BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan oleh para investor dan kreditor (Haruman, 2008). Brigham dan Borolla (2011) dalam Bernandhi (2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maretha dan

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Komang Agung Surya Parimana, I Gede Suparta Wisadha (2015)

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. perusahaan. Kinerja keuangan merupakan suatu hasil pelaporan yang menunjukkan kondisi serta

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perekonomian yang semakin terbuka karena era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Namun pemisahan ini mengakibatkan keleluasaan manajemen perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kontraktual antara principal (pemegang saham) dan agent (manajer). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

Transkripsi:

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki wewenang untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan atas nama investor. Menurut (Jensen dan Meckling, 1976) potensi konflik kepentingan dapat terjadi di antara pihak-pihak yang berhubungan seperti antara pemegang saham dengan manajer perusahaan (agency cost of equity) atau antara pemegang saham dengan kreditur (agency costs of debt). Teori agensi sangat sulit untuk diterapkan dan memilki banyak kendala serta masih belum memadai, sehingga diperlukan suatu konsep yang lebih jelas mengenai perlindungan terhadap para stakeholders. Konsep tersebut harus berhubungan dengan masalah-masalah konflik kepentingan dan biaya-biaya agensi yang timbul, sehingga berkembang suatu konsep baru yang memperhatikan dan mengatur kepentingan-kepentingan para pihak terkait dengan kepemilikan dan pengoperasional (stakeholders) suatu perusahaan, yaitu konsep corporate governance. Corporate Governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, sehingga diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima pengembalian atas dana yang diinvestasikan (Herawaty, 2008). 7

8 2. Leverage (Sudarmadji dan Sularto, 2007) menjelaskan bahwa leverage merupakan pengukur aktiva yang dibiayai dengan hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor. Semakin kecil leverage keuntungan dalam struktur modal perusahaan, maka semakin kecil juga risikonya, dan begitu pula sebaliknya. Tujuan leverage bagi perusahaan adalah meningkatkan hasil pengembalian bagi para pemegang saham biasa, walaupun hal ini berdampak pada peningkatan resiko yang ditanggung baik resiko bisnis maupun resiko keuangan. Perubahan leverage menghasilkan perubahan pada tingkat pengembalian resiko, apabila leverage mengalami peningkatan maka tingkat pengembalian dan resiko juga mengalami peningkatan. Leverage juga dapat didefinisikan sebagai besarnya rasio total asset dalam setiap ekuitasnya. Angka rasio leverage ini biasanya digunakan untuk mengetahui besarnya hutang dalam total asset perusahaan (Isbanah, 2015). 3. Good Corporate Governance Menurut IICG (2008), Konsep Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Konsep Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang sudah saatnya diimplementasikan dalam perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia, karena melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang terdiri dari unsur-unsur RUPS, direksi dan komisaris dapat

9 terjalin hubungan dan mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders (Pertiwi dan Pratama, 2012). Mekanisme Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang dapat menciptakan suatu nilai tambah untuk semua para pihak yang berkepentingan. Jika suatu Corporate Governance diterapkan dengan baik dalam suatu perusahaan, maka pengawasan terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik sehingga dapat meminimalisir terjadinya tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut maka suatu perusahaan harus dapat menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Prinsip-prinsip GCG yang diterapkan dengan baik dalam perusahaan dapat mendorong pemahaman antara para pihak yang berkepentingan mengenai hak dan kewajiban, serta berfokus pada pencapaian kinerja perusahaan yang diharapkan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 pasal 3 tentang penerapan praktik corporate governance meliputi lima prinsip yaitu: Transparency (Transparansi), merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Independency (Kemandirian), merupakan suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh maupun

10 tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Accountability (Akuntabilitas), merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana ecara efektif. Responsibility (Pertanggungjawaban), merupakan kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Fairness (Kewajaran), merupakan keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. a. Unsur-unsur Good Corporate Governance Menurut Sutedi (2012) ada beberapa unsur-unsur dalam corporate governance yang bisa menjamin berfungsinya Good Corporate Governance : 1) Corporate Governance Internal Perusahaan Internal perusahaan adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan dan merupakan unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan. Unsur-unsur internal perusahaan tersebut sebagai berikut: - Pemegang saham - Direksi - Dewan komisaris - Manajer - Karyawan/serikat pekerja - Sistem remunerasi berdasar kinerja

11 - Komite audit 2) Corporate Governance External Perusahaan Unsur unsur yang berasal dari luar perusahaan dan unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan, dinamakan Corporate Governance External Perusahaan. Unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah antara lain: - Kecukupan undang-undang dan perangkat hukum - Investor - Institusi penyedia informasi - Akuntan public - Institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan - Pemberi pinjaman - Lembaga yang mengesahkan legalitas Dari berbagai unsur Corporate Governance yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan terfokus pada Dewan Komisaris, Komisaris Independen sebagai anggota dari dewan komisaris, dan Komite Audit. 1) Dewan Komisaris Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi (Republik Indonesia, 2007). Dewan Komisaris merupakan komponen vital dalam mekanisme internal yang memungkinkan pemecahan masalah lembaga yang melekat dalam mengelola setiap organisasi (Martsila dan Meiranto, 2013).

