Analisis, Desember 2017, Vol. 6 No. 2: ISSN KEDUDUKAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM HARTA BERSAMA PADA PERKAWINAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

PERLINDUNGAN KARYA SENI FOTOGRAFI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Nurul Liza Anjani, 1 Etty Susilowati 2 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KEDUDUKAN SUAMI ISTRI TERHADAP HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM HAL TERJADI PERCERAIAN: PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT BALI

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

PROSES LAHIRNYA HAK CIPTA TERHADAP PEMBUATAN VIDEO KLIP BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM

KEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

Wirjono Prodjodikoro, 1967, Azas azas Hukum Publik Internasional, P.T. Pembimbing Masa, Djakarta, h.130 3

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan hukum hak cipta terhadap produk digital. Hak cipta terhadap

KAJIAN YURIDIS JUAL BELI HAK WARIS ATAS WARISAN YANG BELUM TERBAGI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN)

BAB I PENDAHULUAN. Demi terwujudnya kewajiban Negara dalam menyejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan langkah ke arah itu seiring dengan proyeksi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana tidak setiap usaha baik dalam skala kecil, menengah, meupun

Karo, Analisis Yuridis Perlindungan Hak Ekonomi Terhadap Buku Teks pada Penerbit Gadjah Mada...

PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

PEWARISAN HAK CIPTA MENURUT KUHPERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak

UPAYA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BALI DALAM MENCEGAH PELANGGARAN HAK CIPTA

Volume 10 Nomor 2 September 2013

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP PEMBAGIAN WARISAN

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. Hendra Tanu Atmadja, Perlindungan Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SETELAH PERCERAIAN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Salatiga)

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Buku adalah media yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB III METODE PENELITIAN

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP DEBITOR YANG MELAKUKAN PERJANJIAN PEMISAHAAN HARTA PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. memang mengalami kemajuan yang pesat. Itu dikarenakan banyaknya

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK EKSKLUSIF PEMILIK MEREK DI INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN MEREK DALAM BENTUK PERJANJIAN LISENSI

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

KEPASTIAN HUKUM STELSEL PENDAFTARAN DEKLARATIF DALAM PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI MEDIA INTERNET

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA LISENSI WAJIB PADA PENGALIHAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DI INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

Lex Administratum, Vol. V/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, harta bersama, agunan, perceraian.

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

KRITERIA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENGATURAN PENGGUNAAN DESAIN YANG SAMA PADA PRODUK MOBIL YANG MEREKNYA BERBEDA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Perlindungan Hukum bagi Pemilik Nama Domain. yang Beritikad Baik dalam Kaitannya dengan Perlindungan Hak Merek

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

PERLINDUNGAN HUKUM HAK WARIS BAGI AHLI WARIS YANG DALAM KEADAAN TAK HADIR DAN PULANG KEMBALI*1

BAB I PENDAHULUAN. (Trade Related Aspect on Intellectual Property Rights) adalah keharusan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia,

PERNYATAAN. : Keabsahan Perkawinan Cino Buto di Tanah Datar Sumatera Barat Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA LISENSI WAJIB PADA PENGALIHAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

JURNAL ILMIAH AKIBAT HUKUM AKTA BUKU NIKAH YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT-SYARAT PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

terhadap penelitian normatif (penelitian yuridis normatif), maka penting sekali

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL ATAS EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DI BALI

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN YANG TIDAK DICATATKAN PADA KANTOR CATATAN SIPIL TERHADAP HARTA BERSAMA

BAB III METODE PENELITIAN

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

PENGARUH KEPAILITAN TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI ISTRI DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEPAILITAN

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. dan kepercayaan terhadap merek tersebut. untuk memperoleh/meraih pasar yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL. Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

JURNAL PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA PEWARISAN DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGUASAAN HARTA BAWAAN DAN HARTA BERSAMA SETELAH PERCERAIAN MENURUT UU NO

PEMBATALAN PERJANJIAN MAATSCHAP YANG DIDIRIKAN TANPA JANGKA WAKTU DAN ATAS DASAR WANPRESTASI

Kata kunci: iktikad baik, rumah susun, perlindungan konsumen. v Universitas Kristen Maranatha

