Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia. Agresi militer Belanda tahun 1948 Kondisi yang tidak stabil di daerah ini ditengarai dapat mengancam keutuhan NKRI pada saat itu. Surat Perintah Jawatan Praja di DI Yogyakarta Nomor 1 tahun 1948 tanggal 30 Oktober 1948 yang mengamanatkan didirikannya Detasemen Polisi Penjaga Keamanan Kapanewon yang kemudian tanggal 10 November 1948 diubah namanya menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja Tanggal 3 Maret 1950 berdasarkan Keputusan Mendagri Nomor UR.32/2/21 disebut dengan nama Kesatuan Polisi Pamong Praja Sejak saat itulah setiap tanggal 3 Maret selalu diperingati sebagai hari lahirnya Satpol PP. tujuan dasar atau khittahnya, yaitu sebagaimana Satpol. PP sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dapat terus konsisten dalam menjaga citra dan wibawa Pemerintah Daerah.
1. UNDANG-UNDANG NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. 2. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR : 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN UMUM SATPOL PP. 3. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG SATPOL PP. 4. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR : 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN. 5. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR : 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH.
UU 23 2014 Pasal 12 poin e) Ketentraman, ketertiban Umum dan Perlindungan Masy. Pasal 255 Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk untuk menegakkan PERDA dan PERKADA, menyelenggarakan Ketertiban umum dan ketentraman serta menyelenggarakan perlindungan Masyarakat
Fungsi Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Peraturan Kepala Daerah. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat di daerah. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat. Pelaksanaan koordinasi Peraturan Daerah, dan Peraturan Kepala Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah, atau aparatur lainnya. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Wewenang Melakukan tindak penertiban Non Yustisial terhadap warga masyarakat, aparatur/badan Hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah. Menindak warga/masyarakat, aparatur/badan Hukum, yang menggangu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat. Melakuakn tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur/badan Hukum, yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur/badan Hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda atau Peraturan Kepala Daerah
KEWAJIBAN Menjunjung tinggi Norma Hukum, Norma Agama, Hak Asasi Manusia, dan Norma Sosial lainnya yang hidup dan berkembang di Masyarakat. Mentaati disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Kode Etik Polisi Pamong Praja. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana, dan menyerahkan kepada PPNS atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah dan / atau Peraturan Walikota
1. Penegakan Peraturan Daerah (PERDA) 2. Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat 3. Penanganan Unjuk Rasa dan Kerusuhan Massa 4. Pengawalan Pejabat dan orang orang Penting 5. Pengamanan tempat tempat penting 6. Patroli Standar Operasional Prosedur SATPOL PP (Permendagri 54 Tahun 2011)
Penegakan PERATURAN DAERAH Ruang Lingkup: a. Melakukan pengarahan kepada masyarakat dan badan hukum yang melanggar Peraturan daerah b. Melakukan pembinaan dan atau sosialisasi kepada masyarakat dan badan Hukum c. Prefentif non yustisial d. Penindakan yustisial
a. Penindakan terhadap para pelanggar Peraturan daerah, terlebih dahulu menanda tangani surat pernyataaan bersedia dan sanggup mentaati dan mematuhi serta melaksanakan ketentuan dalam waktu 15 hari terhitung sejak penandatanganan surat pernyataan. b. Apabila tidak melaksanakan dan atau mengingkari syrat pernyataannya, maka akan diberikan: 1. Surat teguran pertama, dengan tenggang waktu 7(tujuh) hari 2. Surat teguran kedua dengan tenggang waktu 3 (tiga) hari 3. Surat teguran ketiga, dengan tenggang waktu 3 (tiga) hari c. Apabila tidak melaksanakan dan atau mengingkari surat teguran t ersebut, akan dilaporkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk dilakukan proses sesuai peraturan perundang undangan yang
Penindakan yang dilakukan oleh PPNS a. Penyelidikan (Pasal 149 UU No. 32 Tahun 2004) b. Penyidikan Pelanggaran PERDA c. Pemeriksaan d. Pemanggilan e. Pelaksanaan
Ketertiban Umum & Ketentraman Masyarakat Ruang Lingkup penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat terdiri dari pembinaan dan operasi penertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang menjadi kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja antara lain : a) Tertib tata ruang. b) Tertib jalan. c) Tertib angkutan jalan dan angkutan sungai. d) Tertib jalur hijau, taman dan tempat umum. e) Tertib sungai, saluran, kolam, dan pinggir pantai. f) Tertib lingkungan. g) Tertib tempat usaha dan usaha tertentu. h) Tertib bangunan. i) Tertib sosial. j) Tertib kesehatan. k) Tertib tempat hiburan dan keramaian. l) Tertib peran serta masyarakat. m) Ketentuan lain sepanjang telah di tetapkan dalam peraturan daerah masingmasing.
