BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Keberadaan suatu entitas bisnis bukan hanya untuk mencari keuntungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memilih metode maupun estimasi yang akan digunakan. Fleksibilitas

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan stakeholder lainnya. Prinsip-prinsip yang tercantum dalam pedoman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dengan suatu kondisi yang disebut financial distress. Dengan adanya model

BAB I PENDAHULUAN. (Corporate Governance) yang kurang baik atau dikarenakan oleh kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya informasi yang tidak simetri antara pemilik perusahaan dan manajemen akibat perbedaan sudut pandang terkait fungsi laporan keuangan. Manajemen menggunakan laporan keuangan untuk menunjukkan prestasi kinerja yang telah dicapai dan kondisi perusahaan yang baik meskipun perusahaan sedang dalam keadaan yang kurang baik. Sebaliknya, pemilik perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya agar dapat memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Manajemen dituntut untuk mengambil keputusan terbaik yang mampu meningkatkan kekayaan pemegang saham. Keputusan bisnis yang diambil pihak manajemen adalah memaksimalkan sumber daya perusahaan. Pemegang saham melakukan pengawasan, namun tidak semua keputusan dan aktivitas manajemen dapat diawasi secara langsung. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada pihak manajemen bertindak untuk kepentingan pribadinya yang dapat merugikan perusahaan dan berakhir pada kesulitan keuangan atau financial distress. 1

Menurut Brigham dan Daves (2003) terjadinya kesulitan keuangan pada perusahaan diakibatkan oleh serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang tidak tepat, dan kelemahan-kelemahan yang terkait satu sama lain dari manajemen, serta kurangnya upaya pengawasan atas kondisi keuangan sehingga penggunaan aset tidak sesuai dengan kebutuhan. Deng dan Wang (2006) menyatakan bahwa definisi financial distress adalah situasi keuangan yang tidak normal pada perusahaan. Indikasi perusahaan mengalami kesulitan keuangan adalah laba bersih perusahaan negatif selama dua tahun berturut-turut, nilai pasar saham perlembar dibawah nilai nominal, auditor memberikan opini tidak wajar (adverse) atau penolakan pemberian opini (disclaimer), nilai kepemilikan saham dibawah nilai nominal modal akhir tahun, maupun kondisi keuangan tidak normal lain yang ditentukan oleh pasar modal. Perusahaan yang mengalami kondisi financial distress secara terus menerus dapat berakhir pada kebangkrutan. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki kondisi tersebut sehingga perusahaan tidak harus mengalami tahapan yang lebih buruk tersebut. Tindakan yang diambil dapat melalui perbaikan maupun restrukturisasi dalam sistem pengendalian internal perusahaan. Menurut Jensen (1993), sistem pengendalian internal perusahaan yang efektif adalah tekanan yang mampu mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemilik perusahaan maupun potensi terjadinya konflik antara perusahaan dengan pihak lain. Ashbaugh et al. (2004) secara lebih jauh menyatakan bahwa tanpa pengendalian yang memadai, pemantauan yang efektif, dan transparansi informasi keuangan, investor yang rasional akan melindungi dirinya dengan meningkatkan 2

biaya ekuitas perusahaan. Sistem pengendalian yang diterapkan perusahaan ini terkait dengan struktur corporate governance. Corporate governance menurut Wardhani (2007) merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Tindakan manajer yang mementingkan dirinya sendiri sehingga mengabaikan kepentingan investor merupakan indikasi penerapan corporate governance yang buruk dalam perusahaan. Terdapat lima pilar dalam prinsip-prinsip good corporate governance yang dikeluarkan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2004 yaitu meliputi transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan keadilan. Pilar-pilar ini melandasi prinsip-prinsip corporate governance antara lain memastikan dasar dari landasan konseptual tata kelola perusahaan yang efektif, pelaksanaan fungsi hak pemegang saham dan kunci kepemilikan, perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, peran seluruh pemilik kepentingan dalam lingkungan tata kelola perusahaan, pengungkapan dan transparansi, dan kewajiban-kewajiban dari dewan. Prinsip-prinsip tersebut ditujukan untuk mewujudkan good corporate governance (GCG). Penerapan good corporate governance pada perusahaan akan menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemilik kepentingan, serta menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu terkait seluruh informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholders. 3