PERLINDUNGAN RAHASIA DAGANG DALAM KERANGKA TRIPs. Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister Hukum. Program Studi Ilmu Hukum

TINJAUAN YURIDIS ATAS TEKNIK FOTOGRAFI DAN KARYA EDITING (RETOUCH)

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

BAB III METODE PENELITIAN. hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. 1 Adapun pencarian bahan di

HAK WARIS ANAK HASIL PROSES BAYI TABUNG DITINJAU DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

STATUS KEPEMILIKAN ATAS SATUAN RUMAH SUSUN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

IMPLEMENTASI PENILAIAN KEBARUAN DAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam

Transkripsi:

Analisis, Desember 2017, Vol. 6 No. 2: 101 105 ISSN 2252-7230 KEDUDUKAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM HARTA BERSAMA PADA PERKAWINAN The Position of Intellectual Property Rights in Marital Common Property 1 Manguluang, 2 Ahmadi Miru, 3 Nurfaidah Said 1 Program Studi Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin (email: manguluangnadji@outlook.com) 2 Program Studi Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin (email: ahmadimiru@unhas.ac.id) 3 Program Studi Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin (email: nurfaidah_said@unhas.ac.id) ABSTRAK Kedudukan Hak Kekayaan Intelektual dalam harta bersama pada perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan hak kekayaan intelektual dalam harta bersama pada perkawinan dan untuk mengetahui penentuan dan pembagian pewarisan hak kekayaan intelektual (HKI) apabila pemegang HKI tersebut meninggal dunia. Tipe peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa HKI yang lahir atau dihasilkan dalam perkawinan merupakan bagian dari harta bersama, objek yang menjadi ruang lingkup pembagian harta bersama pada perkawinan ketika terjadi perceraian dan gugatan harta bersama adalah nilai ekonomi atau penghasilan yang tumbuh dari HKI tersebut. Dalam hal penentuan dan pembagian HKI sebagai objek waris, maka ahli waris berhak atas hak ekonomi dari pewaris, baik itu terkait pelaksanaan hak ekonomi maupun nilai ekonomi atau penghasilan yang timbul dari HKI, agar tidak terjadi permasalahan antar ahli waris, maka sebaiknya para ahli waris membuat kesepakatan bersama untuk menunjuk salah satu ahli waris sebagai pihak pengelola pelaksanaan hak ekonomi tersebut. Kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual, Harta Bersama, Perkawinan ABSTRACT The position of Intellectual Property Rights in marital common property. This study aims to determine the position of intellectual property right (IPR) in marital joint properties and to know the termination and the division of intellectual property right if the holder of IPR passes away. The method used in this study was normative research. The type of research used in this study are normative. From the results of the research, the authors conclude that IPR born or produced in marriage is part of the joint property, the object into the scope of the Division of property when a marriage happens along on divorce and lawsuit shared treasures is the economic value or earnings that grew out of the IPR. In terms of the determination and the Division of the inheritance as an object of IPR, the beneficiary is entitled to the economic rights of the heir apparent, be it the exercise of economic and related economic value or income arising from the IPR, so that the problem does not occur between the heirs, then should the beneficiary to make a mutual agreement to appoint one of the heirs as party Manager implementation of economic rights. Keywords: Intellectual Property Right, Common Property, Marital 101

