Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

KELAS BAPAK DAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Di Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa Selatan

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE DI SDNEGERI 16 SUNGAI ROTAN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2013

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu. Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen tersebut pre experimental designs (Notoatmodjo, 2010). 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

Pengaruh Penyuluhan Imunisasi Campak Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design:

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pre-test and

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

Novita Nining Anggraini 1), Ratih Sari Wardani 2), Wahyu Umiyati 3) 1)2)3)

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini desain komparasi menggunakan quasi experiment

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah pra experimental dengan rancangan pretestposttest

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA


PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Kehamilan Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) di suatu negara merupakan gambaran dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MOTIVASI KADER KESEHATAN PADA PEMERIKSAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

Transkripsi:

PENELITIAN PERBEDAAN PENGETAHUAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN KONSULTASI GIZI Febriyana Pratami *, Ratna Dewi **, Musiana ** *Alumni Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah dari normal yang dapat menimbulkan kesakitan dan disabilitas. Prevalensi hipertensi meningkat setiap tahun dan menjadi perhatian di negera-negara berkembang, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi, perbedaan peningkatan rerata pengetahuan pasien hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan, dan perbedaan peningkatan rerata pengetahuan pasien hipertensi berdasarkan pekerjaan. Desain penelitian menggunakan pre-experiment one group pre and post test. Sampel adalah pasien penderita hipertensi yang melakukan konsultasi gizi di RSUD Martapura berjumlah 52 orang yang diambil secara acak. Analisis data menggunakan paired sample t-test dan independent sample t-test pada 0.05. Hasil penelitian menunjukkan rerata nilai pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan tentang gizi adalah 40,48 dan rerata nilai setelah penyuluhan adalah 61,15, dengan perbedaan yang signfikan 20,87 ( 0,000 < 0,05). Berdasarkan tingkat pendidikan, perbedaan peningkatan pengetahuan tentang hipertensi signifikan 8,23 ( 0,000 < 0,05), demikian pula berdasarkan pekerjaan, perbedaannya signifikan 7,26 ( 0,000 < 0,05). Diharapkan petugas kesehatan terutama perawat di fasilitas kesehatan harus memberikan edukasi kesehatan melalui berbagai metode penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi. Kata Kunci: pengetahuan, gizi, hipertensi LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan penyakit the silent killer (pembunuh diam-diam) karena dapat menyebabkan kematian mendadak yang diakibatkan oleh semakin tingginya tekanan darah sehingga resiko untuk menderita komplikasipun semakin besar. Di seluruh dunia, hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak (Nugraheni, 2013). Setiap tahunnya, hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa penduduk di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) juga telah memperkirakan pada tahun 2025 yang akan datang, ada sekitar 29% jiwa di dunia yang terserang hipertensi. WHO menyebutkan 40% penduduk negara-negara berkembang di dunia mengalami hipertensi, sedangkan di negara-negara maju, penduduk yang mengalami hipertensi sekitar 35%. Wilayah Asia Tenggara memiliki presentasi sebesar 36% penduduk mengalami hipertensi (Candra, 2013). Menurut Riskesdas 2010, kasus hipertensi di Indonesia cukup tinggi sebesar 17,3% dan meningkat pada tahun 2013 lebih dari 26,5% orang Indonesia yang berusia di atas 18 tahun menderita hipertensi. Namun yang mengkhawatirkan, dari jumlah tersebut, yang menderita hipertensi melalui diagnosis tenaga kesehatan dan atau meminum obat tidak sampai 10%. Menurut Riskesdas 2013, provinsi di Indonesia dengan prevalensi tertinggi di Bangka Belitung sebesar 30,9%. Sedangkan di Sumatera Selatan prevalensi hipertensi sebesar 26,1% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan OKU Timur tahun 2013 didapatkan bahwa hipertensi menempati urutan ke-3 yaitu 11,28% dari 10 penyakit terbanyak di OKU Timur, sedangkan pada tahun 2014 kejadian hipertensi meningkat menjadi 12,88% (Dinkes OKUT, 2014). Kabupaten OKU Timur memiliki dua [58]

