2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut diamandemen. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang sejak tahun 1999 melakukan perubahan terhadap UUD 1945 berpedoman pada lima kesepakatan dasar yang salah satu di antaranya adalah "tidak mengubah Pembukaan UUD 1945" yang telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PP'KI) tanggal 18 Agustus 1945. Keputusan untuk tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 tersebut merupakan keputusan yang tepat, baik secara filosofis maupun secara politis, dalam hidup bernegara bagi bangsa Indonesia. Secara filosofis, Pembukaan UUD 1945 merupakan modus vivendi (kesepakatan luhur) bangsa Indonesia untuk hid up bersama dalam ikatan satu bangsa yang majemuk. Ia juga dapat disebut sebagai tanda kelahiran (akte) karena sebagai modus vivendi di dalamnya memuat pernyataan kemerdekaan (proklamasi) serta identitas diri dan pijakan melangkah untuk mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara.jika Pembukaan diubah maka Indonesia yang ada bukanlah Indonesia yang aktenya dikeluarkan pada tanggal17 Agustus 1945, melainkan Indonesia yang lain lagi. Naskah Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dalam Penjelasannya secara autentik kandungan pemikiran yang terdapat dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar itu mencakup empat pokok pikiran, yaitu: Pertama, bahwa Negara Indonesia adalah negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta mencakupi segala paham golongan dan paham perseorangan; Kedua, bahwa Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warganya; Ketiga, bahwa Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Negara dibentuk dan diselenggarakan berdasarkan kedaulatan rakyat yang juga disebut sistem demokrasi; dan Keempat,bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam mencapai keempat tujuan bernegara itu, Negara Indonesia diselenggarakan berdasarkan: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) 1
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ( 3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; yang secara bersama-sama disebut sebagai Pancasila. Sila ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila pertama dan utama yang menerangi keempat sila lainnya. Paham ketuhanan itu diwujudkan dalam paham kemanusiaan yang adil dan beradab. Dorongan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu menentukan kualitas dan derajat kemanusiaan seseorang di antara sesama manusia, sehingga peri kehidupan bermasyarakat dan bemegara dapat tumbuh sehat dalam struktur kehidupan yang adil, dan dengan demikian kualitas peradaban bangsa dapat berkembang secara terhormat di antara bangsa-bangsa. 2.4.2 Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat empat pokok pikiran, keempat alinea masing-masing mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang Dasar. Alinea Pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan itu adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alinea Kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Alinea Ketiga menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan kemaha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya, yang atas dasar keyakinan spiritual serta dorongan luhur itulah rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Alinea Keempat menggarnbarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur dalam wadah Negara Indonesia. 2
Alinea keempat ini menentukan dengan jelas mengenai Tujuan Negara dan Dasar Negara Indonesia sebagai Negara yang menganut prinsip demokrasi konstitusional. Negara Indonesia itu dimaksudkan untuk tujuan (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; ( 2) memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (4) mewujtidkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan dua tujuan positif sebagai common virtues atau amr al-ma'ruf yang perlu diwujudkan bersama melalui pelembagaan Negara Indonesia itu. Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan peran negara dalam rangka perlindungan internal dan ketertiban dunia eksternal, bersifat negatif dalam rangka nahi al-munkar terhadap segala bentuk ancaman dan tantangan yang perlu dicegah dan ditanggulangi atau dihadapi dengan sebaik-baiknya berdasarkan prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Semangat ketuhanan Yang Maha Esa itu hendaklah pula meyakinkan segenap bangsa Indonesia untuk bersatu padu di bawah tali Tuhan Yang Maha Esa. Perbedaan-perbedaan di antara sesama warga negara Indonesia tidak perlu diseragamkan, melainkan dihayati sebagai kekayaan bersama yang wajib disyukuri dan dipersatukan dalam wadah negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam wadah negara, rakyatnya adalah warga negara. Oleh karena itu, dalam kerangka kewargaan (civility), tidak perlu dipersoalkan mengenai etnisitas, anutan agama, wama kulit, dan bahkan status sosial seseorang. Yang penting dilihat adalah status kewargaan seseorang dalam wadah negara. Semua orang memiliki kedudukan yang sama sebagai warga negara. Setiap warga negara adalah rakyat, dan rakyat itulah yang berdaulat dalam negara Indonesia, di mana kedaulatannya itu diwujudkan melalui mekanisme permusyawaratan dan dilembagakan melalui sistem perwakilan. Keempat sila. atau dasar negara tersebut, pada akhimya ditujukan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 3
Pokok-pokok pikiran tersebut mencakup suasana kebatinan yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat disimpulkan bahwa pokok-pokok pikiran itu mencerminkan falsafah hidup (weltanshaung) dan pandangan dunia (world view) bangsa Indonesia serta cita-cita hukum (rechtsidee) yang menguasai dan menjiwai hukum dasar, baik yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun yang tidak tertulis. Undang- Undang Dasar mewujudkan pokok-pokok pikiran itu dalam pasal-pasalnya yang secara umum perumusan mencakup prinsip-prinsip pemikiran, yng mempunyai hubungan asasi menurut istilah Prof Notonagoro, maka pembukaan merupakan Staatsfundamentalnorm atau pokok kaidah negara yang fundamental. Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila dirumuskan untuk menyonsong lahirnya negara Indonesia. Mari kita simak cuplikan uraian Prof. Notonagoro dalam Pidato Pengkuhan Doktor Honoris Causa untuk Ir. Soekarno di UGM sebagai berikut ini Asas-asas yang terdapat di daam Pembukaan UUD1945 yang termuat dalam kalimat keempat, aabila disusun dalam hubungan kesatuan dan tingkat kedudukandari unsur yang satu terhadap unsur yang lain, maka merupakan suatu keseluruhan yang bertingkat sebagai berikut: a. Pancasila merupakan asas kerohanian Negara; b. Di atas basis itu berdiri Negara, dengan asas politik Negara berupa bentuk Republik yang berkedaulatan rakyat; c. Kedua-duanya menjadi basis bagi penyelenggaraan kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang tercantum dalam pokok hukum positif termuat dalam suatu Undang-Undang Dasar; d. Selanjutnya diatas Undang-Undang Dasar sebagai basis berdiri bentuk susunan pemerintahan dan seluruh peraturan hukum positif, yang mencakup segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dalam kesatuan pertalian hidup bersama, kekeluargaan, dan gotong-royong; e. Segala sesuatu itu untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia dengan bernegara itu, ialah singkatnya kebahagian nasional (bagi seenap bangsa dan seluruh tumpah darah) dan internasional, baik rohani maupun jasmani 2.4.3 Pokok-Pokok Pikiran dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 Dari sudut hukum, Pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila itu menjadi dasar falsafah negara yang melahirkan cita hukum (rechtside) dan 4
dasar sistem hukum tersendiri sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia sendiri. Pancasila sebagai dasar negara menjadi sumber dari segala sumber hukum yang memberi penuntun hukum serta mengatasi semua peraturan perundang-undangan termasuk Undang-Undang Dasar. Dalam kedudukannya yang demikian, Pembukaan UUD dan Pancasila yang dikandungnya menjadi staatsfundamentalnorms atau pokok-pokok kaidah-kaidah negara yang fundamental dan tidak dapat diubah dengan jalan hukum, kecuali perubahan mau dilakukan terhadap identitas Indonesia dari aslinya yang dilahirkan pada tahun 1945. Secara politik, kesepakatan MPR untuk tidak mengubah Pembukaan UUD juga sangatlah tepat sebab gerakan reformasi, yang salah satu agendanya adalah amandemen atas UUD, terkait dengan upaya pembenahan sistem dan struktur ketatanegaraan guna membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang-wenang. Untuk membenahi sistem dan struktur ketatanegaraan itu, yang diperlukan hanyalah mengamandemen isi-isi (pasal-pasal yang dulu disebut Batang Tubuh) UUDNRI Tahun 1945 tanpa mempersoalkan Pembukaan karena otoriterisme yang muncul di masa lalu bukan bersumber dari Pembukaan melainkan bersumber dari pasal-pasal UUD tersebut. Selain itu, secara politik, berdasarkan pengalaman masa lalu, setiap upaya mempersoalkan (misalnya ingin mengubah) Pembukaan UUD, terutama dasar negara, bangsa Indonesia selalu terjerumus ke dalam konflik politik yang menguras energi dengan sia-sia. Padahal Pancasila sebagai dasar negara