Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

dokumen-dokumen yang mirip
PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Oleh : Rahayu Setyowati

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. selama lebih kurang 1 bulan yaitu pada bulan Mei-Juni 2013.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDANG KOMUNIKASI DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN BEDAH DAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruangan Interna RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR, KOMUNIKASI DAN TINDAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DILLA HERFINA*ERWIN**AGRINA***

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

INTISARI HUBUNGAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

Vol.6 No.2, September Dwi Handayani 1, Armina 2 Program Studi S1 Keperawatan STIKBA Jambi 1,2) E Mail :

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

BAB I PENDAHULUAN. pula. Setiap komunikasi memiliki tujuan masing-masing, baik dari yang

UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

A W Suranto Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Arikunto Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RASIDIN PADANG TAHUN 2014

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan Pasien. Nurse s Therapeutic Communications is Related with The Patient s Satisfaction

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

PENGARUH PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG INTERNA RSUD DAYA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

HUBUNGAN PERILAKU ASERTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG TERATAI RSUD dr. SOEGIRI LAMONGAN. Puguh Jaya*,Suratmi** ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

Jurnal Kesehatan Kartika 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Transkripsi:

S E K O L A H T I NG G I I L M U SY EDZ N A SA I K E S E H AT A N T I K A Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika http://syedzasaintika.ac.id/jurnal HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN JENIS KELAMIN PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPADA PASIEN Vino Rika Nofia Stikes Syedza Saintika ABSTRAK Perilaku perawat saat berkomunikasi terapeutik dengan pasien berhubungan dengan apa yang diketahui perawat dan seharusnya berbuat seperti yang diketahuinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Jenis Kelamin Perawat dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik kepada Pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini telah dilakukan di Ruangan Rawat Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman dimulai bulan September 2015 - bulan Februari 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruangan Rawat Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman yang berjumlah 33 orang. Sampel diambil secara total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner untuk diisi langsung oleh responden. Tahap pengolahan data melalui editing, coding, entry, cleaning dan tabulating dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian univariat menunjukkan responden dengan penerapan komunikasi terapeutik yang kurang baik yaitu 57,6%, responden dengan tingkat pengetahuan yang rendah mengenai komunikasi terapeutik yaitu 72,7%, dan responden dengan jenis kelamin perempuan 69,7%, laki-laki 30,3%. Dan hasil penelitian bivariat menggunakan uji chi square terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik (p = 0,019), terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik (p = 0,021). Kesimpulan penelitian ini bahwa semakin baik pengetahuan perawat maka pelaksanaan komunikasi terapeutik semakin baik, dan pelaksanna komunikasi terapeutik lebih baik pada perawat perempuan dibandingkan pada perawat laki-laki. Kata Kunci : Komunikasi terapeutik, pengetahuan, jenis kelamin PENDAHULUAN Perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan wewenang dalam melaksanakan atau memberikan perawatan kepada pasien yang mengalami masalah kesehatan (Rifiani dan Hartanti, 2013). Masalah kesehatan pada pasien dapat diketahui oleh perawat melalui komunikasi. Komunikasi ini merupakan proses yang berkesinambungan dan dinamis, dimana perawat dan pasien mengembangkan hubungan tidak hanya untuk berbagi informasi tetapi juga untuk membantu penyembuhan pasien (Sheldon, 2015). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu enyembuhan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan 55

komunikasi profesional bagi perawat (Damaiyanti, 2010). Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk penyembuhan pasien (Rifiani dan Hartanti, 2013). Komunikasi sangat penting pada proses keperawatan yaitu sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, tanpa komunikasi pelayanan keperawatan sulit untuk diaplikasikan. Dalam proses asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah prilaku pasien guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal, yang bertujuan untuk terapi, maka komunikasi dalam keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik (Suryani, 2006). Memiliki keterampilan berkomunikasi yang terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan dan memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan. Manfaat dari komunikasi terapeutik adalah mendorong kerja sama antara perawat dengan pasien melalui hubungan perawatpasien dan mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji masalah dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Damaiyanti, 2010). Berhasilnya komunikasi terapeutik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah perkembangan, persepsi, nilai, latar belakang sosial budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan, peranhubungan, lingkugan dan jarak. Tingkat pengetahuan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Penerapan komunikasi terapeutik di Rumah Sakit akan terlaksana dengan baik bila didukung oleh pengetahuan perawat mengenai komunikasi terapeutik ; baik tujuan, manfaat, prinsip, tahapan, maupun teknik-teknik dari Komunikasi terapeutik (Potter & Perry dalam Damaiyanti, 2010). Jenis kelamin mempengaruhi kemampuan komunikasi terapeutik perawat (Damaiyanti, 2010). Menurut Friedman (2012) mengatakan bahwa Pria memiliki sifat agresif dan Wanita memiliki sifat pengasuh. Menurutnya sebagian besar energi wanita dicurahkan untuk hamil, melahirkan dan menyusui, sehingga insting maternal ini menjadikan wanita memiliki kelebihan dalam merawat dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain. Hal ini akan sangat mempengaruhi komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat wanita yang memiliki sifat mengasuh dan merawat dibandingkan dengan perawat pria. Di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh Mahmud (2014) tentang Hubungan Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan kemampuan Komunikasi Terapeutik dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat 56

