7 Idem, Penjelasan umum alinea 9



dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA. Perseroan Terbatas. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 15Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Magister Akuntansi

2016, No Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar sert

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengesahan Badan Hukum. Perubahan Anggaran Dasar. Data. Perseroan Terbatas. Pengajuan. Tata Cara.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN P.T. BEKASI PUTERA JAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

Peraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait Peraturan Pelaksanaan (PP dst.)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Mengingat : Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS KARANGASEM SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

Bab 2 Badan usaha dalam kegiatan bisnis. MAN 107- Hukum Bisnis Semester Gasal 2017 Universitas Pembangunan Jaya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6. Saham dengan hak suara khusus tidak ada, yang ada hanyalah saham dengan hak istimewa untuk menunjuk Direksi/Komisaris;

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 2007 (Judul pasal-pasal ditambahkan)


BUPATI BANGKA TENGAH

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (PT) MALUKU ENERGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB II PENGALIHAN HAK ATAS SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS. A. Dasar Hukum Peralihan Saham Pada Perseroan Terbatas

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PT. PEMBANGUNAN PRASARANA SUMATERA UTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. PERSEROAN. Daftar. Badan Hukum. Data. Tata Cara.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

TINJAUAN HUKUM TERKAIT PENGATURAN BUMD

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

Menelaah Permenkumham no 1/2016 tentang PT Hukum Penanaman Modal Asing serta Peranan Notaris saat ini di Era Pasar Bebas

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

Transkripsi:

!"#$%& #$%& UndangUndang mor 40 Tahun 2004 menentukan BPJS adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. 1 BPJS harus dibentuk dengan undangundang. 2 Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa frase dengan undangundang dalam ketentuan tersebut diatas menunjuk pada pengertian bahwa pembentukan setiap badan penyelenggara jaminan sosial harus dengan undangundang. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU SJSN adalah dimaksudkan untuk pembentukan badan penyelenggara tingkat nasional yang berada di pusat. 3 Lebih lanjut dikemukakan bahwa keberadaan undangundang yang mengatur tentang Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ditingkat pusat merupakan kebutuhan, karena belum adanya badan penyelenggara jaminan sosial yang memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat dilaksanakan. 4 Pertanyaannya ialah apakah mesti dibentuk BPJS yang baru atau cukup menyesuaikan yang telah ada? Mengenai hal ini UU SJSN menentukan bahwa semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS disesuaikan dengan undangundang ini paling lambat 5 tahun sejak undangundang ini diundangkan. 5 Lebih lanjut dijelaskan bahwa BPJS dalam undangundang ini adalah transformasi dari BPJS yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial. 6 Undangundang tidak memberi penjelasan lebih lanjut mengenai penyesuaian tersebut. Apakah dengan undangundang BPJS nanti jumlah BPJS yang ada masih dipertahankan atau disatukan? Pembentuk UU SJSN tidak bermaksud untuk menetapkan satu badan penyelenggara untuk seluruh program jaminan sosial. Hal ini ternyata dari ketentuan Pasal 1 angka 2 UU SJSN yang menentukan bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa penyelenggara jaminan sosial. Digunakannya kata beberapa dalam ketentuan tersebut menunjukkan pembentuk Undangundang menghendaki adanya lebih dari satu badan penyelenggara. Penjelasan umum UU SJSN juga menegaskan hal tersebut sebagai berikut: sehubungan dengan hal diatas, dipandang perlu menyusun Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberi manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta. Lebih lanjut dikemukakan sebagai berikut: BPJS dalam undangundang ini adalah 1 Undangundang mor 40 tahun 2004, opcit Pasal 1 angka 6 2 Idem Pasal 5 ayat (1) 3 Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, opcit, halaman 198 4 Idem, Halaman 199 5 Undangundang mor 40 Tahun 2004, Opcit, Pasal 52 ayat (2) 6 Idem, Penjelasan umum alinea 8

transformasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial. 7 7 Idem, Penjelasan umum alinea 9