dapat menampung berbagai keinginan dan perkembangan tentang sistem ketatanegaraan yang terjadi sehingga ia selalu dapat aktual sejalan dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan bangsa Indonesia. Perumus dan perancang naskah Undang-Undang Dasar maupun naskah Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 sejak tahun 1945 sampai sekarang. Kesembilan prinsip itu adalah: (i) Ketuhanan Yang Maha Esa, (ii) Cita Negara Hukum atau Nomokrasi, (iii) Paham Kedaulatan Rakyat atau Demokrasi, (iv) Demokrasi Langsung dan Demokrasi Perwakilan, (v) Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip Checks and Balances, (vi) Sistem Pemerintahan Presidensiil, (vii) Prinsip Persatuan dan Keragaman fdalam 5
Negara Kesatuan, (viii) Demokrasi Ekonomi dan Ekonomi Pasar Sosial, dan (ix) Cita Masyarakat Madani. Undang-Undang Dasar merupakan dokumen hukum yang mewujudkan cita-cita bersama setiap rakyat Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan pengertian sila pertama Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar, setiap manusia Indonesia sebagai rakyat dan warga negara Indonesia, diakui sebagai insan beragama berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Paham Ketuhanan Yang Maha Esa tersebut merupakan pandangan dasar dan bersifat primer yang secara substansial menjiwai keseluruhan wawasan kenegaraan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nilai-nilai luhur keberagamaan menjadi jiwa yang tertanam jauh dalam kesadaran kesadaran, kepribadian, dan kebudayaan bangsa Indonesia. Jiwa keberagamaan dalam kehidupan bermasyarakat bangsa itu juga diwujudkan dalam kerangka kehidupan bemegara tersusun dalam Undang-Undang Dasarnya. Keyakinan akan prinsip ke-maha Kuasa-an Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan dalam sila kedua Pancasila, yaitu sila Kemanusiaan yarig adil dan beradab, berisi paham persamaan kemanusiaan (egalitarianisme) yang menjamin peri kehidupan yang adil, dan dengan keadilan itu kualitas peradaban bangsa dapat terus meningkat dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, prinsip keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berkaitan erat, bahkan menjadi pra- syarat utama untuk terciptanya keadilan, dan peri kehidupan yang berkeadilan itu sendiri menjadi prasyarat pula bagi pertumbuhan dan perkembangan peradaban bangsa Indonesia di masa depan. Dalam kehidupan bernegara, prinsip ke-maha Kuasa-an Tuhan Yang Maha Esa tersebut diwujudkan dalam paham kedaulatan rakyat (democracy) dan sekaligus dalam paham kedaulatan hukum (nomocracy) yang saling berjalin berkaitan satu sama lain. Keduanya diwujudkan dalam pelembagaan sistem demokrasi yang berdasar atas hukum (constitutional democracy) dan prinsip negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat). Oleh karena itu, 6
setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan kedaulatan mereka disalurkan secara kelembagaan melalui lembaga parlemen yang menentukan bentuk dan materi hukum yang mengatur kehidupan kenegaraan. Sebagai konsekuensi prinsip ke-maha Kuasa-an Tuhan Yang Maha Esa itu, tidak boleh ada materi konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan nilai-nilai Ketu- hanan Yang Maha Esa, dan bahkan hukum dan konstitusi merupakan pengejawantahan nilai-nilai luhur ajaran agama yang diyakini oleh warga negara. Semua ini dimaksudkan agar Negara Indonesia dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. 2.5 Rangkuman 1. Pembukaan UUD dan Pancasila yang dikandungnya menjadi staatsfundamentalnorms atau pokok-pokok kaidah- kaidah negara yang fundamental dan tidak dapat diubah dengan jalan hukum, kecuali perubahan mau dilakukan terhadap identitas Indonesia dari aslinya yang dilahirkan pada tahun 1945. 2. Keempat pokok pikiran itu, keempat alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar masing-masing mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang Dasar. Alinea Pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan itu adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alinea Kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya ber- hasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Alinea Ketiga menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan ke Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya, yang atas dasar keyakinan spiritual serta dorongan luhur itulah rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Alinea Keempat menggarnbarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan yang 7
hendak dibentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur dalam wadah Negara Indonesia. 8