PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang efektivitas dan optimalisasi pelaksanaan kegiatan metrologi legal serta untuk meningkatkan pelayanan metrologi legal guna mewujudkan tertib ukur berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, perlu didukung dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia Metrologi Legal yang profesional berbasis kompetensi dalam jumlah yang memadai; b. bahwa untuk menghadapi perkembangan kegiatan Metrologi Legal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu mengatur kembali pengelolaan Sumber Daya Manusia Metrologi Legal; c. bahwa Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69/M- DAG/PER/10/2014 tentang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kemetrologian, sudah tidak relevan sehingga perlu dicabut; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Metrologi Legal;
- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
- 3 - Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4019); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037); 11. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 12. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2104-2019; 13. Keputusan Presiden Nomor 83/P Tahun 2016 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 14. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 90); 15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penera dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1796);
- 4-16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pengamat Tera dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1796); 17. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kemetrologian dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1797); 18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Kemetrologian dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1798); 19. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 539/MPP/Kep/9/2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyesuaian, Pengangkatan, Kenaikan Pangkat/Jabatan, Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali, dan Pemberhentian Dalam dan Dari Jabatan Fungsional Penera; 20. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/3/2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 63/M-DAG/PER/10/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/3/2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian; 21. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 210;
- 5-22. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 698); 23. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/10/2014 tentang Tera dan Tera Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang Ditera dan Ditera Ulang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1565); 24. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 202); 25. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/M-DAG/PER/8/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Kemetrologian dan Bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu di lingkungan Kementerian Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 1217); 26. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 73/M-DAG/PER/10/2016 tentang Tingkat Kesulitan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya dan Alat Ukur Metrologi Teknis serta Tingkatan Standar dan Peralatan/Perlengkapan Standar (Berita Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 1613); 27. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 78/M-DAG/PER/11/2016 tentang Unit Metrologi Legal (Berita Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 1719); 28. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 26/M-DAG/PER/5/2017 tentang Pengawasan Metrologi Legal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 674);
- 6-29. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 46/M-DAG/PER/7/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Kementerian Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 971); MEMUTUSKAN: MENETAPKAN : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran. 2. Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang selanjutnya disingkat UTTP adalah alat-alat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. 3. Sumber Daya Manusia Metrologi Legal yang selanjutnya disingkat SDM Metrologi Legal adalah pegawai yang bertugas melakukan kegiatan peneraan, pengelolaan standar dan laboratorium, pengamatan dan/atau pengawasan di bidang Metrologi Legal. 4. Jabatan Fungsional Kemetrologian adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan peneraan, pengelolaan standar dan laboratorium, pengamatan dan/atau pengawasan di bidang Metrologi Legal.
- 7-5. Penera adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan peneraan. 6. Pranata Laboratorium Kemetrologian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengelolaan standar ukuran dan laboratorium Metrologi Legal. 7. Pengawas Kemetrologian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengamatan tera dan pengawasan Metrologi Legal. 8. Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang selanjutnya disingkat BDKT adalah barang atau komoditas tertentu yang dimasukkan ke dalam kemasan tertutup, dan untuk mempergunakannya harus merusak kemasan atau segel kemasan yang kuantitasnya telah ditentukan dan dinyatakan pada label sebelum diedarkan, dijual, ditawarkan, atau dipamerkan. 9. Satuan Ukuran adalah satuan yang merupakan ukuran dari satuan suatu besaran berdasarkan peraturan perundang-undangan. 10. Tera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas UTTP yang belum dipakai. 11. Tera Ulang adalah hal menandai berkala dengan tanda-tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera
- 8 - batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas UTTP yang telah ditera. 12. Menjustir adalah mencocokan atau melakukan perbaikan ringan dengan tujuan agar alat yang dicocokan atau diperbaiki itu memenuhi persyaratan tera atau tera ulang. 13. Pengamatan Tera adalah tindakan mengamati atau memantau penerapan ketentuan mengenai Alat Ukur, BDKT, dan satuan ukuran untuk mencegah terjadinya tindak pidana sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. 14. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan UTTP, BDKT dan Satuan Ukuran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 15. Pengelolaan Standar Ukuran dan Laboratorium Metrologi Legal adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan ketertelusuran standar baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional dan pemenuhan terhadap sistem manajemen mutu laboratorium yang di tetapkan. 16. Laboratorium Metrologi Legal adalah tempat tertentu yang dilengkapi dengan perlengkapan dan standar ukuran yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk menyelenggarakan kegiatan Metrologi Legal dan secara legal dapat dipertanggungjawabkan kemampuannya. 17. Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian yang selanjutnya disebut Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, keahlian dan/atau sikap, dan perilaku SDM Metrologi Legal. 18. Bimbingan Teknis yang selanjutnya disebut Bimtek adalah kegiatan memberikan bimbingan dalam rangka peningkatan kompetensi teknis tertentu.
