HUBUNGAN SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Riki Nur Pratama. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEPADATAN LALAT, PERSONAL HYGIENE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2013

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR


HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Bivariat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

Faktor Lingkungan Berhubungan dengan Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Muaradua Kabupaten Oku Selatan

HUBUNGAN ANTARA FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

ANALISIS SPASIAL HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SIALANG BUAH KECAMATAN TELUK MENGKUDU KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

Wati Sitohang 1, Wirsal Hasan 2, Devi Nuraini Santi 2. Departemen Kesehatan Lingkungan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

Pendahuluan. Sa'diyah., et al, Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare...

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN BELAWA KABUPATEN WAJO TAHUN 2012

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

Zainul Ikhwan 1) 1) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

Febriza, N., Tang, U M., Maryanti, E 2015:9 (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Diponegoro ABSTRACT

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

SEBARAN KONDISI SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN

Predictor Factors Related Diarrhea Incidence on Children Age 0-3 Years

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

Transkripsi:

HUBUNGAN SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR Andrean Dikky Pradhana Putra, Mursid Rahardjo, Tri Joko Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email : andreandikky@gmail.com Abstract : Diarrhea is a disease that can occur in infants, children and adults. The incidence of diarrhea in Karanganyar in 2015 at Public Health Services amounting to 1275 cases. The purpose of this study is to identify and analyze the relationship basic sanitary conditions and personal hygiene with the incidence of diarrhea in Public Health Services. This type of research used in this research is an analytic observational case control study design. Population is the case toddler who otherwise suffering from diarrhea and the control population is under five who are not otherwise suffer diarrhea. Analyzed using univariate and bivariate. The bivariate analysis using Chi Square Test (α = 0.05). The analysis showed six independent variables associated with the incidence of diarrhea in infants. Variables of clean water (ρ = 0.018 OR = 3.232 95% CI = 1294-8074), the condition of the building latrines (ρ = 0.025 OR = 3,229 95% CI = 1236-8438), the quality of garbage disposal facilities (ρ = 0.019 OR = 2,547 95% CI = 1228-5282), the quality of wastewater disposal (ρ = 0,009 OR = 2,968 95% CI = 1375-6404), personal hygiene (ρ = 0.000 OR = 6287 95% CI = 2851-13863), knowledge of the respondent (ρ = 0.040 OR = 2,981 95% CI = 1134-7831). It can be concluded that the incidence of diarrhea in Public Health Services influenced by means of clean water, latrine building condition, quality means waste removal, quality of sewage disposal facilities, personal hygiene, and knowledge of parents of toddlers. Keyword : Basic Sanitation, Personal Hygiene, diarrhea 422

PENDAHULUAN Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). 1 Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi klinis diare di Indonesia sebesar 3.5% lebih kecil jika dibandingkan dengan Riskesdas pada tahun 2007 yaitu sebesar 9%. Prevalensi klinis diare tertinggi di Indonesia ditemukan pada rentang usia 1 4 tahun yaitu sebesar 9,2%. Untuk provinsi Jawa Tengah prevalansi klinis diare sebesar 4,7%. Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan prevalensi klinis diare di Indonesia. 2 Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Karanganyar tahun 2015, jumlah penderita Diare sebanyak 15.566 orang. Prevalensi klinis diare di karanganyar didapatkan sebesar 4,09%. Angka tersebut masih dibawah prevalensi klinis diare di Jawa Tengah yaitu sebesar 4,7% tetapi lebih besar dibandingkan prevalensi klinis di Indonesia yaitu 3,5%. Berdasarkan data yang diperoleh penyakit diare paling banyak diderita oleh warga berusia di atas 15 tahun. Data tersebut menyebutkan penderita diare dari warga kabupaten Karanganyar berusia kurang dari 1 tahun sebanyak 772 orang, usia 1 4 tahun sebanyak 3058 orang, usia 5 14 tahun sebanyak 3.407 orang, dan usia di atas 15 tahun mencapai 8.457 orang. 3 Dari 21 puskesmas yang terdapat di Karanganyar angka kejadian diare terbesar pada tahun 2015 terdapat pada wilayah kerja puskesmas yaitu sebesar 1.275 kasus. Hal tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu 293 kasus. Terdapat 10 desa di bawah wilayah kerja yaitu desa Buran, Papahan, Ngijo, Gaum, Suruh, Pandean, Karangmojo, Kaling, Wonopolo, Kalijarak. 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko tertentu menggunakan desain studi case control. Pada studi case control sekelompok kasus (yakni pasien yang menderita efek atau penyakit yang sedang diteliti) dibandingkan dengan kelompok control (mereka yang tidak mederita penyakit atau efek). Dalam studi ini ingin diketahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan 423

pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kekerapan pajanan pada kelompok kontrol. 4 Sampel yang di peroleh berdasarkan rumus Lemeshow sebesar 122 sampel yang terdiri dari 61 sampel kasus dan 61 sampel kontrol Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden dan observasi langsung. Data sekunder didapatkan melalui studi pustaka dari buku dan instansi terkait ( dan Dinas Kesehatan Karanganyar), serta referensireferensi lain. Analisis data dilakukan dengan 2 jenis analisis. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan tabel ditribusi frekuensi. Analisis bivariat dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas. Apabila ρ value> 0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas (H 0 diterima), apabila ρ value 0,05 maka ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas (H 0 ditolak). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Status balita yang menderita diare sebesar 61 responden dan yang tidak menderita diare 61 responden. Perbandingan jenis kelamin balita laki-laki sebesar 45,9% dan perempuan sebesar 54,1%. Pendidikan ibu yang terbanyak yaitu tamatan SMA sebesar 55,7% sedangkan untuk yang terendah yaitu tamatan SD hanya 1,6%. Responden pada penelitian ini 29 responden tidak bekerja, 11 responden bekerja sebagai PNS, 4 responden bekerja sebagai petani, 5 responden bekerja sebagai pedagang, 18 responden berwiraswasta, 19 responden pegawai buruh dan 36 responden lainnya bekerja sebagai karyawan swasta. 2. Kondisi Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene wilayah kerja Responden kasus memiliki kondisi bangunan jamban tidak memenuhi syarat sebesar 29,5%, sedangkan responden kontrol yang memilik kondisi bangunan jamban responden tidak memenuhi syarat sebesar 11,5%. Responden kasus memiliki kualitas sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat sebesar 60,7%, sedangkan responden kontrol yang memilik kualitas sarana pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebesar 37.7%. Kualitas sarana pembuangan air limbah responden kasus sebesar 49,2% tidak memenuhi syarat sedangkan responden kontrol sebesar 24,6% memiliki kualitas sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat. Responden kasus yang tidak memenuhi syarat sarana air bersih sebesar 32,8% sedangkan responden kontrol yang tidak memenuhi syarat sarana air bersih sebesar 13,1%. responden kasus yang memakai sumur gali sebesar 16,4% sedangkan responden kontrol sebesar 27,9%. Sumber air bersih yang berasal dari PDAM untuk responden kasus sebesar 83,6% dan responden kontrol sebesar 45%. 424

3. Analisis Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Tabel 1. Rekapitulasi Hasil No. Analisis Variabel 1. Hubungan antara Sarana Air Bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja tahun 2016 2. Hubungan antara kondisi bangunan jamban dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas tahun 2016 3. Hubungan antara kualitas sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas tahun 2016 4. Hubungan antara Kualitas Sarana Pembuangan Air Limbah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas tahun 2016 5. Hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas tahun 2016 6 Hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja tahun 2016 ρ value 0.018 0.025 0.019 0.009 0.000 0.040 Hubungan Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja 0.018. Karena ρ value < 0,05 sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja. dilakukan wawancara terkait kondisi sarana air bersih. Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat pada kelompok kasus sebesar 71,4%, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 28,6 %. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa balita yang tinggal di rumah dengan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 3,232 kali lebih besar menderita diare dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi sarana air bersih telah memenuhi syarat. Sarana air bersih termasuk faktor dominan yang mempengaruhi kejadian diare pada balita. Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi/tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. 5 Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih beresiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan 425

dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih. 6 Hubungan antara Kondisi Bangunan Jamban dengan Kejadian diare pada balita di 0.025. Karena ρvalue < 0,05 kondisi bangunan jamban dengan kejadian diare pada balita di. dilakukan observasi terkait kondisi bangunan jamban. Kondisi bangunan jamban yang tidak memenuhi syarat pada kelompok kasus sebesar 72,0%, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 28,0 %. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa balita yang tinggal di rumah dengan kondisi bangunan jamban yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 3,229 kali lebih besar menderita diare dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi bangunan jamban telah memenuhi syarat. Sarana jamban yang tidak tertutup akan dapat terjangkau oleh vektor penyebab penyakit diare yang kemudian secaratidak langsung akan mencemari makanan dan minuman. Selain itu, jarak antaralubang penampung kotoran dengan sumber air bersih atau sumur yang kurang dari 10 meter, akan menyebabkan kuman penyakit diare yang berasal dari tinja mencemari sumber air bersih yang digunakan orang untuk keperluan sehari-hari. 7 Hubungan antara Kualitas Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita di wilayah kerja 0.019. Karena ρ value < 0,05 kualitas sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja. dilakukan wawancara terkait kualitas sarana pembuangan sampah. Kualitas sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat pada kelompok kasus sebesar 61,7%, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 38,3 %. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa balita yang tinggal di rumah dengan kualitas sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 2,547 kali lebih besar menderita diare dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan kualitas sarana pembuangan sampah yang telah memenuhi syarat. Hubungan antara Kualitas Sarana Pembuangan Air Limbah dengan kejadian Diare pada Balita di wilayah kerja 0.009. Karena ρ value < 0,05 426

