BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. laku yang sesuai dengan petunjuk agama Islam. 2 Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 1 Dalam konteks kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. 1. bangsa ini tidak akan berkembang dan akan tertinggal dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat dan martabatnya. Seiring dengan perputaran waktu. normatif yang lebih baik dan mampu menjawab tantangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan potensi- potensi yang dimiliki agar senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan sarana agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, perkembangan dan kebutuhan zaman. Di antaranya harus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. emosional, responbilitas (tanggung jawab) dan sosiabilitas. 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitan Pendidikan merupakan bahasan penting dalam setiap insan. Keberadaannya dianggap suatu hal yang mendasar dan pokok dalam setiap kehidupan manusia. Kerap kali pendidikan dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 terkait dengan tujuan pendidikan nasional yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembalikan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. 1 Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 8. 2 Rofa ah, Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 1. 1

2 Pendidikan agama Islam dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 3 Bicara mengenai pendidikan, tentunya tidak terlepas dari upaya seorang guru untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Karena dalam instansi pendidikan, yang namanya guru itu selalu mendominasi. Sebab, guru yang ikut andil dan berperan langsung untuk mewujudkan itu semua. Oleh karena itu dibutuhkan figur seorang guru yang ideal. Guru yang bertaqwa, berkompeten dan profesional. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 yang tertuang pada Bab 1, Pasal 1, Ayat 1, guru adalah pendidik profesional yang tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 4 Dalam Islam guru merupakan profesi yang amat mulia, karena pendidikan adalah salah satu tema sentral Islam. Nabi Muhammad sendiri sering disebut sebagai pendidik kemanusiaan. Seorang guru haruslah bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Dengan 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Bandung: Fokus media, 2003), hal. 3. 4 Mulyasa A. Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 25.

3 demikian, seseorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam. Guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, tetapi merupakan sumber ilmu dan moral. Yang akan membentuk seluruh pribadi anak didiknya, menjadi manusia yang berkepribadian mulia. 5 Dari pemaparan diatas sudah dikatakan dengan jelas bahwa untuk menjadi seorang guru, apalagi guru pendidikan agama Islam itu memiliki beban tugas yang berat. Sebab, selain memberikan ilmu pengetahuan yang berupa materi, juga harus mampu membentuk sikap ataupun moral siswa sesuai dengan ajaran-nya. Dengan tujuan, agar siswa dapat menjadi orang yang berilmu, sholeh dan bersikap mulia. Untuk itu, dibutuhkan upaya ekstra dari seorang guru untuk mewujudkan itu semua. Seorang guru haruslah berwibawa, bermartabat, dan baik tingkah lakunya, karena ia sebagai orang yang selalu digugu dan ditiru yang patut diteladani baik oleh anak didik maupun masyarakat sekelilingnya. Guru pendidikan agama Islam mengajarkan tentang agama Islam, jadi mereka bertanggung jawab dunia akhirat terhadap apa yang mereka ajarkan dan sampaikan pada peserta didiknya. Tanggung jawab ini antara lain tentang kebenaran materi yang ia sampaikan serta tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tugas yang ia terima. 5 Akhyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya: Elkaf, 2005), hal. 2.

4 Diantara upaya yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam selain dari aspek kognitif, juga dari aspek afektif. Salah satu aspek afektif yang utama yang harus ada ada pada pendidikan agama Islam adalah sikap religius. Dengan adanya sikap religius, maka yang harus dilakukan guru pendidikan agama Islam adalah membentuk sikap religius siswa, menjadikan siswa agar bertaqwa kepada Allah dan mengerti akan ajarannya. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan pembinaan imtaq yaitu transformasi nilai-nilai keagamaan, seperti iman, taqwa, kebajikan, akhlak dan lain sebagainya. Karena realita pada zaman sekarang ini pemahaman akan agama dan perilaku religiusnya sangat jauh berbeda. Contohnya yaitu banyak pelajar yang terlibat dalam tindakan pidana, seperti tawuran, penggunaan narkoba, pencurian, pemerkosaan, pergaulan bebas dan sebagainya. Sikap religius terbentuk karena adanya nilai-nilai religius yang telah ditanamkan pada diri seseorang secara terus menerus dan membentuk suatu kebiasaan, serta dipupuk dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi tidak semua orang mampu bersikap religius, karena pada dasarnya semua hal itu selalu tergantung pada diri sendiri. Seseorang dalam bersikap sehari-sehari haruslah berdasarkan nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah, dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku sesuai dengan aturan-aturan Illahi untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Bila nilai-nilai religius tersebut telah tertanam pada diri siswa dan dipupuk dengan baik, maka dengan sendirinya akan tumbuh menjadi jiwa agama.

