cara grips (memegang raket), stance (sikap berdiri), footwork (gerakan kaki), strokes (pukulan). Gerakan fisik yang sering dilakukan dalam permainan bulutangkis yaitu meloncat, memukul, yang semuanya perlu dikuasai pemain untuk dapat memainkan perannya pada posisi masingmasing. Gerakan yang perlu dikuasai secara umum oleh seluruh pemain pada semua posisi pemain bulutangkis adalah meloncat dan melangkah. Meloncat digunakan pemain dalam aktivitas menyerang, yaitu smash, pada aktivitas bertahan, yaitu defense. Sehingga meloncat sangat penting dikuasai pemain bulutangkis untuk mematikan permainan lawan. Salah satu teknik dasar

3 olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan adalah smash. (http://eprints.uny.ac.id). Menurut Poole (1986), smash adalah pukulan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis. Untuk dapat memenangkan sebuah pertandingan tentunya pemain harus memiliki kemampuan bertanding yang baik. Salah satu teknik untuk memenangkan permainan adalah smash. Dengan melakukan pukulan keras dan terarah akan menyulitkan lawan untuk mengembalikan pukulan tersebut. (http://eprints.uny.ac.id). Sudarwati ( 2007) mengatakan bahwa kemampuan faktor fisik, taktik, dan teknik yang dimiliki oleh atlet Indonesia sama dengan atlet-atlet dari negara lain. Namun, ketika dalam pertandingan, atlet Indonesia tidak dapat mengeluarkan kemampuan yang dimilikinya secara maksimal, baik taktik maupun teknik permainannya. Oleh karena itu, hasil yang dicapai tidak optimal terbukti dengan gagalnya menjadi juara dan kalah dalam pertandingan dengan lawan yang tingkat permainannya lebih rendah. Bahkan, kekalahan yang dialami tidak menguras staminanya, belum capai, tapi sudah kalah. Ketika ditanyakan kepada pelatih, jawaban yang sering dikemukakan adalah mental dan kurangnya keyakinan terhadap kemampuannya, motivasi rendah, kurangnya konsentrasi, mainnya tidak lepas, dan kurang berani. Halhal di atas kemungkinan menjadi salah satu penyebab kekalahan atlet Indonesia.

4 Banyak studi yang menunjukkan bagaimana pentingnya peranan faktor psikologis dalam meningkatkan performa seorang atlet dalam menghadapi pertandingan. Fungsi faktor psikologis adalah sebagai penggerak atau pengarah penampilan atlet. Faktor psikologis sering terungkap dalam ungkapan seperti: adu akal, taktik, motivasi, tertekan, determinasi, atau yang menghambat, seperti: kecemasan, ketegangan, hilang konsentrasi dan tidak percaya diri (Sudarwati, 2007). Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) membentuk cabangcabang di tingkat propinsi dan kabupaten. Pembentukan PBSI cabang merupakan salah satu usaha regenerasi atau pencarian bibit-bibit atlet bulutangkis. PBSI Semarang merupakan salah satu PBSI cabang di Jawa Tengah, yang mengelola dan melakukan pembinaan terhadap atlet-atlet bulutangkis daerah. Di Pemalang banyak sekali cabang PBSI yang membina atlet-atlet muda, club yang membina atlet-atlet bulutangkis di Pemalang diantaranya adalah PB. Sinar Mutiara, PB. Champion, PB. Setia Kawan, PB. Pemandu Bakat, PB. ADH. Atlet yang dibina beragam usianya mulai dari usia anakanak, remaja, hingga usia dewasa. Santrock (2007) menjelaskan secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 19-22 tahun. Hurlock (2004) Pada masa remaja perubahan emosi biasanya lebih cepat selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periolde akhir masa remaja. Perubahan tubuh, minat, dan

5 peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Remaja menginginkan kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab terebut. Atlet remaja ketika melakukan pertandingan akan mempunyai emosi yang tinggi sehingga jika atlet tersebut tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik akan berdampak atlet tidak dapat mengendalikan permainannya dengan baik. Dalam penelitian ini subjeknya adalah remaja karena menurut Santrok (2007) Masa remaja dinyatakan sebagai masa badai emosional yang merupakan naik turunnya emosi berlangsung lebih sering. Remaja belum bisa mempunyai konsep diri sehingga sulit untuk menemukan kepercayaan dirinya saat remaja. Beberapa faktor psikologis yang menyebabkan timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak emosional, proses belajar yang keliru, dan relasi yang bermasalah. Remaja mengalami banyak perubahan dalam hidup dan perubahan tersebut mempengaruhi perkembangan kemampuan dan motivasi mereka. Batasan usia remaja dalam penelitian ini adalah usia 12 sampai 22 tahun karena menurut Santrock (2007) masa remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 19-22 tahun.