Inap Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango tahun 2014 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (74,4%) dengan pengetahuan komunikasi terapeutik kurang baik, memiliki kemampuan yang kurang baik pula dalam penerapan komunkasi terapeutik yaitu sebagan besar responden (76,9%). Dan Menurut Nurmeila (2014) dalam penelitiannya tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik kepada Pasien di Ruangan Rawat Inap Penyakit Dalam dan Bedah RSU Mayjen H. A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2014 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (60%) dengan pengetahuan rendah terhadap komunikasi terapeutik, memiliki kemampuan yang kurang baik dalam penerapan komunikasi terapeutik yaitu sebagian besar responden (85,7%). Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman merupakan Rumah Sakit Umum Milik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang dijadikan rujukan bagi Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada diwilayah kerja Sumatera Barat bahagian barat. Ruang Instalasi Rawat Inap Interne dan Bedah merupakan ruang rawat inap dengan jumlah pasien terbanyak dibandingkan dengan ruang rawat inap lain. Perawat yang bekeraja di Ruang Rawat Inap Interne berjumlah 33 orang, Interne 17 orang (4 orang perawat S1 dan 13 orang perawat DIII) dan Bedah berjumlah 16 orang (6 orang perawat S1 dan 10 orang perawat DIII). Adapun jumlah pasien rawat inap Interne pada bulan Januari sampai Oktober tahun 2015 yaitu 1347 orang, dengan ratarata pasien rawat inap perbulannya berjumlah 135 orang dimana Bed Occupation Rate (BOR) adalah 78,23%. Dan jumlah pasien yang dirawat Di Instalasi Rawat Inap Bedah bulan Januari sampai Oktober tahun 2015 yaitu 1458 orang, dengan rata-rata pasien rawat inap perbulannya berjumlah 145 orang dimana Bed Occupation Rate (BOR) adalah 67,81%. Berdasarkan survei awal penelitian pada tanggal 2 September 2015 terhadap 10 (sepuluh) orang perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman mengenai pengetahuan perawat tentang penerapan komunikasi terapeutik, 8 orang menyatakan tidak mengetahui pengertian komunikasi terapeutik, 7 orang mengatakan tidak mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik, 6 orang mengatakan tidak mengetahui manfaat dari komunikasi terapeutik, 7 orang mengatakan tidak mengetahui tahapan komunikasi terapeutik dan 8 orang mengatakan tidak mengetahui teknik dari komunikasi terapeutik. Dan dari pengamatan selama survei awal kepada perawat laki-laki dan perawat perempuan yang bekerja di Ruangan Rawat Inap Interne dan Bedah, menunjukkan bahwa 1 dari 4 orang perawat laki-laki sudah menyapa pasien dengan ramah sambil memperkenalkan diri dengan baik. Sedangkan 2 dari 4 perawat perempuan sudah menyapa pasien dengan ramah sambil memperkenalkan diri dengan baik. 57