- 9-19. Direktorat Metrologi adalah unit organisasi di lingkungan Kementerian Perdagangan yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan, pelaksanaan dan pengendalian kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan di bidang Metrologi Legal. 20. Unit Pelaksana Teknis Bidang Kemetrologian yang selanjutnya disebut UPT adalah unsur pelaksana tugas teknis di bidang Metrologi Legal yang berada di bawah Direktorat Metrologi. 21. Unit Metrologi Legal yang selanjutnya disebut UML adalah satuan kerja pada Dinas Provinsi DKI Jakarta atau Dinas Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan kegiatan tera, tera ulang UTTP dan pengawasan di bidang Metrologi Legal. 22. Dinas adalah Dinas yang membidangi Perdagangan di Kabupaten/Kota dan Provinsi DKI Jakarta. 23. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan. 24. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan. 25. Direktur adalah Direktur Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan. 26. Kepala Dinas Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas di daerah Kabupaten/Kota yang membidangi urusan perdagangan. 27. Kepala Dinas Provinsi DKI Jakarta adalah Kepala Dinas di Provinsi DKI Jakarta yang membidangi urusan perdagangan. 28. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pembinaan manajemen ASN
- 10 - di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 2 Jenis SDM Metrologi Legal, meliputi: a. Penera; b. Pranata Laboratorium Kemetrologian; dan c. Pengawas Kemetrologian. Pasal 3 Syarat untuk dapat diangkat menjadi SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, sebagai berikut: a. Pegawai Negeri Sipil. b. sehat jasmani dan rohani. c. lulus Pelatihan kompetensi sesuai dengan jabatannya. d. bertugas di Direktorat Metrologi, UPT atau UML. Pasal 4 SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, harus memiliki latar belakang pendidikan paling rendah: a. Diploma III (D-3) jurusan Metrologi dan Instrumentasi, MIPA, atau jurusan teknik lainnya dengan pangkat Pengatur dan golongan/ruang II/c, untuk Penera; b. Sarjana (S-1) dengan jurusan teknik atau MIPA dengan pangkat Penata Muda dan golongan/ruang III/a, untuk Pranata Laboratorium Kemetrologian; atau c. Sarjana (S-1) diutamakan jurusan Teknik/MIPA dengan pangkat Penata Muda dan golongan/ruang III/a, untuk Pengawas Kemetrologian.
- 11 - Pasal 5 (1) Penera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a mempunyai tugas: a. mengelola instalasi uji dan/atau perlengkapan standar untuk Tera dan/atau Tera Ulang UTTP; b. menera dan/atau menera ulang setiap UTTP yang diajukan oleh wajib Tera dan/atau wajib Tera Ulang; c. menguji UTTP dalam rangka pemberian Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik, khusus untuk Penera yang bertugas di UPT; d. melakukan pengujian ulang terhadap UTTP, dalam hal ada pengaduan; dan e. mengelola cap tanda tera. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penera mempunyai tanggung jawab: a. memberikan penjelasan, informasi, atau keterangan kegiatan Tera dan/atau Tera Ulang UTTP kepada wajib Tera dan/atau wajib Tera Ulang; b. menolak UTTP yang tidak dapat dilayani untuk dilakukan kegiatan Tera dan/atau Tera Ulang; c. menjelaskan kepada wajib Tera dan/atau wajib Tera Ulang tentang pembatalan atau perusakan UTTP yang tidak memenuhi syarat atau ketentuan teknis yang berlaku; dan d. membuat berita acara dan/atau laporan hasil pemeriksaan dan pengujian UTTP yang ditera atau ditera ulang. Pasal 6 (1) Pranata Laboratorium Kemetrologian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b mempunyai tugas: a. mengelola Laboratorium Metrologi Legal; dan
- 12 - b. mengelola standar metrologi legal dan peralatan atau perlengkapannya; (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pranata Laboratorium Kemetrologian mempunyai tanggung jawab: a. melaksanakan kalibrasi alat ukur metrologi teknis; b. melaksanakan pengendalian dokumen sistem manajemen mutu/ Standar Operasional Prosedur Wajib; c. melakukan pengkajian permintaan dan kontrak; d. menyelesaikan pengaduan Laboratorium Metrologi Legal atau wajib Tera; e. melaksanakan audit internal sistem mutu; f. melakukan pengkajian manajemen Laboratorium Metrologi Legal; g. melakukan validasi dan penerapan metode uji verifikasi; h. melakukan cek antara; i. melaksanakan interkomparasi; j. melaksanakan kegiatan replika verifikasi/pengujian; k. melakukan persiapan dan tindakan perbaikan dalam rangka akreditasi Laboratorium Metrologi Legal; l. melakukan penilaian terhadap UML Kabupaten/ Kota; dan m. melakukan surveillance Laboratorium Metrologi Legal. Pasal 7 (1) Pengawas Kemetrologian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c mempunyai tugas: a. melakukan pengamatan dan pengawasan UTTP; b. melakukan pengamatan dan pengawasan BDKT; dan
- 13 - c. melakukan pengamatan dan pengawasan penggunaan satuan ukuran. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengawas Kemetrologian mempunyai tanggung jawab: a. melaksanakan penyuluhan dalam rangka pemberdayaan masyarakat; b. melakukan perlindungan masyakarat dalam hal penggunaan UTTP, BDKT, dan Satuan Ukuran atau penyidikan tindak pidana di bidang Metrologi Legal; c. melakukan pengembangan kualitas pengawasan metrologi legal yang bersifat preventif; dan d. menyelesaikan pengaduan masyarakat. Pasal 8 (1) SDM Metrologi Legal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, dan pasal 7, harus memiliki kompetensi. (2) Kompetensi SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam suatu standar kompetensi. (3) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 9 (1) Menteri menetapkan kewenangan SDM Metrologi Legal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, dan pasal 7. (2) Menteri mendelegasikan penetapan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Jenderal.