Manguluang ISSN 2252-7230 PENDAHULUAN Hak Kekayaan Intelektual atau biasa disingkat HKI merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia. Keberadaan HKI timbul sebagai bentuk penghargaan atas kegiatan intelektual atau pemikiran manusia dalam mewujudkan suatu karya intelektual (Ginting, 2012). Adapun wujud dari kemampuan karya intelektual yakni segala hasil dari daya pikir manusia antara lain di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni, sastra, dan seterusnya (Saidin, 2015). Karakter khas dari HKI adalah hak yang bersifat privat yang melekat pada individu penghasil suatu karya intelektual sehingga apabila pihak lain ingin menggunakan atau memanfaatkan hak tersebut wajib memperoleh izin dari pemilik atau pemegang hak (Muhammad, 2007). Dengan kata lain, pemilik atau pemegang hak atas kekayaan intelektual mempunyai hak monopoli, yakni bebas menggunakan dan memperoleh manfaat, keuntungan ataupun melarang dan membatasi pemanfaatan atas karya intelektual tersebut oleh pihak lain sesuai dengan peraturan yang berlaku (Roisah, 2015). Karakter khas dari HKI yang bersifat privat dan melekat secara personal pada si penghasil karya dapat dicermati apabila melihat peraturan terkait HKI tersebut. Misalnya dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 (yang tidak lain merupakan bagian dari HKI) ditentukan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kemudian pada ayat berikutnya diatur bahwa yang dimaksud dengan pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Berangkat dari pemaknaan pasal tersebut, maka, hal ini dapat menimbulkan ruang permasalahan ketika dikaitkan dengan konsep harta-benda perkawinan. Lebih lanjut, dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 35 ayat (1) ditentukan bahwa yang dimaksud dengan harta bersama yaitu segala bentuk harta kebendaan yang diperoleh suami/istri selama perkawinan, sepanjang tidak ditentukan lain melalui suatu perjanjian kawin pemisahan harta. Dalam konteks hukum perorangan, HKI dapat menjadi salah satu bentuk kekayaan yang berupa hak, yang dimiliki seseorang berkat kemampuan intelektualitasnya. Kedudukan HKI sebagai harta kekayaan yang memiliki sifat privat dan eksklusif yang melekat pada individu penghasil suatu karya intelektual menjadi kabur ketika diperhadapkan pada pemaknaan harta bersama yang terdapat dalam undang-undang perkawinan. Hal ini terjadi apabila seseorang menciptakan sebuah karya intelektual dan memperoleh HKI-nya tersebut ketika terikat dalam suatu perkawinan. HKI sebagai suatu sistem kekayaan yang bersifat privat dan pribadi disatu sisi dan konsep harta bersama perkawinan di sisi yang lain yang secara otomatis memberikan hak terhadap pasangan kawin atas HKI tersebut, terlihat sebagai dua konsep yang saling bernegasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan hak kekayaan intelektual (HKI) dalam harta bersama pada perkawinan dan ntuk mengetahui penentuan dan pembagian pewarisan hak kekayaan intelektual (HKI) apabila pemegang HKI tersebut meninggal dunia. BAHAN DAN METODE Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian normatif, yakni suatu proses untuk menganalisis aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian (Marzuki, 2011). Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan ini ada 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), pendekatan perbandingan (comparative approach). Sumber Bahan Hukum Penggunaan bahan hukum untuk menganalisis dan membahas permasalahan dalam penelitian ini menggunakan sumber bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan yang ketiga yakni bahan non-hukum. Bahan-bahan hukum primer yakni berupa peraturan perundangundangan. Adapun bahan-bahan hukum sekunder 102