kualitas sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja. Hasil observasi di lapangan mengenai kualitas sarana pengelolaan air limbah (SPAL) ditemukan bahwa banyak aliran air tidak lancar dan menggenang. SPAL yang menggenang menimbulkan bau. Terdapat juga responden yang tidak mengalirkan air limbahnya ke saluran melainkan langsung ke tanah. Hal tersebut dapat mencemari tanah dan memicu timbulnya vektor penyakit seperti diare. Kondisi saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat berpotensi untuk menimbulkan penyakit diare karena airlimbah ini akan mudah meresap ke dalam sumber air bersih sehingga menyebabkan pencemaran. Selain itu, saluran pembuangan air limbah yang dibiarkan terbuka, tidak lancar, dan becek ini akan dengan mudah menjadi tempat berkembangbiaknya jasad renik atau makhluk hidup dan vektor penyebab penyakit diare. 8 Hubungan antara Personal Hygiene dengan kejadian Diare pada balita di wilayah kerja 0.000. Karena ρ value < 0,05 Personal Hygiene dengan kejadian diare pada balita di. dilakukan wawancara terkait kondisi Personal Hygiene responden. Kondisi Personal Hygiene yang buruk pada kelompok kasus sebesar 73,2%, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 26,8%. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa balita yang tinggal di rumah dengan kondisi Personal Hygiene yang buruk mempunyai risiko 6,287 kali lebih besar menderita diare dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi Personal Hygiene yang baik. Hubungan antara Pengetahuan dengan kejadian Diare pada balita di wilayah kerja 0.040. Karena ρ value < 0,05 pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja. dilakukan wawancara terkait kondisi pengetahuan responden. Pengetahuan yang buruk pada kelompok kasus sebesar 70,8%, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 29,2%. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa balita yang tinggal di rumah dengan kondisi pengetahuan yang buruk mempunyai risiko 2,981 kali lebih besar menderita diare dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi pengetahuan yang baik. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan masih di temukan responden yang memliki 427

pengetahuan tentang sanitasi dasar yang tergolong buruk.variabel pengetahuaan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadiaan diare. Hal ini mungkin disebabkan karena perilaku seseorang juga ditentukan oleh pengetahuan seseorang. 9 Pengetahuan seseorang tergolong dalam perilaku tertutup karena berupa respons terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Pengetahuan seseorang memang belum dapat diamati secara jelas tetapi walaupun demikian tingkat pengetahuan seseorang dapat memengaruhi sikap dan tindakannya. 10 KESIMPULAN 1. Jenis Sumber Air Bersih responden di wilayah Kerja yaitu sumur gali sebanyak 27 responden dan PDAM sebanyak 95 responden 2. Ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar (pvalue=0,018; OR=3,232; 95% CI=1,294-8,074) 3. Ada hubungan antara kondisi bangunan jamban dengan kejadian diare pada balita di Karanganyar (p-value=0,025; OR=3,229; 95% CI=1,236-8,438) 4. Ada hubungan antara kualitas sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di Karanganyar (p-value=0,019; OR=2,547; 95% CI=1,228-5,282) 5. Ada hubungan antara kualitas sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita di Karanganyar (p-value=0,009; OR=2,968; 95% CI=1,375-6,404) 6. Ada hubungan antara Personal Hygiene Ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar (pvalue=0,000; OR=6,287; 95% CI=2,851-13,863) 7. Ada hubungan antara pengetahuan Ibu dengan kejadian diare pada balita di Karanganyar (p-value=0,040; OR=2,981; 95% CI=1,134-7,831) SARAN 1. Bagi Sebaiknya dilakukan pengawasan tentang ketersediaan jamban keluarga sehingga setiap keluarga dapat memiliki jamban keluarga senidiri. Memberikan sosialisasi dan pelatihan mengenai komposting dan teknik cuci tangan paka sabun yang benar 2. Bagi Masyarakat Semua pihak dalam lapisan masyarakat terutama keluarga diharapkan dapat berperan aktif untuk meningkatkan upaya pencegahan terjadinya diare pada balita terutama menciptakan kondisi lingkungan rumah yang bersih, sehat, dan memenuhi syarat sanitasi dasar rumah. Keluarga dapat melakukan perbaikan kondisi sanitasi lingkungan antara lain : a. Melakukan kegiatan komposting b. Membuang air limbah ke saluran pembuangan air limbah 428

c. Membiasakan cuci tangan pakai sabun setelah BAB maupun sebelum makan. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. Kejadian Diare di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral PPM dan PL. 2011. 2. Messwati, Elok Dyah. Sanitasi Buruk Ancam Kehidupan. Jakarta. 2008. 3. Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan. Karanganyar. 2015. 4. Suradi R, Siahaan CM, Boedjong RF, Sudiyanto, Setyaningsih l, Soedibjo S. Studi Kasus-Kontrol. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis. 5th ed. Jakarta: Sagung Seto: 2014. P. 146-165 5. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga. 2008. 6. Andrianto, Dr. Petrus. Penata Laksanaan dan Pencegahan Diare Akut, Jakarta: buku kedokteran EGC. 1995. 7. Mafazah, L. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu dan Kejadian Diare, Jurnal Kesehatan Masyarakat UNNES. 2013;8(2):176-182. 8. Ircham, Machfoedz. Menjaga Kesehatan Rumah dari Beberapa Penyakit. Yogyakarta: Fitramaya. 2008. 9. Safira, Sarah. Hubungan antara kepadatan lalat, personal hygiene dan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2015. 10. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003. 429