- 14 - Pasal 10 Penera mempunyai kewenangan sebagai berikut: a. mengesahkan UTTP yang telah memenuhi syarat teknis; b. menjustir UTTP yang belum memenuhi batas kesalahan yang diijinkan; c. menolak memberikan tanda sah terhadap UTTP batal atau tidak memenuhi persyaratan; d. menolak melakukan kegiatan tera atau tera ulang UTTP, apabila tidak memenuhi persyaratan administratif dan syarat teknis; e. membubuhkan tanda batal atau merusak UTTP yang tidak memenuhi syarat teknis serta tidak dapat diperbaiki lagi; dan f. menggunakan cap tanda tera inisial yang telah ditetapkan. Pasal 11 Pranata Laboratorium Kemetrologian mempunyai kewenangan: a. melakukan penilaian, surveillance, atau penilaian ulang sesuai petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal; b. melakukan kalibrasi alat ukur metrologi teknis, verifikasi standar, atau pengelolaan laboratorium kemetrologian sesuai prosedur terdokumentasi; dan c. melakukan pengelolaan dokumen sistem mutu sesuai Standar Operasional Prosedur. Pasal 12 Pengawas Kemetrologian mempunyai kewenangan sebagai berikut: a. melakukan pengamanan terhadap barang yang dianggap sebagai bukti awal dan/atau lokasi atau tempat barang dimaksud; b. melakukan penyegelan terhadap barang yang dianggap sebagai barang bukti;
- 15 - c. melakukan penyitaan terhadap barang yang dianggap sebagai barang bukti; d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana di bidang metrologi legal; e. melakukan permintaan bantuan Penyidik POLRI dalam rangka kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang metrologi legal. Pasal 14 Materi Keputusan Penetapan Kewenangan SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, meliputi: a. nama; b. NIP; c. pangkat, golongan/ruang; d. jabatan; e. unit organisasi; f. tugas dan tanggung jawab; g. kewenangan; dan h. Tanda Pegawai Berhak, khusus untuk Penera. Pasal 15 Syarat dan tata cara penetapan kewenangan sebagai SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 16 Dalam rangka penegakan hukum di bidang Metrologi Legal, SDM Metrologi Legal dapat memberikan keterangan sebagai ahli sesuai tugas, tanggung jawab, dan kewenangannya.
- 16 - Pasal 17 (1) Direktur Jenderal dapat mencabut Keputusan Penetapan Kewenangan SDM Metrologi Legal. (2) Pencabutan Keputusan Penetapan Kewenangan SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan menerbitkan Keputusan Pencabutan Penetapan Kewenangan SDM Metrologi Legal. Pasal 18 (1) Pencabutan penetapan kewenangan SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, disebabkan SDM Metrologi Legal: a. meninggal dunia; b. pensiun; c. mengundurkan diri dari Pegawai Negeri Sipil; d. tidak dapat memenuhi angka kredit yang ditetapkan; e. melakukan penyalahgunaan wewenang sebagai SDM Metrologi Legal; f. melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan kualifikasi jenis hukuman disiplin berat; g. dipindahkan/penyesuaian ke dalam jabatan fungsional lainnya (inpassing); h. tidak melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai SDM Metrologi Legal paling lama 1 (satu) tahun setelah ditetapkan kewenangannya; i. diangkat dalam jabatan struktural yang kompetensi dan bidang tugasnya tidak sama dan dapat dipisahkan dengan kompetensi dan bidang tugas SDM Metrologi Legal; dan/atau j. dimutasikan ke unit kerja lain yang tidak menyelenggarakan kegiatan Metrologi Legal. (2) Pencabutan kewenangan SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat permanen, kecuali huruf h, huruf i, dan huruf j.
