BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBUKTIAN JAMINAN KESUNGGUHAN INVESTASI

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN REKLAMASI DAN JAMINAN PASCA TAMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2015

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 068 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PENYERAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN KEPADA DESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 11 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG ZONA NILAI TANAH

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANJAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 21 Tahun 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 94 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERIN TAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

Transkripsi:

SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBUKTIAN JAMINAN KESUNGGUHAN INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa guna menjamin pelaksanaan kegiatan usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata perlu Pembuktian Jaminan Kesungguhan Investasi; b. bahwa Jaminan Kesungguhan merupakan bukti kesanggupan dan kemampuan dari para Investor yang akan berinvestasi di Kabupaten Luwu Utara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembuktian Jaminan Kesungguhan Investasi. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 47),Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3826); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran - 1 -

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4727); 7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5360); 10. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); - 2 -

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2012 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 140, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5325). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN LUWU UTARA dan BUPATI LUWU UTARA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBUKTIAN JAMINAN KESUNGGUHAN INVESTASI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Luwu Utara. 2. Bupati adalah Bupati Luwu Utara. 3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten Luwu Utara. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. - 3 -

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah unsur pembantu bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 6. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia dan elektromagnetika. 7. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. 8. Perkebunan adalah suatu kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. 9. Usaha Perkebunan adalah usaha yang menghasilkan barang dan/atau jasa perkebunan. 10. Izin Usaha Perkebunan selanjutnya disingkat IUP adalah Izin tertulis yang diberikan oleh Bupati berupa hak dan kewajiban kepada badan hukum untuk melakukan usaha budidaya tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen. 11. Pelaku usaha perkebunan adalah perkebun dan perusahanan perkebunan yang mengelola usaha perkebunan. 12. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk menghasilkan Komoditas Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem. 13. Kelautan adalah hal yang berhubungan dengan laut dan/atau kegiatan di wilayah laut yang meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya, kolam air dan permukaan laut, termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 14. Perikanan adalah semua kegiatanyang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. 15. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan industri. - 4 -

16. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah 17. Pembuktian Kesungguhan adalah Pembuktian kesanggupan pemegang izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata. 18. Uang Perizinan Kesungguhan adalah uang jaminan wajib bagi pemegang izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata Kabupaten Luwu Utara. 19. Pengembalian/Pencairan Uang Jaminan Kesungguhan adalah Pengembalian/Pencairan Uang Jaminan Kesanggupan dari Pemerintah Kabupaten Luwu Utara kepada pemegang izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Jaminan Kesungguhan dikelola berasaskan: a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan; b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa; c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas; dan d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pasal 3 Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan, tujuan Jaminan Kesungguhan Investasi adalah: a. untuk membuktikan kesungguhan para investor bidang usaha energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata atas aktifitas usaha yang dilakukan; b. jaminan kesungguhan yang diberikan merupakan bukti kesungguhan atas kemampuan investor dalam melakukan investasi di bidangnya; dan c. jaminan kesungguhan untuk mengikat komitmen para investor dalam rangka melakukan aktifitas usahanya. - 5 -

BAB III PEMBUKTIAN KESUNGGUHAN Pasal 4 (1) Untuk membuktikan kesungguhan para investor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a wajib menyetor uang jaminan kesungguhan ke rekening Pemerintah Daerah. (2) Uang Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan pada Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk Deposito Berjangka atas nama Pemerintah Daerah. (3) Surat Perintah Penyetoran uang Jaminan Kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh instansi yang berwenang atau Pejabat yang ditunjuk. (4) Tanda Bukti Penyetoran uang Jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampirkan pada izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata. (5) Dalam hal tanda bukti penyetoran uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dilampirkan, maka permohonan izin ditolak. BAB IV TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENYETORAN UANG JAMINAN KESUNGGUHAN INVESTASI Pasal 5 (1) Uang Jaminan Kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dihitung berdasarkan besaran nilai investasi dari masing-masing bidang usaha dikalikan 5 % (lima Persen). (2) Besaran Uang jaminan kesungguhan disetor langsung oleh pelaku usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata di Bank yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Daerah sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2). - 6 -