12 Dewan Komisaris bertugas mewakili kepentingan pemegang saham dan merupakan salah satu mekanisme yang dirancang untuk memantau konflik kepentingan dalam upaya memastikan bahwa baik pemilik maupun komponen kontrol pada akhirnya akan berkontribusi pada maksimalisasi nilai perusahaan. 2) Komisaris Independen Menurut UU No. 40 Tahun 2007, anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih Komisaris Independen. Komisaris independen (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas) adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan, hubungan kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga lainnya dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan dengan bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Republik Indonesia, 2007). Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka Komisaris Independen harus secara proaktif mengupayakan agar Dewan Komisaris melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi yang terkait.

13 3) Komite Audit Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002, menyatakan bahwa pengertian komite audit adalah suatu badan yang berada dibawah komisaris yang sekurang-kurangnya minimal satu orang anggota komisaris, dan dua orang ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan dan yang bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugas maupun pelaporannya (Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara, 2002). Komite audit bertaggungjawab langsung kepada komisaris atau dewan pengawas perusahaan. Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu mereka dalam mengawasi direksi dan tim manajemen, serta memastikan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Untuk melakukan tugas-tugasnya secara efektif, komite audit mempunyai akses penuh terhadap laporan-laporan keuangan, temuan-temuan audit internal dan catatan notulensi rapat direksi. Komite audit melakukan diskusi intensif dengan manajemen jika diperlukan, selain dengan auditor internal dan eksternal. 4. Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan perusahaan adalah perbandingan jumlah antara pemegang saham publik dengan yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam mendapatkan modal, salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menjual sahamnya. Semakin banyak saham dijual maka semakin banyak pula saham beredar di masyarakat (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Struktur kepemilikan dapat berupa investor individual, pemerintah, dan institusi swasta. Struktur kepemilikan terbagi dalam beberapa kategori. Secara

14 spesifik kategori struktur kepemilikan meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing, pemerintah, karyawan dan individual domestik. Struktur kepemilikan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam memonitor perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. a. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak investor institusional dari berbagai bidang perusahaan dan lembaga keuangan. Pihak institusional memilikii pengaruh yang cukup besar terhadap manajemen perusahaan seiring dengan jumlah prosentase kepemilikan yang besar yang ditanamkan oleh investor. Sebagai agen pengawas, kepemilikan institusional memiliki hak untuk dapat memonitor kegiatan operasional perusahaan (Septiana et al., 2016). Kepemilikan institusional ditunjukkan dengan tingginya persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi. Yang dimaksud dengan pihak institusi dalam hal ini berupa LSM, perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi maupun perusahaan swasta. Kepemilikan institusional pada umumnya memiliki proporsi kepemilikan dalam jumlah yang besar sehingga proses monitoring terhadap manajer menjadi lebih baik (Wiranata dan Nugrahanti, 2013).

15 b. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan suatu kondisi yang menggambarkan adanya kepemilikan saham oleh manajer dalam sebuah perusahaan. Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan manajerial. (Jensen dan Meckling, 1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. 5. Kinerja Perusahaan Menurut Syari (2014) Kinerja keuangan adalah ukuran tingkat perkembanganperkembangan perusahaan berdasarkan analisa aktivitas-aktivitas dan rasio-rasio keuangan sehingga menunjukkan apakah perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus atau tidak. Sedangkan menurut Lestari dan Yulianawati (2015) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam menilai kinerja perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaann dalam hal ini investor, manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu sesuai dengan tujuannya. Ketentuan tingkat kesehatan keuangan yang dimaksudkan agar

16 dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga jika kinerjanya baik, maka baik pula tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Tujuan pengukuran kinerja perusahaan penting untuk diketahui karena pengukuran yang dilakukan dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Salah satu tujuan terpenting dalam pengukuran kinerja keuangan adalah untuk menilai apakah tujuan yang ditetapkan perusahaan telah tercapai, sehingga kepentingan investor, kreditor dan pemegang saham dapat terpenuhi. B. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu menguraikan secara sistematis hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan penelitian saat ini. Dalam bagian ini dijelaskan objek yang diteliti oleh peneliti terdahulu, tujuan serta model yang digunakan, serta hasil dari penelitian tersebut. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan: Wati (2012) mengemukakan bahwa praktek Good Corporate Governance (CGPI) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan ROE dan NPM pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang masuk dalam daftar pemeringkatan oleh The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Praktek Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan uji t statistik dan regresi sederhana.