' UU SJSN tidak menentukan secara spesifik bentuk badan hukum BPJS, yang diatur dalam UU SJSN adalah asas, tujuan dan prinsip penyelenggaraan SJSN, keharusan BPJS dibentuk dengan undangundang, kewajiban BPJS, kerjasama BPJS dengan fasilitas kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan dan pengelolaan dana jaminan sosial. Apakah dimungkinkan badan hukum BPJS berbentuk BUMN atau perseroan terbatas atau berbentuk badan hukum khusus? Apabila kita simak dengan cermat ketentuan UndangUndang mor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Undangundang mor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dihubungkan dengan UU SJSN, sangat jelas terdapat perbedaan yang mendasar antara Badan Hukum BUMN, Perseroan Terbatas dengan badan hukum BPJS yang dikehendaki oleh UU SJSN. Secara konstitusonal dasar hukum pembentukan BUMN adalah untuk melaksanakan amanat Pasal 33 UndangUndang Dasar sedangkan pembentukan BPJS adalah untuk memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosial sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (3) UndangUndang Dasar dan memenuhi kewajiban negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 34 ayat (2) UndangUndang Dasar Negara R.I. Tahun 1945. Badan hukum BUMN, Perseroan Terbatas dan Badan Hukum BPJS mempunyai perbedaan karakter yang cukup signifikan. BPJS adalah Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial yang dibentuk dengan undangundang sedangkan BUMN adalah Badan Usaha dan Perseroan Terbatas merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh karena itu Pasal 52 ayat (2) UU SJSN menentukan agar semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS disesuaikan dengan UU SJSN. Untuk mengetahui perbedaan prinsip antara BUMN, Perseroan Terbatas dengan Badan Hukum BPJS menurut UU SJSN dapat dilihat dalam Tabel berikut:

Tabel Perbandingan antara BUMN, PT, BPJS 1. Pengertian Persero adalah BUMN yang berbentuk PT yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh negara R.I. (Pasal 1 angka 2) Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. dst (Pasal 1 angka 4) PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham.dst (Pasal 1 angka 1) BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggaraka n program jaminan sosial (Pasal 1 angka 1) 2. Pendirian / Pembentukan Diusulkan oleh Menteri kepada Presiden Pasal 10 ayat (1) dan dengan akta notaris (Pasal 7 (1) jo Pasal 7 angka (7) UU 40/2007) Diusulkan oleh Menteri kepada Presiden (Pasal 35 angka (1) Didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris Pasal 7 angka (1) Dibentuk dengan UU (Pasal 5) 3. Status badan hukum Pada tanggal diterbitkannya Kep.Menteri Hukum & HAM mengenai badan hukum perseroan Pasal 7 angka (4) UU 40/2007 Sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya Pasal 35 angka (2) Pada tanggal diterbitkannya Kep.Menteri Hukum dan HAM mengenai Badan Hukum Perseroan Pasal 7 angka (4) Pada tanggal diundangkannya UU BPJS (Pasal 5) 4. Ketentuan yang berlaku UU 19/2003 dan UU 40/2007 (Pasal 2) UU 19/2003 UU 40/2007 Anggaran Dasar/Peraturan Perundang Undangannya (Pasal 4) UU 40/2004 5. Maksud dan Tujuan a.menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat; b.mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan (Pasal 12) Menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan Maksud dan tujuan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan, ketertiban umum dan/atau kesusilaan yang dimuat dalam Anggaran Dasar Menyelenggaraka n program jaminan sosial untuk memenuhi sebesarbesarnya kepentingan peserta. (Pasal 1 angka 6 jo Umum alinea 8 angka 2

prinsip pengelolaan (Pasal 2 jo Pasal perusahaan yang 15 angka (1) huruf sehat (Ps36 b) angka(1) 6. Anggaran Dasar Di dalam Akta Pendirian (Pasal 8 angka 1) UU 40/2007) Ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya Pasal 4 angka (1) Di dalam Akta Pendirian Pasal 8 angka (1) UU 40/2007 7. Organ RUPS, Direksi dan Komisaris (Pasal 13) Menteri, Direksi dan Dewan Pengawas (Pasal 57) RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris 8. Modal Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan terbagi atas saham yang seluruh atau paling sedikit 51% dimiliki oleh negara R.I. Penyertaan modal negara dalam rangka pendirian atau Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan seluruhnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. Modal dasar PT terdiri atas seluruh nilai nominal saham paling sedikit Rp 50 juta Paling sedikit 25% harus ditempatkan dan disetor penuh (Pasal 31,32 dan 33) Penyertaan pada BUMN bersumber dari APBN, kapitasi dan sumber lain (Pasal 4) Penyertaan modal negara dalam rangka pendirian atau penyertaan pada BUMN bersumber dari APBN, kapitasi cadangan dan sumber lain (Pasal 4) 9. Saham Terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% dimiliki oleh negara R.I. (Pasal 1 angka 2) Tidak terbagi atas saham (Pasal 1 angka 4) Dikeluarkan atas nama pemiliknya. Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah. Saham memberikan hak kepada pemilik nya untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil

likuidasi dan menjalankan hak lainnya berdasarkan UU ini (Pasal 48,49,52) 10. Rencana kerja jangka panjang Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja jangka panjang 5 tahun. Rancangan tersebut yang telah ditandatangani bersama dengan Komisaris disampaikan kepada RUPS untuk mendapat (Pasal 21) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana jangka panjang 5 tahun Rancangan tersebut yang telah ditandatangani bersama Dewan Pengawas disampaikan kepada Menteri untuk mendapat (Pasal 48) DJSN berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN (Pasal 7 angka (2) 11. Rencana Kerja Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang Rancangan tersebut wajib disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh (Pasal 22) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang Rancangan tersebut wajib disampaikan kepada Menteri untuk memperoleh (Pasal 50) Direksi menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yad. Rencana kerja tersebut memuat juga anggaran tahunan Persero an untuk tahun buku yad. Rencana kerja tersebut disampai kan kepada Dewan Komisaris atau RUPS sebagai mana di tentukan dalam AD (Pasal 63,64) 12. Penggunaan Laba Penggunaan laba mengacu kepada UU 40/2007 Setiap tahun buku wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk cadangan Penyisihan laba bersih dilakukan sampai cadangan mencapai sekurangkurangnya 20% dari modal Perum. Cadangan yang Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan. Kewajiban tersebut berlaku apabila perseroan mempunyai saldo laba positif Penyisihan laba bersih dilakukan Hasil pengelolaan dan jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program untuk sebesarbesarnya kepentingan peserta. Prinsip pengelolaan dana jaminan sosial dalam ketentuan

belum mencapai 20% hanya dapat dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain. Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan ditetapkan oleh Menteri (Pasal 42,43) sampai cadangan mencapai paling sedikit 20% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor. Cadangan yang belum mencapai 20% hanya boleh dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain Penggunaan laba bersih termasuk penyisihan untuk cadangan diputuskan oleh RUPS Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden, kecuali ditentukan lain oleh RUPS. Deviden hanya boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba positif (Pasal 70,71) ini adalah hasil berupa deviden dari pemegang saham yang dikembalikan untuk kepentingan peserta Jaminan sosial BPJS wajib membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktek aktuaria yang lazim dan berlaku umum Cadangan teknis menggambarkan kewajiban BPJS yang timbul dalam rangka memenuhi kewajiban di mata depan peserta. 13. Penggabunga n, Peleburan, Pengambilalih an, dan Pembubaran Sama dengan ketentuan yang mengatur Perum dan berlaku juga ketentuan UU 40/2007 Penggabungan atau peleburan BUMN dapat dilakukan dengan BUMN lainnya yang telah ada. Suatu BUMN dapat mengambil alih BUMN dan/atau perseroan terbatas lainnya. Pembubaran BUMN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah apabila tidak ditetapkan lain dalam Peraturan Pemerintah, sisa hasil likuidasi atau Penggabungan dan peleburan perseroan mengakibatkan Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan dari berakhir karena hukum Pengambil alihan dilakukan dengan cara pengambil alihan saham yang telah diluaskan oleh Perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham. Pembubaran

pembubaran Perseroan terjadi BUMN disetorkan berdasarkan langsung ke Kas keputusan RUPS, Negara karena jangka (Pasal 63,64) waktu berdirinya yang ditetapkan dalam AD berakhir, berdasarkan penetapan pengadilan, dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan, karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi, sebagaimana diatur dalam UU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau karena dicabut izin usaha perusahaan sehingga mewajibkan perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Dalam hal terjadi pembubaran perseroan wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator dan perseroan tidak

dapat melakukan perbuatan hukum untuk membereskan perseroan dalam rangka likuidas. (Pasal 122152) 14. Kewajiban Pelayanan Umum Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada Persero untuk menyelenggaraka n fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan Persero dan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan RUPS (Pasal 66) Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada Perum untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan Perum dan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri (Pasal 66) 15. Tanggung jawab sosial dan lingkungan Persero tunduk juga dengan UU 40/2007 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 79) 16. Restrukturisasi dan Privalisasi Sama dengan Perum Restrukturisasi dilakukan dengan maksud untuk menyehatkan BUMN agar dapat beroperasi secara efisien, transparan dan profesional (Pasal 72) Pemerintah dapat melakukan tindakan khusus guna menjamin terpeliharanya tingkat kesehatan keuangan BPJS (Pasal 48) Privatisasi antara lain dimaksudkan untuk memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero dan menciptakan

struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/ kuat Persero yang tidak dapat diprivatisasi antara lain yang bidang usahanya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan hanya boleh dikelola oleh BUMN (Pasal 72 77) 17. Pemeriksaaan Laporan Keuangan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Pemeriksaan Laporan Keuangan perusahaan dilakukan oleh auditor eksternal yang ditetapkan oleh Menteri (Pasal 71 ayat (1)) Pemeriksaan Laporan Keuangan Perusahaan dilakukan oleh auditor eksternal yang ditetapkan oleh Menteri (Pasal 71 ayat (1)) Pengawasan ter hadap pengelo laan keuangan BPJS dilakukan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundangundangan (Pasal 51) DJSN berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial (Pasal 7 ayat 4)