Hak Kekayaan Intelektual, Harta Bersama, Perkawinan ISSN 2252-7230 berupa segala bentuk publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnaljurnal hukum, dan artikel-artikel hukum. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah studi dokumen atau studi kepustakaan. Studi dokumen digunakan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan hukum seperti: peraturan perundang-undangan; dan bahan bacaan yang relevan untuk memperoleh data yang objektif terkait dengan permasalahan penelitian ini. Analisis Bahan Hukum Bahan-bahan hukum yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisa secara preskriptif dengan metode deduktif, yaitu dengan cara menganalisa bahan-bahan hukum kemudian dirangkai secara sistematis sebagai susunan faktafakta hukum (Fajar & Ahmad, 2013). Bahan hukum yang telah terkumpul dan diolah kemudian digunakan sebagai dasar dalam mengkaji pemecahan masalah dari penelitian yakni menjawab permasalahan penelitian, sekaligus memberikan kepastian hukum terkait kedudukan hak kekayaan intelektual yang dihadapkan dengan konsep harta bersama dalam perkawinan. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam peraturan-peraturan HKI yang berlaku di Indonesia, tidak mengatur secara jelas kedudukan pasangan kawin yang bukan penghasil karya intelektual ( non-creator spouse) terhadap karya intelektual yang dihasilkan oleh pasangan kawinnya sebagaimana pengaturan terhadap status karya intelektual yang dibuat dalam sebuah hubungan kerja, perjanjian kerja, ataupun hubungan dinas. Di sisi lain, pada Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan tidak diatur lebih jauh, secara jelas dan konkrit tentang pemaknaan harta benda. Berdasarkan penelusuran peneliti di direktori putusan mahkamah agung, yang dimana direktori putusan tersebut merupakan database putusan-putusan pengadilan yang ada di Indonesia, peneliti tidak menemukan satu-pun putusan pengadilan yang terkait dengan sengketa harta bersama yang objeknya adalah HKI. Maka dari itu sebagai bahan referensi peneliti mencoba menelusuri putusan-putusan pengadilan perceraian atau sengketa harta bersama yang ada di luar negeri yang berkaitan dengan kedudukan HKI dalam harta bersama perkawinan. Berdasarkan penelusuran tersebut peneliti menemukan 2 (dua) putusan pengadilan di Amerika Serikat yang dapat dijadikan bahan referensi dalam mengkaji kedudukan HKI dalam harta bersama perkawinan. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa HKI sebagai sebuah hak milik kebendaan ditinjau dari teori hak milik dan konsep hak kebendaan dalam sistem hukum Indonesia dapat dijadikan dasar pembenaran untuk mengklasifikasikan HKI sebagai bagian dari harta bersama perkawinan. Sebagaimana dalam undang-undang perkawinan diatur bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. HKI sebagai hak milik kebendaan dapat dikategorikan masuk dalam lingkup pengertian atau pemaknaan harta benda yang dimaksudkan dalam undang-undang perkawinan tersebut. Dalam melihat kedudukan HKI sebagai harta bersama perkawinan, tentu saja tidak boleh mengabaikan peraturan-peraturan HKI yang ada. Sebagaimana salah satu prinsip atau asas dalam hukum benda yakni perlakuan terhadap suatu benda akan berbeda terhadap benda yang lain berdasarkan pengaturan masing-masing dari kebendaan tersebut (Usman, 2013). Oleh karena itu perlu dicermati beberapa hal dan batasan-batasan ketika melihat HKI sebagai bagian dari harta bersama perkawinan. Hal penting yang perlu dicermati dan diidentifikasi dalam melihat batasan-batasan HKI dalam harta bersama perkawinan yakni, dalam konsep kepemilikan HKI, secara umum dikenal adanya hak moral (moral rights) dan hak ekonomi (economic rights) yang dimiliki oleh penghasil karya intelektual (Lindsey et al., 2011). Hak moral merupakan hak yang melekat secara pribadi dan abadi pada penghasil karya intelektual, hak moral ini tidak dapat beralih atau dialihkan, sehingga seseorang yang bukan penghasil karya intelektual tidak dapat memiliki hak moral. Sedangkan hak ekonomi yakni hak bagi pemegang hak kekayaan intelektual untuk melaksanakan hak ekonomi dan menerima manfaat atau nilai ekonomi dari pelaksanaan hak ekonomi tersebut. Hak ekonomi ini merupakan hak yang dapat beralih ataupun dialihkan (Djumhana & Djubaedillah, 2014). Dalam peraturan HKI, pihak yang dimungkinkan untuk memperoleh hak ekonomi 103