Salah satu aspek penting dari corporate governance adalah mengenai kepemilikan saham. Menurut Berger dan Patti (2003), kepemilikan saham pada struktur kepemilikan perusahaan publik dapat berasal dari kepemilikan insider (pihak dalam) maupun outsider yang dapat berasal dari kepemilikan saham oleh institusi atau perseorangan dengan jumlah lebih dari 5% maupun kepemilikan saham publik yang masing-masing pemilik saham memiliki kurang dari 5%. Pada struktur permodalan di Indonesia, kepemilikan saham manajerial dapat berasal dari anggota dewan direksi maupun dari anggota dewan komisaris. Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat mengurangi biaya keagenan. Oleh karena itu, kepemilikan saham oleh manajerial dapat menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Namun demikian, bukti empiris terkait pengaruh kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan masih kontraditif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Kwok (2009) menunjukkan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan financial distress. Hal ini dikarenakan peningkatan kepemilikan manajerial akan meningkatkan preferensi pengambilan keputusan yang memihak pemegang saham namun menimbulkan permasalahan dengan pihak kreditor sehingga berakhir pada akuisisi atau likuidasi. Pernyataan yang berbeda dikemukakan oleh Wardhani (2007) bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami tekanan keuangan. Kepemilikan manajerial dapat dianggap memperburuk 4

kondisi perusahaan karena apabila direksi menjadi pemilik perusahaan maka akan terjadi kemungkinan eksapropriasi, namun di sisi lain kepemilikan oleh direksi akan menurunkan konflik keagenan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Donker et al. (2009) mengemukakan pandangan yang berbeda yaitu kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif dengan financial distress. Mekanisme insentif berupa pemberian saham akan meningkatkan performa manajemen secara efektif dan menurunkan konflik keagenan antara manajemen dan pemilik. Manajemen akan berada pada pihak pemilik perusahaan sehingga pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan akan berorientasi pada peningkatan nilai bagi para pemilik. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan efek, perusahaan perbankan, perusahaan investasi, dana pensiun, dan kepemilikan institusional lainnya akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap manajemen, sehingga potensi terjadinya financial distress pada perusahaan dapat diminimalisir. Kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) merupakan indikasi kemampuan institusi tersebut dalam memonitor kinerja manajemen. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Chen et al. (2008) bahwa investor institusional dapat memberikan kontribusi positif dengan memberikan pengawasan yang efektif terhadap perilaku manajemen. Kepemilikan institusional mempengaruhi operasi perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan sehingga perusahaan dapat terhindar dari financial distress. 5

Pernyataan berbeda diungkapkan oleh Wardhani (2007) yaitu kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hal ini disebabkan karena komitmen dari pemilik institusional tidak mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Demikian pula kepemilikan saham outsider dengan kepemilikan saham diatas 5% juga dapat memperkecil masalah keagenan. Donker et al. (2009) menyatakan bahwa kepemilikan outsider yang besar akan menghindarkan perusahaan dari financial distress karena adanya insentif yang besar bagi pihak outsider untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen untuk memaksimalkan nilai perusahaan terkait dana yang diinvestasikan. Pengawasan terkait kinerja manajemen juga dilakukan oleh internal perusahaan melalui dewan komisaris. Dewan ini terdiri atas direktur non-eksekutif yang bertugas mengarahkan dan memonitor perusahaan dengan tepat serta menyusun mekanisme manajemen risiko untuk menjamin perusahaan tidak berada pada risiko keuangan yang berlebihan dan mengarah pada kondisi financial distress. Semakin besar jumlah dewan komisaris maka semakin baik pula kemampuan dewan tersebut dalam mengawasi dan mengontrol tindakan direktur eksekutif. Selain itu, besarnya jumlah dewan komisaris juga dapat meningkatkan kemungkinan dalam menghadapi jaringan insentif yang kompleks dalam perusahaan. Bukti empiris yang ditemukan oleh Wardhani (2007) menunjukkan adanya pengaruh ukuran dewan komisaris dengan kondisi financial distress pada perusahaan. Jumlah komisaris akan memberikan dampak jangka pendek dan jangka panjang 6

terhadap kondisi keuangan perusahaan. Semakin banyak jumlah dewan komisaris maka fungsi monitoring terhadap kebijakan direksi dapat dijalankan dengan lebih baik sehingga kemungkinan perusahaan mengalami financial distress akan semakin menurun. Mekanisme tata kelola perusahaan yang baik juga meliputi komite audit sebagai bagian dari pengendalian internal. Perusahaan publik sekurang-kurangnya harus membentuk komite audit untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas pengawasan. Regulasi ini secara khusus dikeluarkan oleh Bapepam dengan nomor KEP-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Melalui peraturan tersebut dijelaskan bahwa dalam menjalankan fungsinya, komite audit melaksanakan keseluruhan tugas dan tanggung jawabnya secara independen. Tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit adalah untuk melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan audit oleh auditor eksternal, memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol, serta melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan corporate governance. Mekanisme corporate governance yang baik penting dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga perusahaan dapat terhindar dari kondisi financial distress. Efektivitas komite audit dapat diukur berdasarkan karakteristik yang dimiliki, antara lain ukuran, independensi, kompetensi, serta aktivitas komite audit. Aldamen et al. (2011) berpendapat bahwa komite audit memiliki hubungan positif 7

