BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak manusia lahir ke dunia, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri tiap individu. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan. kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dilatih dan diarahkan agar menjadi manusia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULIAN. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 1436 H / 2015 M

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa di sekolah. Istilah belajar sebenarnya telah dikenal oleh masyarakat umum, namun barangkali tidak banyak orang yang benar-benar mengerti akan arti belajar yang sesungguhnya. Sehubungan dengan pengertian belajar tersebut, Slameto mengemukakan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Seirama dengan pendapat yang dikemukakan di atas, Ahmadi dan Supriyono menyatakan bahwa : Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah proses usaha yang dilakukan secara sadar, sehingga terjadi 1

2 perubahan tingkah laku ke arah yang positif melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang diharapkan menjadi sarana bagi pengembangan potensi Peserta didik seoptimal mungkin. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I ayat I menjelaskankan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dalam perspektif Islam, pendidikan dipandang sebagai hal yang sangat esensial dalam kehidupan individu dan bermasyarakat. Bukti pentingnya bagi seorang muslim untuk menjadi seorang yang berilmu sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur an surah Al Mujadalah ayat 11: )المجادلة: ) 11 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majelis! Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu! Maka berdirilah, niscaya Allah akan

3 meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sehubungan dengan terjemahan ayat di atas, Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa orang-orang yang melapangkan majelis berarti melapangkan hati, orang yang melapangkan hati akan diangkat iman dan ilmunya sehingga ditinggikan derajatnya, dan ia adalah orang-orang yang ditambah ilmunya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada raut muka, wajah dan sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Iman memberi cahaya pada jiwa, sedangkan ilmu memberi cahaya pada mata. Iman dan ilmu membuat seseorang menjadi agung walaupun tidak ada pangkat yang disandangnya, sebab cahaya datang dari dalam dirinya. Secara garis besar manusia terdiri atas dua aspek, yaitu jasmani dan rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri-ciri tertentu. Aspek jasmani meliputi tinggi dan besar badan, panca indra yang terdiri atas indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan, anggota badan, kondisi dan peredaran darah, kondisi dan aktifitas hormon dan lain-lain. Aspek rohani meliputi kecerdasan, bakat, kecakapan hasil belajar, sikap, minat, motivasi, emosi dan perasaan, watak, kemampuan sosial, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, peranan dan interaksi sosial dan lain sebagainya. Salah satu ciri yang esensial dari individu ialah bahwa ia selalu melakukan kegiatan atau berprilaku. Kegiatan individu merupakan manivestasi

4 dari hidupnya, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Individu melakukan kegiatan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Peserta didik SMP Negeri 2 Painan yang memiliki rentang umur 13-16 tahun merupakan masa remaja awal yang memiliki kebutuhan yang bersifat psikologis, seperti mendapat kasih sayang, menerima pengakuan mengatasi dorongan untuk semakin mandiri, memperoleh prestasi dalam berbagai bidang yang dihargai oleh orang dewasa dan teman sebaya, mempunyai hubungan persahabatan dengan teman sebaya, merasa aman dalam kerjasamanya sendiri. Jika kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi maka seseorang menjadi kurang semangat untuk bekerja keras, gelisah, kepekaan perasaan, dan mengalami masalah dengan ketidak percayaan diri siswa. Pada dasarnya setiap remaja menghendaki semua kebutuhannya dapat terpenuhi secara wajar. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut secara memadai akan memperoleh suatu kepuasan hidup. Selanjutnya, remaja akan merasa gembira, harmonis, produktif manakala kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi secara memadai. Sebaliknya, remaja akan mengalami kekecewaan, ketidakpuasan, atau bahkan frustasi, dan pada akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya jika kebutuhannya tidak terpenuhi. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu proses belajar

5 merupakan suatu kegiatan yang pokok atau utama dalam dunia pendidikan. Manusia tidak akan pernah berhenti belajar karena setiap langkah manusia dalam hidupnya akan dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan pemecahan dan menuntut manusia untuk belajar menghadapinya. Untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru harus mampu memberikan motivasi pengajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materinya. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik, baik seketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya. Oleh karena itu, hasil belajar berdampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan sikap dan keterampilan. Di sekolah, setiap peserta didik pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa peserta didik itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang peserta didik dengan peserta didik lainnya. Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditunjukkan kepada para peserta didik yang berkemampuan rata-rata, sehingga peserta didik yang berkemampuan lebih atau yang