Manguluang ISSN 2252-7230 selain dari penghasil karya intelektual sendiri yakni pemegang hak. Pemegang hak yang dimaksud yaitu pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut dari penghasil karya intelektual, berdasarkan ketentuan pengalihan yang diatur dalam peraturan HKI. Secara umum, berdasarkan ketentuan HKI yang ada, pemegang hak yang bukan penghasil karya intelektual dapat memperoleh hak ekonomi tersebut dari penghasil karya intelektual dengan 2 (dua) cara yaitu, melalui pengalihan hak atau dengan pemberian lisensi. Cara yang lazim dan umum ditemui dalam pengalihan HKI yaitu melalui; pewarisan, wasiat, hibah, perjanjian ataupun sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan (Djumhana & Djubaedillah, 2014). Sedangkan pemberian lisensi umumnya dilakukan dengan perjanjian lisensi. Apabila dicermati, dalam peraturan HKI, diatur bahwa setiap pengalihan dan pemberian lisensi yang dilakukan wajib dilakukan secara jelas dan tertulis. Berangkat dari hal di atas, dalam hal sebuah karya intelektual dihasilkan dalam perkawinan oleh salah satu pihak dari suami atau isteri, maka pasangan kawin yang bukan penghasil karya intelektual (non-creator spouse), tidak dapat dikategorikan sebagai pemegang hak, karena pihak non-creator spouse tersebut tidak menerima hak tersebut lebih lanjut dari penghasil karya intelektual berdasarkan ketentuan peraturan HKI yang mengatur dasar timbulnya hak bagi seorang pemengang hak yang bukan penghasil karya intelektual. Berdasarkan hal tersebut, maka konsekuensi logisnya yakni, non-creator spouse tidak memiliki hak moral dan juga tidak dapat melaksanakan hak ekonomi. Berbeda hal apabila memang karya intelektual tersebut dihasilkan secara bersama-sama sehingga karya tersebut dapat dikategorikan sebagai karya bersama, dengan begitu maka suami-isteri tersebut memiliki hak yang sama terkait hak moral dan hak ekonomi terhadap karyanya. Namun perlu dicermati, terdapat 2 (dua) unsur yang dapat diidentifikasi dalam hak ekonomi dari sebuah karya intelektual, yakni, unsur pelaksanaan hak ekonomi dan nilai ekonomi yang dapat timbul dari segala bentuk pelaksanaan hak ekonomi. Adapun yang dimaksud dengan pelaksanaan hak ekonomi, misalnya dalam hal hak cipta, antara lain; hak penerjemahan, hak publikasi, hak reproduksi, hak adaptasi, dll (Jened, 2014). Setiap pelaksanaan hak ekonomi itulah yang nantinya dapat menimbulkan nilai ekonomi. Seseorang yang bukan penghasil karya intelektual ataupun bukan sebagai pemengang hak memang tidak dimungkinkan untuk memiliki hak moral dan juga melaksanakan hak ekonomi suatu karya intelektual, akan tetapi dari setiap pelaksanaan hak ekonomi HKI tersebut terdapat nilai ekonomi atau penghasilan yang dapat timbul. Nilai ekonomi atau penghasilan dari HKI inilah yang dimungkinkan menjadi lingkup dari harta bersama pada perkawinan. Dalam hal putusnya perkawinan, sebagaimana berdasarkan Pasal 39 Undang-undang Perkawinan, putusnya perkawinan bisa terjadi karena karena kematian, perceraian atau karena adanya putusan pengadilan. Maka apabila perkawinan putus karena perceraian, mantan pasangan kawin yang bukan penghasil karya hanya memiliki hak berupa nilai ekonomi atau penghasilan yang timbul dari HKI tersebut. Nilai ekonomi atau penghasilan yang timbul tersebutlah yang dapat dibagi dalam sengketa harta bersama perkawinan di pengadilan. Hal yang kemudian tidak diatur dalam sistem hukum di Indonesia adalah bagaimana hak non-creator spouse tersebut terhadap nilai ekonomi atau penghasilan yang timbul pasca perceraian ( future income). Tidak adanya pengaturan atau teknis yuridis yang mengatur hal ini dapat menjadi ruang perdebatan dalam melihat kedudukan HKI sebagai harta bersama perkawinan. Sebagai bahan perbandingan, dalam sistem hukum Amerika Serikat, melalui sebuah putusan pengadilan ( In Re Marriage of Worth Case), seorang pasangan kawin yang bukan penghasil karya intelektual ( non-creator spouse) dapat memiliki hak atas future income yang timbul dari HKI (Cochran, 2006). Pada pewarisan, kedudukan non-creator spouse dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yakni kedudukannya sebagai pasangan hidup terlama dan kedudukannya sebagai ahli waris. Dalam hal kedudukannya sebagai pasangan hidup terlama maka haknya adalah seperdua dari nilai ekonomi/penghasilan dari HKI sebagai bagian dari harta bersama. Namun dilihat dari aspek pewarisan, maka kedudukannya adalah sebagai ahli waris dari penghasil karya intelektual, dengan demikian ia dapat dikategorikan sebagai pemegang 104