OBJEK DAN SUBJEK PENERTIBAN BANGUNAN Objek Penertiban bangunan meliputi bangunan yang didirikan tidak memiliki izin mendirikan bangunan ( IMB ), bangunan yang didirikan memiliki Izin Mendirikan Bangunan tapi tidak sesuai dengan izin mendirikan bangunan ( IMB ) yang ditertibkan. PERWALI Kota Makassar No. 25 tahun 2014 PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN MENDIRIKAN BANGUNAN Untuk kepentingan pengawasan dan pengendalian dapat dibentuk Tim pengawasan dan pengendalian kegiatan Mendirikan bangunan yang unsur keanggotaannya terdiri dari unsur Satuan polisi Pamong Praja dan unsur SKPD lain yg dianggap perlu dan ditetapkan dengan keputusan Walikota
TATA CARA PENERTIBAN Penertiban dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : a) Pemberian teguran tertulis pertama; b) Pemberian teguran tertulis kedua; c) Pemberian teguran tertulis ketiga; d) Penindakan / pelaksanaan penertiban
TINDAKAN PENERTIBAN BANGUNAN Pasal 7 1. setiap orang atau badan yang mendirikan bangunan tanpa memiliki IMB, memiliki IMB tetapi tidak sesuai dengan izin yang diberikan dikenakan sanksi tertulis 3 ( tiga ) kali dengan ketentuan sebagai berikut : a. Teguran tertulis perdana dengan tenggang waktu 2 (dua) hari kalender terhitung sejak tanggal penerimaan surat teguran; b. Teguran tertulis kedua dengan tenggang waktu 2 ( dua ) hari kalender terhitung sejak tanggal penerimaan surat teguran; c. Teguran tertulis ketiga dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari kelender terhitung sejak tanggal penerimaan surat teguran
Pembatalan dan pencabutan terhadap tindakan penertiban PASAL 8 TINDAKAN PENYEGELAN YANG TELAH DIKELUARKAN SEBAGAIMANA DIATUR DALAM KETENTUAN PERATURAN INI MENJADI BATAL DENGAN SENDIRINYA ( BATAL DEMI HUKUM ) APABILA : 1) PENDIRIAN BANGUNAN DAN PRASARANA BANGUNAN TELAH MEMPEROLEH IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ( IMB ) 2) BANGUNAN YANG TELAH MENYESUAIKAN TERHADAP IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ( IMB ) DAN GAMBAR RENCANA BANGUNAN YANG TELAH DI SAH KAN OLEH DINAS TATA RUANG DAN BANGUNAN
PEMBONGKARAN BANGUNAN Pasal 9 1. Dalam hal tidak dilakukan pembongkaran oleh pemilik bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Walikota untuk disampaikan kepada Satuan Polisi Pamong Praja dan Linmas agar dilakukan pembongkaran. 2. Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim yang terdiri dari unsur Satuan Polisi Pamong Praja dan Linmas, Unsur Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Unsur Camat dan Lurah serta Instansi lain yang dianggap perlu ( Unsur Kepolisian, Unsur TNI, dan unsur POM ).
Pasal 10 1. Dalam hal tertentu yang sifatnya mendesak untuk kepentingan tertib mendirikan bangunan, Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan dapat memerintahkan untuk melakukan penertiban atau pembongkaran baik sebagian maupun seluruh bangunan dan atau sarana dan prasarana bangunan 2. Tertib mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Bangunan yang didirikan tidak sesuai dengan peruntukan dan / atau melanggar garis sempadan b. Bangunan yang sudah ada dan melakukan kegiatan yang merubah fungsi bangunan sebelumnya c. Bangunan yang membahayakan keselamatan lalu lintas d. Bongkaran bangunan dan material bangunan yang dipandang dapat mengganggu keindahan dan kebersihan kota serta mengganggu kelancaran arus lalu lintas e. Sarana & prasarana bangunan yang tidak memenuhi persyaratan
BERMENTAL KUAT DISIPLIN DAN TAK KENAL RASA TAKUT DALAM PENEGAKAN PERDA UNTUK MENJAGA WIBAWA PEMERINTAH DAERAH BERPENAMPILAN MENARIK, LOYAL TERHADAP ATASAN DAN ATURAN YANG BERLAKU SERTA MEMILIKI JIWA KORSA TERHADAP KORPS SATPOL PP
SEKIAN TERIMA KASIH