Berdasarkan hal tersebut maka penulis telah melakukan penelitian tentang "Hubungan Pengetahuan dan Jenis Kelamin Perawat dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik kepada Pasien di Ruangan Rawat Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman Tahun 2016. METODE PENELITIAN Desaian penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study, Pada penelitian ini variabel independen adalah komunikasi terapeutik perawat, sedangan variabel dependennya adalah Pengetahuan dan Jenis Kelamin perawat. Penelitian ini HASIL PENELITIAN Volume7, Nomor 2, Desember 2016 58 telah dilakukan di Ruangan Rawat Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman, dimulai dari bulan Februari 2016. bulan September 2015 s/d Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruangan Rawat Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman pada bulan Februari 2016 yang berjumlah 33 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Populasi, dalam hal ini yang menjadi sampel adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruangan Rawat Inap Interne dan Bedah RSUD Pariaman sebanyak 33 orang responden. Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat Penerapan Komunikasi f % Terapeutik Kurang Baik 19 57,6 Baik 14 42,4 Jumlah 33 100 Berdasarkan tabel 1.1 diketahui lebih komunikasi terapeutik yang kurang baik dari separoh responden memiliki Penerapan yaitu 57,6%. Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Tingkat Pengetahuan f % Rendah 24 72,7 Tinggi 9 27,3 Jumlah 33 100 Berdasarkan tabel 1.2 diketahui pengetahuan yang rendah mengenai sebagian besar responden memiliki tingkat komunikasi terapeutik yaitu 72,7%. Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat Jenis Kelamin f % Laki-laki 10 30,3 Perempuan 23 69,7 Jumlah 33 100 Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

jenis kelamin perempuan yaitu 69,7% dan sebagian kecil responden memiliki jenis Volume7, Nomor 2, Desember 2016 kelamin laki-laki yaitu 30,3%. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Komunikasi Penerapan komunikasi terapeutik yang kurang baik lebih banyak pada responden dengan tingkat pengetahuan rendah (70,8%) dibandingkan pada tingkat pengetahuan tinggi (22,2%). Hasil uji statistik chi square didapatkan, ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik di ruangan rawat inap interne dan bedah RSUD Pariaman tahaun 2016 dengan nilai p = 0,019 (p value < 0,05). Hubungan Jenis kelamin Perawat dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Tabel 1.4 Penerapan Komunikasi Terapeutik Penerapan Komunikasi Terapeutik Jenis kelamin Kurang Baik Total Baik f % f % f % Laki-laki 9 90,0 1 10,0 10 100 Perempuan 10 43,5 13 56,5 23 100 Jumlah 19 57,6 14 42,4 33 100 Berdasarkan tabel 1.4 diketahui bahwa penerapan komunikasi terapeutik yang kurang baik lebih banyak pada responden dengan jenis kelamin laki-laki (90,0%) dibandingkan pada responden dengan jenis kelamin perempuan (43,5%). Hasil uji statistik chi square didapatkan, PEMBAHASAN 1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan komunikasi terapeutik yang kurang baik lebih banyak pada responden dengan tingkat pengetahuan rendah (70,8%) masih ditemukan sebagian kecil responden yang memiliki pengetahuan tinggi (22,2%) namun kurang baik dalam penerapan komunikasi terapeutik. Hasil uji p-value 0,021 ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik di ruangan rawat inap interne dan bedah RSUD Pariaman tahaun 2016 dengan nilai p = 0,021 (p value < 0,05). statistik chi square didapatkan, ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik di ruangan rawat inap interne dan bedah RSUD Pariaman tahaun 2016 dengan nilai p = 0,019 (p value < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana (2006) tentang hubungan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat terhadap 59

kemampuan komunikasi terapeutik perawat di Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto menggunakan uji chi-square dengan tingkat signifikansi (alfa = 0,05) diperoleh hasil p- value = 0,001 (p value < 0,05). Dari hasil penelitian tersebut membuktkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Terbukti bahwa pengetahuan akan mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik pada perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Damaiyanti (2010), bahwa Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2011), bahwa pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Menurut analisa peneliti terhadap panelitian ini adalah terdapatnya hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik disebabkan karena semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang perawat maka motivasi dan kesadaran untuk menerapkan komunikasi terapeutik akan semakin tingg pula. Sebaliknya jika pengetahuan rendah maka adanya kecendrungan perawat untuk tidak menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik. Masih ditemukan sebagian kecil responden yang memiliki pengetahuan tinggi (22,2%) namun kurang baik dalam penerapan komunikasi terapeutik hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi dan tidak adanya reword dari rumah sakit itu sendiri bagi perawat yang menerapkan komunikasi terapeutik yang baik, serta juga dipengaruhi oleh persepsi, nilai, lingkungan, peran dan hubungan, budaya, dan faktor emosi. 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan komunikasi terapeutik yang kurang baik lebih banyak pada responden dengan jenis kelamin lakilaki (90,0%) dibandingkan pada responden dengan jenis kelamin perempuan (43,5%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square didapatkan, ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik di ruangan rawat inap interne dan bedah RSUD Pariaman tahaun 2016 dengan nilai p = 0,021 (p value < 0,05). Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tanned 60