Hak Kekayaan Intelektual, Harta Bersama, Perkawinan ISSN 2252-7230 hak. Oleh karena itu, ia berhak atas nilai ekonomi dari bagian si pewaris dan juga berhak atas pelaksanaan hak ekonomi. Sebagaimana pewarisan merupakan salah satu bentuk pengalihan yang diatur dalam peraturan HKI yang merupakan dasar timbulnya hak bagi pemegang hak. Apabila ahli waris dari penghasil karya intelektual lebih dari 1 (satu) orang, maka terhadap pelaksanaan hak ekonomi tersebut harus dilakukan secara kolektif atau bersama-sama, artinya ahli waris tidak boleh bertindak secara sendiri-sendiri dalam hal pelaksanaan hak ekonomi. Alternatif lain yang bisa dilakukan oleh para ahli waris terhadap pelaksanaan hak ekonomi HKI adalah dengan bersepakat untuk menunjuk 1 (satu) orang dari ahli waris sebagai wakil dan bertindak atas nama ahli waris untuk mengelola pelaksanaan hak ekonomi HKI. Terhadap nilai ekonomi atau penghasilan yang timbul dari pelaksanaan hak ekonomi dapat dengan mudah diidentifikasi dan dibagi kepada para ahli waris sesuai hukum waris yang dianut oleh pewaris. KESIMPULAN DAN SARAN Hak kekayaan intelektual (HKI) sebagai sebuah hak milik kebendaan merupakan dasar acuan untuk menyimpulkan bahwa HKI yang diperoleh selama perkawinan dapat menjadi harta bersama, namun dengan tetap memperhatikan batasan-batasan yang ada. Untuk memahami batasan-batasan yang dimaksud yakni dengan mencermati undang-undang HKI tersebut. Kedudukan pasangan kawin yang bukan penghasil karya intelektual terhadap karya intelektual yang dihasilkan pasangan kawinnya, yaitu bukan sebagai pemengang hak. Oleh karena itu, hak pasangan kawin yang bukan penghasil karya intelektual (non-creator spouse) terhadap objek harta bersama berupa HKI tersebut adalah nilai ekonomi atau penghasilan yang timbul dari HKI. Tidak adanya pengaturan yang mengatur kedudukan HKI dalam harta bersama perkawinan secara jelas dan konkrit, khususnya terkait teknis yuridis terhadap penghasilan yang akan ada (future income) yang timbul pasca putusnya perkawinan bisa saja menimbulkan persoalan bagi para pihak yang merupakan bagian dari insan penghasil karya intelektual, apabila hal tersebut disengketakan di pengadilan. Menurut penulis, hal yang dapat dilakukan agar hal ini bisa terjawab secara jelas dan konkrit yakni; dengan melakukan sedikit revisi terhadap undang-undang terkait HKI, yang dimana dalam pengaturannya memuat penegasan terhadap kedudukan pasangan kawin ( non-creator spouse) terhadap karya intelektual yang dihasilkan oleh pasangannya ketika karya intelektual tersebut dibuat selama masa perkawinan. DAFTAR PUSTAKA Cochran J.W. (2006). It Takes Two to Tango; Problem With Community Property Ownership of Copyright and Patent in Texas. Baylor Law Review, Vol 58(2), p433-456. Djumhana M. & Djubaedillah R. (2014). Hak Milik Intelektual; Sejarah, Teori, dan Praktiknya di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Fajar ND.M. & Ahmad Y. (2013). Dualisme Penelitian Hukum; Normatif dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ginting E.R. (2012). Hukum Hak Cipta Indonesia; Analisis Teori dan Praktik. Bandung: Citra Aditya Bakti. Jened R. (2014). Hukum Hak Cipta. Bandung: Citra Aditya Bakti. Lindsey T., et.al. (2011). Hak Kekayaan Intelektual; Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit Liberty. Muhammad A. (2007). Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: Citra Aditya Bakti. Marzuki P.M. (2011). Penelitian Hukum. Jakarta: Penerbit Kencana. Roisah K. (2015). Konsep Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Malang: Setara Press. Saidin H.OK. (2015). Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Usman R. (2013). Hukum Kebendaan. Jakarta: Sinar Grafika. 105