terhadap performa perusahaan di pasar. Komite audit merupakan inti dari mekanisme pengawasan untuk pemegang saham dan komponen lain yang berkepentingan. Keberadaan komite audit juga mendorong dan menguatkan keberadaan fungsi audit internal. Oleh karena itu, efektivitas komite audit sering dikaitkan dengan isu independensi yang harus ada dalam melaksanakan fungsinya. Atmaja (2009) menyatakan bahwa independensi komite audit meningkatkan nilai perusahaan. Kondisi ini terkait dengan peningkatan pengawasan atas proses pelaporan keuangan dan proses manejemen risiko sehingga menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Meskipun begitu, hasil berbeda dikemukakan oleh Yusof (2009) yang menunjukkan bahwa komite audit yang keseluruhan anggotanya merupakan komite audit independen tidak efektif dalam membatasi manajemen laba sehingga meningkatkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh independensi audit terhadap financial distress masih kekurangan bukti empiris. Struktur kepemilikan, ukuran dewan komisaris, dan independensi komite audit dalam kaitannya dengan financial distress masih kekurangan bukti empiris karena diperoleh beberapa penelitian terdahulu yang menyimpulkan hasil tidak signifikan maupun hasil yang bertentangan. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan dengan mengambil judul: Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan Komisaris, dan Komite Audit terhadap Financial Distress (Studi Empiris 8

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh struktur kepemilikan, ukuran dewan komisaris, dan independensi komite audit terhadap financial distress. 1.2. Rumusan Masalah Financial distress menurut Donker et al. (2009) merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan dan dapat mengakibatkan kebangkrutan atau likuidasi atas perusahaan. Wardhani (2007) menyatakan bahwa lamanya proses perbaikan akibat krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 disebabkan oleh sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Corporate governance yang dimaksud dalam penelitian tersebut mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Monks dan Minow (2011) yaitu tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa terjadinya financial distress pada suatu perusahaan terkait dengan penerapan corporate governance. Menurut Nur ainy et al. (2013) pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan akan menghasilkan pola hubungan, sistem, dan proses antar komponen penting dalam perusahaan sehingga akan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, berdasarkan hukum dan norma yang diaplikasikan. Pelaksanaan tata kelola yang baik 9

akan menghindarkan perusahaan dari kondisi financial distress. Karakteristik corporate governance berdasarkan pedoman umum yang di-indonesiakan dari Pedoman Umum Good Corporate Governance disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance tahun 2006 meliputi pihak-pihak yang berperan dalam pelaksanaan perusahaan seperti dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, dan pemilik saham. Oleh karena itu, karakteristik tersebut dapat berpengaruh terhadap terjadinya financial distress pada perusahaan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menguji pengaruh karakteristik corporate governance terhadap financial distress pada perusahaan di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012? 2. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012? 3. Bagaimana pengaruh kepemilikan outsider terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012? 4. Bagaimana pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012? 10

5. Bagaimana pengaruh independensi komite audit terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan intitusional terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 3. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan outsider terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 4. Untuk menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 5. Untuk menganalisis pengaruh independensi komite audit terhadap terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 11

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut: a. Penulis Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan melalui proses perbandingan antara pengetahuan teoritis yang diperoleh penulis selama perkuliahan dan literatur-literatur dengan kondisi yang sesungguhnya terjadi. b. Perusahaan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengaturan karakteristik corporate governance seperti dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, dan kepemilikan saham yang baik dapat melindungi pihak minoritas (investor dari luar/pemilik saham minoritas) maupun pihak-pihak lain diluar perusahaan yang memiliki kepentingan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi bisnis, serta menjauhkan perusahaan dari kondisi financial distress. c. Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitian dan menambah pengetahuan peneliti lain, terutama bagi peneliti yang tertarik dan ingin meneliti lebih jauh terkait topik yang sama di masa yang akan datang. 12

d. Regulator Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi regulator dalam mengembangkan mekanisme good corporate governance untuk mendukung tercapainya tujuan integrasi pasar modal terkait dengan karakteristik yang harus diterapkan pada perusahaan. e. Investor Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang tepat terkait informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan tahunan yang dipublikasi. Diharapkan dalam mengambil keputusan investasi tidak hanya mempertimbangkan laba akuntansi, tetapi juga mekanisme tata kelola terkait karakteristik perusahaan sehingga kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang dapat diprediksi dan investor terhindar dari kerugian yang akan timbul akibat terjadinya financial distress. 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, analisis data, dan penutup. BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 13

Landasan teori terdiri dari teori-teori yang relevan, review penelitian sebelumnya, rerangka pemikiran, dan pengembangan hipotesis. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian, objek penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari hasil analisis data dan interpretasi hasil pengolahan data yang dilakukan, serta membahas deskriptif uji statistik pembuktian hipotesis berdasarkan informasi yang diterima. BAB 5 PENUTUP Penutup terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. 14