6 Atlet remaja selain disertai minat dan dukungan orangtua juga memerlukan dukungan dengan tersedianya klub-klub bulutangkis berklualitas. Hal ini bertujuan untuk memberikan peluang bagi atlet untuk mengembangkan kemampuan bulutangkis menjadi profesi. Menurut Persatuan Olah Raga (POR) Djarum, prestasi bulutangkis di Indonesia mengalami penurunan sehingga perlu dicari bibit unggul pemain berusia remaja. Para pemain juga harus diberikan motivasi dan kepercayaan diri yang besar untuk memenangkan pertandingan yang dapat membuat Indonesia meraih prestasi international. (s2psikologi.tarumanagara.ac.id) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pelatih PB. Sinar Mutiara mengatakan bahwa atlet di usia remaja saat pertandingan kejuaraan seringkali tidak bisa menampilkan performa terbaiknya, penampilan atlet pada saat kejuaraan jauh berbeda pada saat latihan. Terlebih suasana ramai dan sorak-sorak penonton yang terkadang membuat atlet tidak bisa menampilkan performa yang maksimal. Atlet remaja masih mempunyai peluang yang sangat besat untuk menjadi juara kabupaten, nasional bahkan dunia sehingga bibit-bibit bulutangkis harus dicari sedini mungkin agar meningkatkan prestasi Indonesia untuk mencapai prestasi terbaik. Selain itu mental atlet remaja masih sering dipertimbangkan karena masih labil dan tidak dapat konsisten dengan penampilannya. Pembinaan mental harus dilakukan sedini mungkin terkait dengan motivasi dan kepercayaan diri atlet dalam melakukan pertandingan kejuaraan.

7 Saat pertandingan kejuaraan adalah saat yang sangat menegangkan bagi seorang atlet. Semua atlet berusaha untuk menampilakan performa terbaiknya diarena pertandingan. Performa yang terbaik pada saat pertandingan adalah hal yang paling penting dan sangat dibutuhkan seorang atlet. Atlet berjuang untuk memenangkan setiap pertandingan yang akan dilewatinya dengan mengharapkan menjadi juara. Banyak atlet yang mengeluh ketika dalam pertandingan kejuaraan tidak dapat menampilkan performa terbaiknya. Hasil wawancara dengan Rm salah seorang atlet bulutangkis di Club Sinar Mutiara Pemalang ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi performa terbaik seorang atlet saat bertanding. Faktor utama adalah kurangnya persiapan saat akan menghadapi pertandingan, kelelahan fisik, sakit, cidera, penyesuaian lapangan yang baru, cuaca, sarana dan prasarana, motivasi untuk bertanding, kecemasan, dan kepercayaan diri saat bertanding. Atlet yang mencapai penampilan puncak akan sangat sempurna dalam bermain, akurasi pukulan yang selalu tepat mengenai sasaran, pukulan smash yang mematikan, footwork yang sangat lincah dan ringan, pukulan yang stabil, netting yang selalu tipis bahkan atlet tidak merasa lelah ketika bertanding. Rm juga berpendapat atlet yang tidak percaya diri tidak akan mencapai penampilan puncaknya. Atlet yang tidak bisa mencapai penampilan puncak terlihat dari pukulan yang sering melakukan kesalah sendiri sehingga menguntungkan lawan, footwork yang terlihat berat, netting yang melampaui