Rumah Sakit Umum daerah yaitu, RSUD OKU Timur dan RSUD Martapura. Kejadian hipertensi lebih banyak ditemukan di RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur. Di tahun 2012 kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam yaitu sebanyak 13,0%, di tahun 2013 meningkat menjadi 13,8% kembali meningkat di tahun 2014 sebanyak 14,7% dari 10 penyakit terbanyak di Poli Penyakit Dalam RSUD Martapura dan menempati urutan ke-3 kunjungan tertinggi dari 10 penyakit terbanyak di Poli Penyakit Dalam RSUD Martapura (Profil RSUD Martapura, 2014). Sedangkan kejadian hipertensi di RSUD OKU Timur hanya menempati urutan ke-6 dari kunjungan 10 penyakit terbanyak di RSUD OKU Timur (Profil RSUD OKU Timur, 2014). Hipertensi dapat diobati dengan dua cara yaitu yang pertama dengan cara medis (mendapat pengobatan) dan yang kedua dengan mengubah gaya hidup yaitu melakukan diet atau pengaturan pola makan dengan cara konseling gizi (Smeltzer, 2011). Kunjungan pasien dan keluarganya ke poli gizi selain ditentukan oleh pengetahuan, sikap, dan persepsi dokter, juga ditentukan oleh motivasi pasien itu sendiri dalam memutuskan untuk melakukan konsultasi gizi. Selain itu juga ditentukan oleh jenis diagnosis penyakit terutama yang memerlukan diit khusus (Mawarningsih, 2008). Berdasarkan penelitian Nugraheni (2013), terdapat 71,43% pasien termotivasi untuk melakukan konsultasi gizi atas dukungan petugas kesehatan yang baik. Data di Poli Gizi RSUD Martapura sebanyak 54,54% pasien hipertensi yang melakukan konsultasi gizi dan kunjungan pasien hipertensi menempati urutan pertama yang melakukan konsultasi gizi sebanyak 27,79% dari kunjungan 10 Penyakit terbanyak yang melakukan konsultasi gizi di Poli Gizi RSUD Martapura. Dari hasil pre-survey yang dilakukan peneliti tanggal 14-15 April 2015 memperoleh data, dari 5 penderita hipertensi di RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur terdapat 3 orang (60%) yang tidak mengetahui tentang diet hipertensi. Dari Data di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Perbedaan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan Konsultasi Gizi di RSUD Martapura Tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi di RSUD Martapura Tahun 2015. METODE Jenis penelitian ini merupakan pendekatan pre-eksperimental (quasi experimental) dengan konsep kontrol one group pre test post test design. Pengembangannya dengan cara melakukan satu kali pengukuran di depan (pre test) sebelum adanya intervensi dan setelahnya (post test). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang datang ke RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur 11 Mei-30 Juni 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang datang ke RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur 11 Mei- 30 Juni 2015. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling. Sehingga dalam teknik sampling peneliti mengambil responden pada saat itu juga di RSUD Martapura yang dilakukan pada 11 Mei-30 Juni 2015. Kriteria subjek penelitian terdiri dari kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah 1) Pasien penderita hipertensi yang melakukan konsultasi gizi di RSUD Martapura, 2) Bersedia menjadi responden, 3) Dapat berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien hipertensi yang sedang hamil. Penelitian dilakukan di RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur pada 11 Mei-30 Juni 2015. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Direktur RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur untuk melakukan penelitian dan penelitian ini juga dilakukan setelah mendapat persetujuan dari responden yang bersedia [59]

untuk diteliti. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari hasil jawaban pertanyaan yang diajukan peneliti dalam lembar kuesioner sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi (pre test dan post test). Data Sekunder diperoleh dari : 1) Dinas Kesehatan OKU Timur mengenai data kejadian hipertensi, 2) RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur mengenai jumlah kejadian hipertensi dan jumlah konsultasi gizi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan pengisian kuesioner sebelum dan sesudah dilakukan konsultasi gizi. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Analisis data terdiri dari Analisa Univariat, bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Sedangkan pada analisis bivariat sebelum mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, dilakukan uji kenormalan data (normalitas). Uji normalitas yang digunakan dengan batasan kemaknaan (α 0,05). Dikatakan data berdistribusi normal jika p value > α. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi. Uji statistik yang digunakan adalah uji paired sample t-test dengan batas kemaknaan (α 0,05). Hubungan dikatakan bermakna apabila p value 0,05 dan hubungan dikatakan tidak bermakna apabila p value > 0,05. 1) Uji Independent Sample T Test. Analisa bivarian dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan pengetahuan dengan tingkat pendidikan, perbedaan pengetahuan dengan pekerjaan pasien penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi. Uji statistik yang digunakan adalah uji independent sample T test dengan batas kemaknaan ((α 0,05). Hubungan dikatakan bermakna apabila p value 0,05 dan hubungan dikatakan tidak bermakna apabila p value > 0,05. HASIL Karakteristik Responden Tabel 1: Distribusi Umur Responden Rentang Umur f % 35 40 tahun 24 46,2 41 45 tahun 15 28,8 46 50 tahun 13 25,0 Jumlah 52 100 Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden termuda berumur 35 tahun, sedangkan tertua berumur 50 tahun. Jumlah responden terbanyak pada kisaran umur 35 sampai 40 tahun, yaitu sebanyak 24 responden (46,2%), kisaran umur 41 sampai 45 tahun sebanyak 15 responden (28,8%), dan responden dalam kisaran 46 sampai 50 tahun sebanyak 13 responden (25,0%). Tabel 2: Distribusi Pendidikan Responden Pendidikan f % Rendah 25 48,1 Tinggi 27 51,9 Jumlah 52 100 Berdasarkan Tabel 2, sebagian responden berpendidikan tinggi sebanyak 27 responden (51,9%) dan berpendidikan rendah sebanyak 25 responden (48,1%). Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan f % Nonformal 28 53,8 Formal 24 46.2 Jumlah 52 100 Berdasarkan Tabel 3, responden terbanyak bekerja pada sektor nonformal, yaitu 28 responden (53,8%). Sektor nonformal dimaksud adalah wiraswasta, pedagang, petani, dan ibu rumah tangga. Adapun responden yang bekerja di sektor formal, yaitu guru, PNS, dan TNI/Polri, sebanyak 24 orang atau 46,2%. [60]