17 Puspitasari dan Ernawati (2010) dalam penelitian Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Badan Usaha mengemukakan bahwa Utang memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap ROA, Dimensi corporate governance yang merupakan mekanisme internal corporate governance berpengaruh tidak signifikan dengan menggunakan regresi berganda, uji normalitas dan uji asumsi klasik. Syari (2014) dalam penelitian Pengaruh Likuiditas dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Rokok di Bursa Efek Indonesia mengemukakan bahwa variabel likuiditas dan leverage secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yaitu ROA. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dan Goodnes of Fit (Uji Kesesuaian Model). Nurcahyani et al., (2011) dalam penelitian Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan mengemukakan bahwa good corporate governance berpengaruh terhadap ROE dan ROA. Serta kepemilikan institusional terdahap hubungan positif dan berpengaruh terhadap ROE dengan menggunakan regresi linier berganda, statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Widiyanti dan Elfina (2015) mengemukakan bahwa Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) secara parsial berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA) Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013 dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Financial Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sub Sektor Otomotif

18 dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan regresi linier berganda. (Widowati, 2012) dalam penelitian Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan regresi linier berganda dan uji asumsi klasik mengemukakan bahwa dewan komisaris independen dan komite audit serta struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan non-bumn yang terdaftar dalam BEI. Indarti dan Extaliyus (2013) dalam penelitian Pengaruh Corporate Governance Preception Index (CGPI), Struktur Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan regresi Ordinary Least Square (OLS) mengemukakan bahwa Good Corporate Governance yang diproksi skor Corporate Governance Preception Index (CGPI) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. C. PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1. Pengaruh Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) leverage merupakan pengukur aktiva yang dibiayai dengan hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor. Semakin besar leverage maka semakin besar juga risikonya, dan begitu pula sebaliknya. Risiko yang dimaksud adalah kemungkinan terjadinya gagal bayar.

19 Puspitasari dan Ernawati (2010) menyatakan semakin tinggi pendanaan perusahaan yang didapat dari pinjaman yang tercantum dalam nilai leverage peruhasaan, semakin tinggi pula konflik keagenan yang terjadi yang kemudian berdampak pada menurunnya kinerja keuangan perusahaan. H1 = Leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan 2. Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Ross dan Crossan (2012) menyatakan keberhasilan pelaksanaan Corporate Governance sangat ditentukan oleh kualitas pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris. Dewan Komisaris ditunjuk untuk mewakili pemegang saham mengawasi operasional badan usaha. Dengan banyaknya jumlah anggota dewan komisaris, maka pengawasan terhadap operasional badan usaha menjadi jauh lebih baik. Sehingga kinerja dari manajemen menjadi lebih baik dan berimbas pula pada meningkatnya kinerja perusahaan (Widagdo dan Chariri, 2014). H2 = Dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan 3. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Komisaris independen memiliki peran sebagai mediator antara manajer, auditor, serta pemegang saham. Menurut Widyati (2013) Komisaris independen bertindak sebagai pengawas manajemen dalam suatu perusahaan dan komisaris independen dapat mengontrol manajer untuk tidak melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris yang melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan semakin baik sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amir Khan (2012)

20 menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. H3 = Komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan 4. Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite audit sebagai suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris. Widyati (2013) menjelaskan tugas komite audit adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit, dan implementasi dari corporate governance di perusahaan. Menurut Anderson et al. (2004) semakin banyak jumlah komite audit yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan memberikan perlindungan dan kontrol yang lebih baik terhadap proses akuntansi dan keuangan dan pada akhirnya akan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan H4 = Komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan 5. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut Hamidah et al. (2013) kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak investor institusional dari berbagai bidang perusahaan dan lembaga keuangan. Kepemilikan Institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang optimal.

21 Nurcahyani et al. (2011) menyatakan kepemilikan saham oleh institusional dapat mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan dan keterlibatan kepemilikan saham institusi akan membuat manager termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan dan berhati-hati dalam pengambilan suatu keputusan. H5 = Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan 6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Kepemilikan manjerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Menurut Indarti dan Extaliyus (2013) semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan maka manajemen akan cenderung lebih giat untuk mementingkan kepentingan pemegang saham karena bila terdapat keputusan yang salah manajemen akan menanggung dampaknya. Harapan dari adanya kepemilikan manajerial agar para manajer puncak dapat lebih konsisten dalam menjalankan perusahaan. Sehingga dapat menciptakan keselarasan kepentingan antara manajer dan pemegang saham serta dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Candradewi dan Sedana (2016) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan pemilik perusahaan sekaligus menjadi pengelola perusahaan, karena jika pemilik bertindak sebagai pengelola perusahaan maka dalam pengambilan keputusan akan sangat berhati-hati agar tidak merugikan perusahaan. H6 = Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

22 D. KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leverage, struktur kepemilikan, dan good corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2012-2015. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen antara lain leverage, dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Untuk mempermudah pemahaman penjelasan di atas, kerangka pemikiran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Leverage Dewan Komisaris Komisaris Independen Komite Audit KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial

23