8 nett, pukulan yang tidak akurat, smash yang tidak menukik, bahkan atlet sering frustasi sendiri karena permainan yang diinginkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Dn adalah salah satu anak didik dari club binaan PB. ADH di Pemalang, berdasarkan hasi observasi dan wawancara dengan Dn baik ketika pertandingan maupun latihan diketahui bahwa Dn ketika latihan dapat menampilkan performa terbaiknya itu terlihat dari cara Dn memukul shuttlecock dengan sangat akurat, footwork yang lincah dan terlihat cepat, netting yang selalu masuk, penempatan shuttlecock yang akurat, ketika service tangannya tidak bergetar dan Dn mengakui bahwa ketika latihan Dn dapat tampil dengan maksimal tanpa kendala bahkan penampilannya sangat sempurna. Ketika pertandingan kejuaraan Dn terihat tidak dapat tampil dengan penampilan terbaiknya Dn terlihat terburu-buru pada saat service, pukulan shuttlecock yang tidak akurat bahkan sering out / keluar lapangan, terlihat sangat berat saat mengejar shuttlecock, netting yang jarang sekali masuk, smash yang seringkali mengenai nett dan Dn merasa bahwa dirinya tidak dapat tampil maksimal ketika dalam pertandingan kejuaraan seperti saat Dn latihan Dn merasa saat pertandingan kejuaraan Dn kurang percaya diri, takut kalah, merasa minder jika bertanding dengan yang lebih bagus tegang dengan sorak-sorak penonton sehingga Dn tidak dapat menampilkan performa terbainya seperti saat latihan.

9 Ts yang merupakan atlet binaan PB. Pemandu Bakat di Pemalang mengungkapkan bahwa saat pertandingan kejuaraan adalah saat yang sangat menegangkan baginya. Harapan Ts ketika dalam pertandingan kejuaraan adalah dapat menampilkan performa terbaik yang dimilikinya. Ts seringkali dapat tampil maksimal dalam latihan, bahkan ketika latihan Ts seringkali mengungguli teman-temannya dalam bermain dan memenangkannya. Tetapi ketika permainan penampilan Ts menurun bahkan teman yang sewaktu dilatihan dikalahkan Ts dapat mengalahkan Ts dengan mudah pada saat kejuaraan. Ts mengakui bahwa sorak-sorak penonton yang membuatnya gerogi dan kurang percaya diri sehingga penampilan Ts tidak maksimal seperti saat latihan. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Rg seorang atlet remaja binaan PB Setia Kawan ketika usai melakukan pertandingan kejuaraan Rg mengakui merasa takut karena bertemu dengan lawan yang menjadi unggulan satu diturnamen kali ini. Rg merasa tidak bisa berkonsentrasi karena sorak ramai penonton yang membuat ia menjadi penampilannya tidak maksimal. Rg sudah berusaha dengan maksimal tetapi ia tidak bisa tampil ketika saat ia latihan. Rg serba salah ketika melakukan penempatan shuttlecok karena lawannya selalu menjangkaunya dengan mudah. Penampilan Rg sangat berhati-hati karena takut melakukan kesalahan sehingga Rg tidak percaya dengan kemampuannya. Menurut AR seorang pelatih di Club Sinar Mutiara Pemalang, ada beberapa faktor yang hampir sama dengan apa yang dikemukakan Rm selaku

10 anak didiknya. Seringkali atlet putus asa karena ketika saat pertandingan kejuaraan atlet tidak dapat menampilkan performa terbaiknya seperti pada saat latihan. Kondisi mental atlet pada saat pertandingan sangat mempengaruhi penampilannya karena pada saat pertandingan banyak sekali rintangan yang dihadapi sang atlet. Kurangnya kepercayaan diri pada atlet mengakibatkan atlet tidak dapat menampilkan kemampuan maksimal yang dimilikinya. Persiapan latihan yang matang dan motivasi dari atlet yang tinggi juga merupakan faktor penentu ketika atlet dapat tampil dengan maksimal. AR berpendapat bahwa semua atlet menginginkan dapat bermain dengan baik dan dapat menampilkan penampilan terbaiknya disetiap kejuaraan yang dilaluinya. Ketika atlet dapat menjadi juara maka akan menambah kepercayaan diri atlet dipertandingan-pertandingan berikutnya. Ketika atlet dapat percaya diri maka sorak-sorak penonton bukan lagi masalah yang menjadikan atlet menjadi tegang justru sorak ramai penonton menjadikan atlet termotivasi menampilkan penampilan terbaiknya. Menurut AR atlet yang dapat mencapai penampilan puncak bukan hanya dilihat dari menang atau kalah saja melainkan teknik yang dikuasai saat latihan dapat diterapkan dalam pertandingan bahkan dapat lebih baik penampilannya saat pertandingan. Itu terlihat dari cara memukul atlet yang selalu akurat, footwork yang terlihat sangat ringan, penempatan shuttlecock yang sulit dijangkau musuh, stamina yang terlihat tidak cepat capai, bahkan penampilannya terlihat sangat sempurna.