6 berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, Peserta didik yang berkategori di luar rata-rata itu )sangat pintar dan sangat bodoh( tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya, maka tidak mengherankan jika di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena mereka merasa jenuh, bosan, tidak nyaman belajar di sekolah dan juga dipicu dari kesulitan peserta didik dalam mengikuti ataupun menerima pelajaran di sekolah. Di mana kesulitan belajar merupakan suatu kondisi di mana peserta didik tidak bisa belajar dengan semestinya. Sehingga dari kesulitan belajar inilah peserta didik menjadi frustasi dan mengalami stres. Akhir-akhir ini masalah yang terkait dengan stres semakin sering diperbincangkan, baik itu dari lingkungan masyarakat dan pada lingkungan pendidikan yang saat ini semakin berkembang. Dalam hal pendidikan, peserta didik merupakan unsur terpenting di dalamnya, di mana pasti akan selalu dihadapkan pada rutinitas pembelajaran setiap harinya. Kondisi inilah yang sedikit banyak bisa menimbulkan stres belajar pada peserta didik. Menurut Govaerst dan Gregoire Stres belajar merupakan suatu keadaan individu yang mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor akademik, yang berhubungan dengan belajar di lingkungan sekolahnya. Remaja cenderung lebih mudah mengalami stres belajar. Lebih lanjut menurut Zakiah Darajat menyatakan bahwa stres belajar diistilahkan sebagai stres di lingkungan

7 sekolah. Diantara bentuk-bentuk stres belajar adalah merasa takut menghadapi ujian, merasa tidak percaya diri dalam tindakannya, merasa tidak mampu mengerjakan tugas-tugas, kecewa, merasa gurunya tidak adil. Fenomena ini akhir-akhir ini menjadikan marak terjadi di sekolah-sekolah. Begitu pula di SMP Negeri 2 Painan berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan setidaknya terdapat beberapa kasus tentang pelayanan guru Bimbingan dan Konseling mengatasi stres belajar peserta didik di antaranya. Tabel 1. Pelayanan Guru Pembimbing Mengatasi Stres Belajar Peserta didik di SMP Negeri 2 Painan Kelas VIII. No Fenomena stres Peserta didik Persentase 1. Merasa takut menghadapi 15 orang peserta didik 21, 7 % ujian 2. Merasa tidak percaya diri 17 orang peserta didik 24,6 % dalam tindakannya 3. Merasa tidak mampu 12 orang peserta didik 17,4 % mengerjakan tugas 4. Kecewa 11 orang peserta didik 15, 9%

8 5. Merasa guru tidak adil 14 orang peserta didik 20,2 % Jumlah 69 orang peserta ddik 100 % Tabel di atas menyatakan bahwa fenomena stres belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Painan seperti merasa takut menghadapi ujian, merasa tidak percaya dengan tindakannya, merasa tidak mampu mengerjakan tugas, kecewa, dan merasa guru tidak adil. Data di atas juga di dukung dengan hasil wawancara yang di lakukan guru BK )Ibu Syefni Lilia Wati D, S.Pd( di SMP Negeri 2 Painan yang menyatakan bahwa: Di SMP Negeri 2 Painan ini dari beberapa kasus yang ibu lihat memang ada beberapa peserta didik yang terlihat mengalami gejala stres belajar seperti merasa takut menghadapi ujian, merasa tidak percaya dengan tindakannya, merasa tidak mampu mengerjakan tugas, kecewa, dan merasa guru tidak adil. Dengan adanya permasalahan peserta didik yang rentan dengan fenomena stres belajar peserta didik di SMP Negeri Painan. Oleh sebab itu di perlukan layanan bimbingan konseling, yang mana bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dasar pendidikan, mengingat bahwa bimbingan konseling adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara

9 wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan baik lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Secara umum, stres yang berkepanjangan )boleh juga disebut sebagai depresi( yang akan mengganggu fungsi kemanusiaan baik itu fungsi tubuh, fungsi jiwa, maupun fungsi spiritual. Penanganan stres belajar dalam hal terapi pada gangguan stres dan depresi dapat diberikan terapi yang meliputi: psikoterapi psikiatrik, psikoterapi keagamaan, psikofarmaka, dan juga terapi relaksasi. Di samping itu dalam pelayanan bimbingan dan konseling mengatasi stres belajar dengan beberapa cara yaitu : a. Terapi tingkah laku Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang adaptif. Terapi tingkah laku bersandar pada hasil-hasil eksperimen tentang pernyataan-pernyataan teoretisnya, konsep utama terapi tingkah laku terus-menerus diperkuat dan dikembangkan. b. Terapi realistis Terapi realistis adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapi ini menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang direncanakan untuk membantu klien dalam mencapai suatu keberhasilan. Pada

10 terapi ini memodifikasi bentuk tingkah laku karena, dalam penerapan-penerapan institusionalnya. Begitu pula di SMP Negeri 2 Painan yang memiliki guru Pembimbing tampaknya telah berkerja dalam mengatasi stres belajar peserta didik. Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas dan ditunjang dengan teori-teori yang ada maka butuh suatu penelitian dengan keilmuan Bimbingan dan Konseling. Oleh sebab itu penulis sangat tertarik untuk membahas dalam kajian ilmiah dengan judul Pelayanan Guru Pembimbing mengatasi Stres Belajar Peserta didik di SMP Negeri 2 Painan B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana pelayanan Guru Pembimbing mengatasi Stres Belajar Peserta didik di SMP Negeri 2 Painan? C. Batasan Masalah

11 1. Pelayanan guru pembimbing mengatasi stres belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Painan? 2. Faktor pendukung dan penghambat pelayanan guru pembimbing mengatasi stres belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Painan. 3. Hasil dari pelayanan yang diberikan guru pembimbing mengatasi stres belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Painan? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: a. Pelayanan guru pembimbing mengatasi stres belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Painan? b. Faktor pendukung dan penghambat pelayanan guru pembimbing mengatasi stres belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Painan. c. Hasil dari pelayanan yang diberikan guru pembimbing mengatasi stres belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Painan? 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yang penulis lakukan ini adalah:

12 a. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah jurusan Menajemen Pendidikan Islam )MPI( IAIN Imam Bonjol Padang. b. Sebagai sumber informasi bagi penulis dalam rangka memperluas khazanah dan membuka jendela cakrawala keilmuan. c. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang penelitian ilmiah disamping ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. d. Untuk menambah wawasan penulis mengatasi ilmu Bimbingan dan Konseling. e. Memberikan sumbangan pemikiran pada konselor dalam meningkatkan profesionalisme. f. Menambah sumber bacaan pada perpustakaan IAIN Imam Bonjol Padang. E. Penjelasan Judul Penelitian yang berjudul Pelayanan Guru Bimbingan dan Konseling mengatasi Stres Belajar Peserta didik di SMP Negeri 2 Painan ini di dukung beberapa istilah yang perlu di jelaskan lebih lanjut. Pelayanan : Perihal atau cara melayani. Berdasarkan hal ini dapat penulis pahami bahwa dalam ke ilmuan konseling pelayanan juga termasuk suatu proses pemberian bantuan yang terus menerusdan

13 sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Guru Pembimbing Guru Pembimbing yang dimaksud disini adalah Guru Bimbingan dan Konseling yang berada di SMP Negeri 2 Painan yang beralamat di Jalan Pacuan Salido Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan Stres Belajar : Gangguan mental atau emosional pada semua hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dimana keadaan individu mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor akademiknya. Stres belajar kadang diartikan sebagai bentuk kejenuhan dengan rutinitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa secara terus menerus serta sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya. Berdasarkan hal ini dapat penulis

14 pahami bahwa stres merupakan sebuah keadaan yang dialami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Peserta didik Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Berdasarkan hal ini dapat penulis pahami bahwa peserta didik merupakan unsur terpenting di dalamnya, di mana pasti akan selalu dihadapkan pada rutinitas pembelajaran setiap harinya sehingga dengan demikian potensi dirinya dapat berkembang berdasarkan tahap perkembangannya.

15