Analisis Univariat Tabel 4: Distribusi Hasil Tes Pengetahuan Variabel Rerata SD Min Max Pretest 40,48 8,120 25 55 Posttest 61,15 8,160 45 80 Peningkatan 20,67 7,543 10 35 Berdasarkan Tabel di atas diketahui rerata nilai pretest 40,48 dengan standar deviasi 8,120, nilai minimum 25, dan nilai maksimum 55. Setelah responden diberi kan konsultasi gizi terlihat ada peningkatan, yaitu rerata nilai pretest 61,15 dengan standar deviasi 8,160, nilai mini mum 45, dan nilai maksimum 80; rerata peningkatan adalah 20,67 dengan standar deviasi 7,543, peningkatan minimum 10, dan peningkatan maksimum 35. Analisis Bivariat Tabel 5: Perbedaan Rerata Pengetahuan tentang Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan Konsultasi Gizi pada Pasien Hipertensi Pengetahuan n Mean SD SE Pre 52 40,48 8,120 1,048 Post 52 61,15 8,610 t -19,764 p value 0,000 CI 95% -20,873(-22,773 - -18,873) Berdasarkan Tabel 5 diketahui rerata perbedaan berpasangan hasil pretest dengan posttest adalah -20,873 dengan standar error perbedaan sebesar 1,048. Uji t menghasilkan nilai t hitung -19,764 dengan nilai ρ 0,000. Karena nilai ρ 0,000 < 0,05, maka ada rerata perbedaan pengetahuan tentang hipertensi pada pasien penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi Tabel 6: Perbedaan Rerata Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi pada Pasien Penderita Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan n Mean SD SE Rendah 25 18,40 8,212 Tinggi 27 24,63 8,493 1,765 t -19,764 p value 0,000 CI 95% -20,873(-22,773 - -18,873) Berdasarkan Tabel 6 diketahui rerata perbedaan peningkatan pengetahuan tentang hipertensi antara responden berpendidikan rendah dan responden berpendidikan tinggi adalah -8,273 dengan standar error perbedaan sebesar 1,765. Uji t menghasilkan nilai t hitung -19,764 dengan nilai ρ 0,000. Karena nilai ρ 0,000 < 0,05, maka ada perbedaan rerata peningkatan pengetahuan tentang hipertensi pada pasien penderita hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 7: Perbedaan Rerata Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi pada Pasien Penderita Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Pekerjaan n Mean SD SE Non formal 28 17,32 8,869 1,854 Formal 24 24,58 6,413 t -3,918 p value 0,000 CI 95% -7,262(-10,985 - -3,539) Berdasarkan Tabel 7 diketahui rerata perbedaan peningkatan pengetahuan hipertensi antara responden dengan pekerjaan nonformal dan formal adalah -7,262 dengan standar error perbedaan sebesar 1,854. Uji t menghasilkan nilai t hitung -3,918 dengan nilai ρ 0,000. Karena nilai ρ 0,000 < 0.05, maka ada perbedaan rerata peningkatan pengetahuan hipertensi pada pasien penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan [61]