11 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi performa atlet beragam diantaranya motivasi, kepercayaan diri, konsentrasi, dan kecemasan. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap penampilan atlet itu sendiri. Pendapat dari para pelatih dan atlet juga sejalan dengan Siregar (dalam Sudarwati, 2007) yang menyebabkan penurunan prestasi bulutangkis secara keseluruhan adalah faktor psikologis, yaitu motivasi dan rasa percaya diri atlet yang rendah sehingga atlet tidak dapat mencapai penampilan terbaiknya. Selain itu Komarudin (2013) juga berpendapat, atlet perlu memiliki kepercayaan diri, karena kepercayaan diri memiliki korelasi yang signifikan terhadap peningkatan performa atlet. Pendapat tersebut sangat beralasan karena untuk mencapai penampilan puncak dalam olahraga tidak sedikit tantangan dan hambatan dating silih berganti pada diri atlet. Oleh karena itu modal utama yang harus dimiliki atlet untuk mengatasi masalah tersebut yaitu kepercayaan diri. Lautser (dalam Komarudin, 2013) menegaskan tanpa adanya kepercayaan diri maka banyak masalah yang akan timbul pada diri seseorang. Atlet yang tidak memiliki kepercayaan diri akan meragukan kemampuan yang dimiliki dirinya. Atlet menjadi tegang, dan putus asa dalam mengahadapi tugas-tugasnya. Keadaan ini akan merugikan atlet dalam menampilkan penampilan terbaiknya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Faiz (2008) ada hubungan yang sangat signifikan antara self efficacy dengan penampilan

12 puncak pada pemain sepak bola Metro FC, dimana pada pemain yang memiliki self efficacy yang tinggi ditemukan juga memiliki penampilan puncak yang tinggi. Demikian juga sebaliknya pada pemain yang memiliki self efficacy yang rendah ditemukan juga memiliki penampilan puncak yang rendah. Self efficacy memberikan sumbangan efektif terhadap penampilan puncak sebesar (r2 = 44,5) atau 44,5%, sedangkan sisanya sebesar 55,5% berasal dari variabel lain yang tidak diteliti. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianto & Nashori (2006) ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan prestasi atlet Tae Kwon Do DIY. Teknik analisis menggunakan chi-square yang menunjukkan koefisien chisquare 23,847 dengan p = 0,002 (p < 0,01). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamdan (2014) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMUN 1 Setu Bekasi dengan koefisien korelasi Pearson (r) yang diperoleh sebesar 0,525 dan nilai sig.( 1- tailed) sebesar 0,000, dimana apabila kepercayaan diri semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi dari siswa SMUN 1 Setu Bekasi dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Faiz (2008) tentang hubungan self efficacy dengan penampilan puncak pemain sepak bola metro FC, peelitian lain yang dilakuakan Yulianto & Nashori (2006) kepercayaan diri dan prestasi atlet tae kwon do daerah istimewa Yogyakarta sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hamdan (2014) tentang hubungan antara kepercayaan

13 diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMUN 1 Setu Bekasi. Ketiga penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena peneliti melakukan penelitian tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan peak performance atlet bulutangkis usia remaja di Pemalang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Faiz, Hamdan dan Yulianto & Nashori dijadikan reverensi bagi peneliti sehingga menguatkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, selain itu variabel yang akan diteliti oleh peneliti juga sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga menguatkan peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian variabel kepercayaan diri dengan peak performance. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan peneliti, jelas bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi peak performance atlet ketika melakukan pertandingan yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi sarana dan prasarana, kondisi fisik atlet, penyesuaian lapangan, cidera, dan persiapan, sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi peak performance pada atlet adalah kepercayaan diri, motivasi, konsentrasi dan kecemasan. B. Perumusan Masalah Permasalahan yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan peak performance atlet bulutangkis usia remaja di Pemalang?.

14 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri dengan peak performance atlet bulutangkis usia remaja di Pemalang? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan khususnya bagi Psikologi sosial dan Psikologi olahraga serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi atlet Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada atlet khussnya atlet bulutangkis usia remaja di Pemalang agar mengetahui pentingnya kepercayaan diri seorang atlet untuk mencapai penampilan terbaiknya ketika bertanding sehingga atlet dapat mencapai perstasi yang diinginkan. b. Bagi Pelatih Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi pelatih agar mengerti pentingnya faktor-faktor psikologis seperti kepercayaann diri yang menjadikan atlet dapat tampil dengan mencapai peak performance sesuai dengan harapan sehingga atlet dapat berprestasi.