dalam Damaiyanti (2010) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam grup kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki, dilain pihak, menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian dari aktivitas dalam grup yang lebih besar, dimana jika mereka ingin berteman mereka melakukannya dengan bermain. Menurut Friedman (2012) mengatakan bahwa Pria memiliki sifat agresif dan Wanita memiliki sifat pengasuh. Menurutnya sebagian besar energi wanita dicurahkan untuk hamil, melahirkan dan menyusui, sehingga insting maternal ini menjadikan wanita memiliki kelebihan dalam merawat dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain. Hal ini akan sangat mempengaruhi komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat wanita yang memiliki sifat mengasuh dan merawat dibandingkan dengan perawat Pria. Menurut analisa peneliti terhadap panelitian ini adalah terdapatnya hubungan jenis kelamin perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik disebabkan karena sifat dan karakter dari seorang laki-laki yang cendrung tegas, simple dan tidak banyak beramah tamah, sedangkan karakter dari perempuan adalah keibuan, perhatian, senang beramah tamah dan sensitif terhadap perasaan orang lain. Masih ditemukan kurang dari separuh responden yang memiliki jenis kelamin perempuan (43,5%) namun kurang baik dalam penerapan komunikasi terapeutik hal ini disebabkan karena perempuan walaupun memiliki sisi lebih dari laki-laki dari segi kemampuan berkomunikasi dan sifat pengasuh/merawat, namun dari segi emosionalitas memiliki sifat subjektif dan sentimental KESIMPULAN Berdasarkan analisis data hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan jenis kelamin perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik kepada pasien di Ruangan Rawat Inap Interne Dan Bedah RSUD Pariaman Tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa terdapat lebih dari separoh responden yaitu (57,6%) memiliki Penerapan komunikasi terapeutik yang kurang baik, Sebagian besar responden yaitu (72,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah mengenai komunikasi terapeutik, Sebagian besar responden memiliki jenis keamin perempuan yaitu 69,7% dan laki-laki yaitu 30,3% terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik di Ruangan Rawat Inap Interne Dan Bedah RSUD Pariaman Tahun 2016. (p = 0,019). Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin perawat dengan penerapan komunikasi terapeutik di Ruangan Rawat Inap Interne Dan Bedah RSUD Pariaman Tahun 2016. (p = 0,021). DAFTAR PUSTAKA 61

Abdad, Fairus Ali. 2012. Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik di Unit Rawat Umum Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Skripsi. FIK UI Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Penekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bennita. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing. Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutk.. Bandung : Refika Aditama. Diana. 2006. Hubungan Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Terhadap Kemampuan Komunikasi Terapeutik Perawa di Rumah Sakit Elisabeth Yogyakarta. Skripsi. Universitas Jendral Sudirman. Ermanto dan Emidar. 2014. Bahasa Indonesia Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Padang : UNP Press. Ester, Monica. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Friedman,Howard dan Miriam Scustack. 2012. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta : Erlangga. Hardani, Wibi. 2012. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta : Erlanggga. Herimanto. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Mahmud, Mayanti. 2014. Hubungan Pengetahuan Komunikasi Terapeutik dengan Kemampuan Komunikasi Terapeutik alam Melaksanakan Asuhan keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSU Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.Skripsi. FIKK UNG. Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta Selatan : Salemba Medika. Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Nasir, Abdul. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmojo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nurmeilia, Seprima. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik kepada Pasien di Ruangan Penyakit Dalam dan Bedah Rumah Sakit Umum Mayjen H. A. Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2014. Skripsi. Stikes Syedza Saintika Padang. Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta Selatan : Salemba Medika. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC. Risfiani,Nisya dan Hartanti Sulihandri. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta Timur : Dunia Cerdas. Sheldon, Lisa Kennedy. 2015. Komunikasi untuk Keperawatan Berbicara dengan Pasien. Jakarta : Erlangga Suryani. 2006. Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktik. Jakarta : EGC. Susanti, Irma Liza. 2014. Hubungan Komunikasi Terapeutik Dan Mutu Pelayanan Perawat Dengan Kepuasa Pesien Dibangsal Rawat Ianap RSU Mayjen H. A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2014. Padang : StikesSyedza Saintika. Vaughans, Bennita W. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing. Wahyuningsih, Esty. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. 62

63