BAB V TATA CARA PENGEMBALIAN/PENCAIRAN UANG JAMINAN KESUNGGUHAN INVESTASI Pasal 6 Pengembalian/Pencairan uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) adalah: a. pengembalian uang jaminan kesungguhan dilaksanakan pada semester pertama sebesar 50% (Lima Puluh Persen) dari jumlah nominal yang disetorkan dan dicairkan pada Tahun ke-1 (kesatu); b. sisa jumlah nominal jaminan kesungguhan sebesar 50% (Lima Puluh Persen) akan diperhitungkan menjadi jaminan kesungguhan apabila ditingkatkan ketahap izin selanjutnya dan dapat dicairkan pada Tahun ke-2 (kedua); dan c. dalam hal izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata karena alasan tidak potensial, maka sisa uang jaminan kesungguhan dicairkan sekaligus. Pasal 7 Pencairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dikaitkan dengan penilaian terhadap ketentuan biaya minimal yang dikeluarkan oleh perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 8 Permohonan pengembalian/pencairan uang jaminan kesungguhan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 6 diajukan kepada Bupati melalui Instansi yang berwenang atau Pejabat yang ditunjuk Pasal 9 Tata cara penyampaian bukti pembayaran jaminan kesungguhan investasi yaitu menyetorkan tanda bukti uang jaminan kesungguhan kepada Pemerintah Daerah melalui instansi yang berwenang atau Pejabat yang ditunjuk. - 7 -

Pasal 10 Jangka waktu berlakunya jaminan kesungguhan berlaku selama 1 (satu) tahun terhitung sejak diterbitkannya izin lokasi usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata. Pasal 11 (1) Apabila pelaku usaha di bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata dinyatakan tidak mampu membuktikan kesungguhannya dalam melakukan kegiatan usaha maka uang jaminan kesungguhannya menjadi hak sepenuhnya Pemerintah Daerah. (2) Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberlakukan bagi pemegang izin usaha energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata dalam hal: a. keadaan memaksa (force majeure); atau b. tidak dapat melakukan kegiatan disebabkan hal-hal yang bukan kesalahannya. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN - 8 - Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 12 (1) Pembinaan atas penyelenggaraan pemegang izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh Bupati dan SKPD terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam rangka meningkatkan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pemberian pedoman dan standar pelayanan pengelolaan izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata; b. pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi; dan

c. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 13 (1) Bupati melakukan pengawasan terhadap Pemegang izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata. (2) Bupati dapat melimpahkan kepada SKPD teknis untuk melakukan pengawasan sesuai bidangnya masing-masing atas penyelenggaraan izin usaha bidang energi, perkebunan, kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, perindustrian, dan pariwisata. BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 14 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 dikenakan sanksi administratif berupa: a. teguran tertulis; b. pemberhentian kegiatan sementara; dan c. pencabutan izin usaha. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan kewenangannya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. - 9 -

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara. Diundangkan di Masamba pada tanggal 6 Juli 2015 Ditetapkan di Masamba pada tanggal 6 Juli 2015 BUPATI LUWU UTARA, TTD SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA, TTD ABDUL MAHFUD ARIFIN JUNAIDI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2015 NOMOR 7 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR... TAHUN 2015-10 -

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBUKTIAN JAMINAN KESUNGGUHAN INVESTASI I. UMUM Kabupaten Luwu Utara yang secara resmi dibemntuk sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1999, din karuniai oleh Tuhan Yang Maha Esa, sumber daya alam yang melimpah. Berbagai sumber daya alam yang tersedia, mulai dari sumber daya tambang dan mineral,kehutanan, perkebunan, pertanian, kelautan,serta pariwisata. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten Luwu Utara telah dilakukan seiring dengan perkembangan masyarakat dan daerah. Pemerintah Daerah sadar betul, bahwa pengelolaaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia, perlu melibatkan pihak swasta. Keterlibatan yang dimaksud adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berinvestasi dalam berbagai bidang dengan mengedepankan prinsip saling menuntungkan dan saling menghormati kedudukan masing-masing. Pemberian kesempatan yang seluas-luasnya itu, disertai pula dengan memberikan kemudahan dan pelayanan yang sebaik-baiknya, agar iklim investasi tetap berjalan baik dan berkelanjutan. II. PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7-11 -

Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 337-12 -