5 Pendidikan agama Islam di sekolah umum pada dasarnya bertujuan untuk membentuk akhlak yang baik dan mulia menuju manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak, dan terampil. Pendidikan agama Islam dirancang untuk menumbuhkan nilai-nilai religius keagamaan sebagai bentuk untuk menghindarkan peserta didik dari benturan-benturan nilai-nilai religius keagamaan, mengantisipasi adanya budaya-budaya yang masuk dari luar dan bahaya pergaulan yang makin bebas dikalangan para remaja. Namun selama ini pendidikan agama Islam di sekolah sering dianggap kurang berhasil dalam menggarap sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik serta membangun moral dan etika bangsa. Realitanya tawuran antar pelajar yang terjadi di Indonesia semakin marak dan membuat resah masyarakat. Pelajar yang semestinya menghabiskan waktu di sekolah malah menjadi aktor tindak kekerasan yang tampak lewat aksi-aksi anarkis seperti saling pukul dan saling lempar, tindak kekerasan dengan guru dan pergaulan bebas. Bermacam-macam argumen yang dikemukakan untuk memperkuat statemen tersebut, antara lain adanya indikator-indikator kelemahan yang melekat pada pelaksanaan pendidikan agama di sekolah, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) PAI kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi "makna" dan "nilai" atau kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik. (2) PAI kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama

6 dengan program-program pendidikan non-agama. (3) PAI kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya, atau bersifat statis kontekstual dan lepas dari sejarah sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. 6 Berbagai macam problem pendidikan agama Islam tersebut sebenarnya merupakan tanggung jawab semua pihak, baik keluarga, pemerintah maupun masyarakat, baik yang terkait langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pendidikan agama Islam. Namun demikian, secara lebih spesifik guru pendidikan agama Islam di sekolah yang terkait langsung dengan pelaksanaan pendidikan Islam dituntut untuk mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. 7 Dari pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMAN 1 Kedungwaru sebagai lembaga formal yang latar belakang sekolahnya bersifat umum dan juga termasuk salah satu sekolah favorit di kabupaten Tulungagung. Selain itu berdasarkan observasi awal yang saya lakukan disana, mendapati bahwa beberapa nilai religius sudah ditanamkan disana. Diantaranya ada sholat jama ah dhuhur, sholat jama ah dhuha, sholat hajat bagi kelas 12, istighosah dan setiap hari jum at ada sholat jum at untuk semua siswa laki-laki, kemudian ada kajian Islami untuk siswa perempuan. Kemudian juga ada extra keagamaan seperti sholawat, qiro ah, tartil al- 6 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 123-123. 7 Muhaimin, et. all., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 92.

7 qur an, serta ada organisasi ketakmiran masjid. Selanjutnya juga ada pembiasaan perilaku keagamaan seperti membaca qur an, membayar infaq di hari jum at dan pembiasaan berdo a sebelum pembelajaran dimulai, serta untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam ada hafalan surat-surat pendek. Saat ada PHBI, sekolah tersebut juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan. Fakta tersebut merupakan hal yang sangat menarik dan unik untuk diteliti, sekaligus yang menjadi alasan utama peneliti untuk mengetahui upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk sikap religius siswa. Sehubungan dengan hal itu, peneliti menganggap bahwa begitu pentingnya upaya guru dalam membentuk sikap religius siswa guna untuk mencapai pendidikan yang lebih maju dan unggul dalam bidang umum dan agama khusunya. Untuk itu peneliti mengambil judul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Sikap Religius Siswa di SMAN 1 Kedungwaru B. Fokus Penelitian Berdasarkan konteks penelitian diatas maka penulis menguraikan fokus penelitian dibawah ini: 1. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai religius untuk membentuk sikap religius siswa di SMAN 1 Kedungwaru?