- 17 - (3) Selain pencabutan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), SDM Metrologi Legal dapat dikenai hukuman disiplin oleh PPK. (4) Dalam hal pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d diangkat dalam jabatan struktural yang kompetensi dan bidang tugas jabatannya sama dan tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi dan bidang tugas SDM Metrologi Legal, kewenangan SDM Metrologi Legal tidak dicabut. Pasal 19 Tata cara pencabutan Penetapan Kewenangan SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 20 (1) SDM Metrologi Legal yang telah dicabut kewenangannya karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf h, huruf i dan huruf j dapat ditetapkan kembali oleh Direktur Jenderal. (2) Penetapan kembali kewenangan SDM Metrologi Legal yang telah dicabut karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf h, dapat dilakukan setelah pegawai yang bersangkutan menyampaikan Penetapan Angka Kredit (PAK). (3) Penetapan kembali kewenangan SDM Metrologi Legal yang telah dicabut karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf i, dapat dilakukan setelah pegawai yang bersangkutan tidak menduduki jabatan struktural dan kembali sebagai SDM Metrologi Legal.
- 18 - (4) Penetapan kembali kewenangan SDM Metrologi Legal yang telah dicabut karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf j, dapat dilakukan setelah pegawai yang bersangkutan dimutasi kembali ke Direktorat Metrologi, UPT, atau UML. Pasal 21 Tata cara penetapan kembali Kewenangan SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 22 (1) Penera dan Pegawas Kemetrologian yang berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan dialihkan dari provinsi ke kabupaten/kota, maupun yang pindah antar unit organisasi penyelenggara fungsi kemetrologian, dilakukan pembaruan penetapan kewenangan Penera atau Pengawas Kemetrologian. (2) Tata cara pembaruan Penetapan Kewenangan Penera atau Pengawas Kemetrologian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 23 (1) Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian kemetrologian, dilakukan pembinaan terhadap SDM Metrologi Legal. (2) Pembinaan SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri. (3) Menteri mendelegasikan kewenangan pembinaan SDM Metrologi legal kepada Direktur Jenderal.
- 19 - (4) Direktur Jenderal mendelegasikan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Direktur. Pasal 24 (1) Pembinaan SDM Metrologi Legal dapat dilakukan melalui Pelatihan dan/atau Bimtek. (2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan penyelenggaraan pelatihan Kemetrologian. (3) Bimtek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh peserta dari lembaga non pemerintah berdasarkan permintaan. (4) Dalam menyelenggarakan Bimtek, Direktorat Metrologi dapat bekerjasama dengan pihak ketiga. Pasal 25 (1) Untuk menjamin terlaksananya tugas dan fungsi SDM Metrologi Legal, PPK harus menempatkan lulusan pelatihan kemetrologian pada Direktorat Metrologi, UPT atau UML. (2) PPK dapat memindahkan SDM Metrologi Legal setelah memiliki SDM pengganti dengan kompetensi yang sama. (3) Dalam hal PPK melakukan pemindahan SDM Metrologi Legal tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (2), maka Direktur Jenderal dapat melaporkan kepada pejabat yang membina pelaksanaan otonomi daerah berdasar ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 26 (1) Untuk menjamin terselenggaranya tata kelola SDM Metrologi Legal yang baik, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi SDM Metrologi Legal.
- 20 - (2) Monitoring dan evaluasi SDM Metrologi Legal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara online melalui Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Metrologi Legal. (3) Ruang lingkup monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. pemutakhiran database SDM Metrologi Legal b. perhitungan kebutuhan formasi SDM Metrologi Legal berdasarkan beban kerja. c. pelaksanaan Pelatihan fungsional dan/atau Pelatihan teknis. d. penempatan lulusan Pelatihan. e. pemberian dan pencabutan kewenangan SDM Metrologi Legal, f. pola karir dan kinerja berbasis kompetensi. (4) Direktorat Metrologi, UPT, UML harus melakukan pemutakhiran data sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a setiap 3 (tiga) bulan sekali. (5) Ketentuan teknis pelaksanaan Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Metrologi Legal diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Pasal 27 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69/M-DAG/PER/10/2014 tentang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kemetrologian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 28 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Direktur Jenderal tentang Penetapan Pegawai Berhak yang ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku.
- 21 - Pasal 29 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, ENGGARTIASTO LUKITA