PEMBAHASAN Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Konsultasi Gizi Berdasarkan hasil pengujian diketahui ada perbedaan rerata sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi di RSUD Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2015, dengan nilai ρ 0,000 < 0,05. Rerata pengetahuan tentang hipertensi setelah diberikan penyuluhan sebesar 61,15, sedangkan sebelum diberikan penyuluhan sebesar 40,48, ada peningkatan sebesar 20,87. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Priwanci (2009) yang menunjukkan adanya efek pendidikan kesehatan tentang hipertensi stadium 1 terhadap peningkatan pengetahuan keluarga dalam menjalankan 5 tugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Mojo secara signifikan (ρ 0,025 < 0,05). Hasil penelitian juga sesuai dengan hasil penelitian Widyasari dan Candrasari (2010) yang menemukan adanya perbedaan pengetahuan lansia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan tentang hipertensi yang signifikan di Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo, yang ditunjukkan dengan nilai ρ sebesar 0,000 (ρ < 0,05). Pendidikan kesehatan adalah salah satu bentuk promosi kesehatan dan merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada individu untuk belajar dengan berbagai bentuk komunikasi yang didesain untuk mengembangkan pengetahuan tentang kesehatan dan mengembangkan keterampilan yang kondusif untuk kesehatan individu dan komunitas (WHO, 2012). Pendidikan kesehatan tidak hanya sebatas penyebaran informasi kesehatan tetapi juga membangkitkan motivasi, keterampilan dan rasa percaya diri seseorang dalam mengambil tindakan untuk peningkatan kesehatan (WHO, 2012). Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba, sebagian besar manusia memperoleh informasi melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Soekanto (2004) mengatakan bahwa pengetahuan adalah kesan yang mendalam dalam pikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan alat inderanya, berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan informasi yang keliru (misinformation). Pengetahuan juga berbeda dengan buah pikiran (ide), karenanya tidak semua buah pikiran adalah pengetahuan. Mubarak dkk. (2007) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, lingkungan sekitar, dan informasi itu sendiri. Selain itu, kemudahan dalam memperoleh informasi dapat membantu seseorang mempercepat memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2010), adanya intervensi konsultasi diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan. Karena pada hakekatnya pendidikan kesehatan, dalam hal ini konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan pengertian dan sikap positif terhadap makanan agar penderita dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam kehidupan seharihari. Konseling gizi bertujuan membantu klien mengidentifikasi dan menganalisis masalah klien serta memberikan alternatif pemecahan masalah individu. Tingkat pengetahuan yang baik tentang hipertensi akan mempermudah terjadinya perubahan perilaku, baik bagi penderita hipertensi maupun bagi orangorang yang tidak menderita hipertensi untuk menjagai kesehatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Green dalam Notoarmodjo (2010) yang menyatakan bahwa salah satu faktor penentu terjadinya perubahan perilaku kesehatan adalah adanya faktor predisposisi (predisposing [62]

factor) yang didalamnya termasuk pengetahuan mengenai hipertensi. Rerata perbedaan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi mengindikasikan bahwa konsultasi kesehatan singkat dapat menambah pengetahuan masyarakat. Dimana, setelah diberikan konsultasi gizi pasien penderita hipertensi memiliki pengetahuan yang bertambah atau meningkat. Adanya peningkatan pengetahuan tersebut kemungkinan karena metode dan alat bantu yang digunakan cukup tepat. Metode yang digunakan dalam konsultasi gizi ini ada ceramah dan tanya jawab secara langsung yang memungkinkan responden dapat langsung berinteraksi dengan penulis. Adapun alat bantu yang digunakan adalah leaflet dan poster, dimana alat bantu ini berguna untuk memfokuskan responden terhadap informasi yang konselor berikan. Berdasarkan pengalaman penulis, ketika memberikan konsultasi gizi harus dilakukan secara bertahap. Setelah satu topik selesai dilanjutkan ke topik berikutnya setelah responden mengerti. Konselor tidak boleh tergesa-gesa dalam menyampaikan materi dan dalam bahasa sederhana yang mudah dimengerti. Konselor juga harus melakukan komunikasi dua arah dengan peserta yang diberikan konsultasi gizi, sehingga suasana lebih hidup dan materi tersampaikan dengan baik. Semua itu itu dilakukan agar seluruh indera peserta konsultasi gizi terfokus kepada materi yang diberikan konselor. Materi konsultasi gizi yang disampaikan melalui media gambar dan video dapat membantu memfokuskan indera peserta konsultasi gizi. Jika peserta konsultasi gizi telah terfokus maka materi dapat dengan mudah diterima dan dimengerti. Peningkatan Pengetahuan Penderita Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil pengujian diketahui ada perbedaan rerata peningkatan antara pasien yang berpendidikan rendah dengan yang berpendidikan tinggi dengan nilai ρ 0,000 < 0,05. Rerata peningkatan pengetahuan tentang hipertensi pasien yang berpendidikan rendah adalah 18,40, sedangkan yang berpendidikan tinggi 24,63. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Mubarak dkk. (2007) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, lingkungan sekitar, dan informasi itu sendiri, dengan nilai ρ 0,013 < 0,05. Menurut Nursalam (1997) bahwa faktor pendidikan berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dalam meneriman informasi. Makin tinggi pendidikan maka makin mudah seseorang dalam menerima informasi sehingga akan banyak pengetahuan yang akan diperoleh. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Rini, 2014). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan akan mempermudah penerimaan informasi yang diberikan konselor. Seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah menyerap informasi yang diberikan melalui konsultasi gizi dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Metode yang digunakan dalam konsultasi gizi cukup tepat bagi kedua kelompok tingkat pendidikan ini. Tetapi mungkin lebih mudah lebih dicerna oleh pasien yang berpendidikan tinggi, terbukti rerata perbedaan peningkatan pengetahuan ini signifikan. [63]