8 2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan intrakurikuler untuk membentuk sikap religius siswa pada di SMAN 1 Kedungwaru? 3. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk membentuk sikap religius siswa pada di SMAN 1 Kedungwaru? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai religius untuk membentuk sikap religius siswa di SMAN 1 Kedungwaru. 2. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan intrakurikuler untuk membentuk sikap religius siswa di SMAN 1 Kedungwaru. 3. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk membentuk sikap religius siswa di SMAN 1 Kedungwaru. D. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis

9 Dari hasil penelitian ini diharapakan agar dapat mengetahui nilainilai religius yang ditanamkan guru pendidikan agama Islam kepada siswa dan menemukan suatu cara guru pendidikan agama Islam dalam membentuk sikap religius siswa pada poses kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, dapat menjadi sumber wawasan atau khazanah keilmuan. 2. Secara praktis a. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi guru agar tercapai keberhasilan proses belajar mengajar yang sesuai dengan harapan. b. Bagi peneliti berikutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi peneliti yang lain untuk dapat dijadikan penunjang dan pengembangan penelitian yang relevan dengan penelitian ini. c. Bagi guru Untuk menambah wawasan dan menemukan suatu cara dalam membentuk sikap religius siswa. Dengan harapan agar terbentuknya sikap religius kepada siswa agar menjadi manusia yang taat beribadah dan bertaqwa kepada Allah, sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.

10 d. Bagi masyarakat Untuk memberikan wawasan kepada mereka akan pentingnya pendidikan yang menyangkut perilaku, salah satunya meningkatkan sikap religius. Sebagaimana upaya pemberdayaan masyarakat yang bermutu dan bertanggungjawab, serta bertaqwa. e. Bagi orangtua Mengingatkan peran mereka yang sangat dominan dalam mendidik anak, sebagaimana turut serta dalam mendidik generasi bangsa. E. Penegasan Istilah Istilah-istilah yang dipandang penting untuk dijelaskan dalam penelitian ini dan untuk menghindari kesalahpahaman pembaca adalah sebagai berikut: 1. Konseptual a. Upaya Upaya adalah usaha; akal; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb). 8 Upaya yang diorientasikan di sini adalah upaya atau usaha yang dikerahkan guru dalam membentuk sikap religius pada peserta didik yang berimplikasi pada tumbuhnya kesadaran terhadap pengamalan ajaran Islam di sekolah maupun di luar sekolah. 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 1595.

11 b. Guru Pendidikan Agama Islam Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. 9 Sedangkan pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. 10 Jadi, guru pendidikan agama Islam adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan agama yang sesuai dengan alqur an dan al-hadits kepada peserta didik. c. Sikap Religius Sikap adalah perbuatan atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus. 11 Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 12 Jadi, sikap religius adalah perbuatan atau tingkah laku yang sesuai dengan ajaran al-qur an dan al-hadits, serta tidak menimbulkan kekacauan kepada pemeluk agama lain. 9 Akhyak, Profil Pendidikan, hal. 3. 10 Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan agama Islam, (Jakarta:PT Bina Ilmu, 2004, hal. 12. 11 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 141. 12 Ulil Amri Syafri, Pendidikan karakter berbasis Al-qur an, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hal. 11.

12 2. Operasional Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk sikap religius siswa, dengan mendeskripsikan nilai-nilai religius yang ditanamkan guru pendidikan agama Islam kepada siswa, dengan mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam pada proses kegiatan intrakurikuler dan pada kegiatan ekstrakurikuler dalam proses pembentukan sikap religius siswa. F. Sistematika Penulisan Skripsi Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut: 1. Bagian Awal Bagian awal terdiri dari halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan penguji, halaman pernyataan keaslian, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar gambar, halaman daftar lampiran, dan halaman abstrak, 2. Bagian Inti Pada bagian inti ini memuat uraian sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari beberapa sub-bab yaitu: konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan. Bab II : Kajian Pustaka, pada bab ini terdiri dari: tinjauan tentang guru Pendidikan Agama Islam, tinjauan tentang upaya guru pendidikan

13 agama Islam dalam membentuk sikap religius siswa dan tinjauan tentang sikap religius. Bab III : Metode Penelitian, pada bab ini meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian. Bab IV : Hasil Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang paparan data yang disajikan dalam topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan penelitian dan hasil analisis data. Bab V : Pembahasan, pada bab ini memuat keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan atau teori yang yang ditemukan terhadap teori-teori temuan sebelumnya, serta intepetasi dan penjelasan dari temuan teori yang diungkap dari lapangan. Bab V : Penutup, pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir Pada bagian akhir ini memuat uraian tentang daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan dan daftar riwayat hidup.