Peningkatan Pengetahuan Penderita Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil pengujian diketahui ada perbedaan rerata peningkatan antara pasien yang memiliki pekerjaan nonformal dengan yang memiliki pekerjaan formal, dengan nilai ρ 0,000 < 0,05. Rerata peningkatan pengetahuan tentang hipertensi pasien yang bekerja di sektor nonformal adalah 17,32, sedangkan yang bekerja di sektor formal adalah 24,58. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Mubarak dkk. (2007) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, lingkungan sekitar, dan informasi itu sendiri, dengan nilai ρ 0,013 < 0,05. Dimana pekerjaan disektor formal lebih memudahkan responden menerima materi konsultasi gizi yang diberikan konselor. Pekerjaan responden yang dimasukkan ke dalam sektor nonformal dalam penelitian ini adalah wiraswasta, pedagang, petani, dan ibu rumah tangga. Pekerjaan responden yang dimasukkan ke dalam sektor formal dalam penelitian ini adalah guru, PNS, dan TNI/Polri. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik (Rini, 2014). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata skor nilai sebelum diberikan konsultasi gizi adalah 40,48, dengan nilai terendah 25 dan tertinggi 55 dan rata-rata skor nilai sesudah diberikan konsultasi gizi adalah 61,15, dengan nilai terendah 45 dan tertinggi 80. Hasil uji statistik lebih lanjut menyimpulkan ada perbedaan pengetahuan pasien penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan konsultasi gizi (ρ 0,000), ada perbedaan rerata peningkatan berdasarkan tingkat pendidikan (ρ 0,000), dan ada perbedaan yang rerata peningkatan berdasarkan pekerjaan (ρ 0,000). Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis menyarankan agar RSUD Martapura bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya dinas kesehatan, untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan penyuluhan gizi. Kegiatan tersebut diupayakan agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat sampai ke tingkat desa. Kegiatan ini dilakukan agar tercipta masyakat yang sadar gizi dan memiliki hidup dengan tingkat kesehatan yang lebih berkualitas. Adapun khusus untuk RSUD Martapura diharapkan dapat menyiapkan materi penyuluhan gizi dalam berbagai bentuk, seperti leaflet, brosur, gambargambar dalam bentuk poster dan video. Hal ini perlu dilakukan mengingat keberagaman pasien dalam berbagai hal, misalnya tingkat pendidikan dan pekerjaan. Karena daya serap masingmasing berbeda-beda. [64]

DAFTAR PUSTAKA Candra, A. 2013. Penderita Hipertensi Terus Meningkat. http://health. kompas.com/ Penderita Hipertensi Terus Meningkat. Tanggal Akses 21 April 2015. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Mawarningsih, P. 2012. Pengaruh Advokasi Pelayanan Gizi dan Penyuluhan Terhadap Jumlah Kunjungan Pasien di Poliklinik Gizi Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi. Jurnal Gizi Klinik Vol. 4 No.3. Notoatmojo, S. 2010a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugraheni, N. 2013. Hubungan Faktor Internal dan Faktor Eksternal dengan Motivasi Konsultasi Gizi pada Pasien Hipertensi di Poliklinik Gizi RSUD Moewardi Tahun 2013. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. RSUD Martapura. 2014. Profil RSUD Martapura Kabupaten OKU Timur Tahun 2014. Martapura. Smeltzer. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rajawali. WHO. 2012. Health Education: Concept, Effective Strategic and Care Competence. Eastern Mediteranian. [65]