PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DESA DAN KELURAHAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri SURAT EDARAN BERSAMA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

TAHUN 2006 NOMOR 12 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2006

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 27 A TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KECAMATAN MAMBORO DESA WENDEWA UTARA PERATURAN DESA NOMOR 01 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 34

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I KETENTUAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan adanya penyempurnaan sistem perencanaan yang ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam negeri Nomor 0259/M.PPN/I/2005-050/166/SJ Perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan MUSRENBANG Tahun 2005; b. bahwa untuk pengelolaan perencanaan pembangunan di Kelurahan perlu adanya keseragaman sistem dan mekanisme pelaksanaan perencanaan pembangunan secara partisipatif oleh masyarakat yang bersifat bottom up terhadap persiapan, pelaksanaan dan pelembagaan sesuai dengan prosedur yang diatur sebagai peraturan perundangundangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan dan Kecamatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 115 Tahun 1958, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang (Lembaran Negara Republik 1

Indonesia Nomor 43, Tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3633); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 471, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 2

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah; 15. Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 45 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Kupang (Lembaran Daerah Kota Kupang Tahun 2002 Nomor 58, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 131); 16. Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 43); 17. Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan dari Bawah (P4DB) Kota Kupang (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 1490); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA KUPANG dan WALIKOTA KUPANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Kupang. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Kupang. 3. Walikota adalah Walikota Kupang. 3

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kupang. 5. Musyawarah Kelurahan adalah suatu forum pertemuan masyarakat pada tingkat Kelurahan yang bertujuan untuk mendapatkan, menampung, dan membahas aspirasi/usulan kegiatan serta memutuskan usulan prioritas kegiatan di tingkat Kelurahan. 6. Musyawarah Kecamatan adalah suatu forum pertemuan masyarakat pada tingkat kecamatan yang bertujuan untuk mendapatkan, menampung dan membahas masukan prioritas kegiatan dari kelurahan dan prioritas kegiatan di tingkat Kecamatan. 7. Perencanaan adalah suatu proses rangkaian kegiatan dalam menentukan program pembangunan di Kelurahan mulai dari identifikasi masalah, analisis masalah, pemetaan wilayah, analisis para pelaku pembangunan dan identifikasi pendekatan dialog yang akan digunakan oleh para pelaku pembangunan. 8. Pembangunan adalah upaya proses perubahan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di segala bidang di Kelurahan. 9. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kota dalam wilayah Kecamatan. 10. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kota Kupang. 11. Rukun Tetangga yang selanjutnya disebut RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh kelurahan. 12. Rukun Warga yang selanjutnya disebut dengan RW adalah bagian dari wilayah kerja Lurah dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus Rukun Tetangga di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Pemerintah Kelurahan; 13. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rukun Warga adalah suatu forum pertemuan masyarakat di tingkat rukun warga yang bertujuan menggali gagasan atau usulan masyarakat di tingkat Rukun Warga; 14. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut Musrenbang Tingkat Kelurahan adalah forum masyarakat yang dilakukan setiap tahun di tingkat Kelurahan sebagai pelaku pembangunan dalam menampung kebutuhan masyarakat, untuk mengatasi masalah-masalah pembangunan, dan menentukan prioritas pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kelurahan (RPJMK) dan Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Kelurahan; 15. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Kelurahan dalam memberdayakan masyarakat. 16. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat LPM adalah wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintahan Kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di bidang Pembangunan. 4

BAB II TUJUAN MUSRENBANG KELURAHAN Pasal 2 (1) Meningkatkan peran dan fungsi lembaga pemberdayaan masyarakat di Kelurahan. (2) Meningkatkan keswadayaan untuk peningkatan pengelolaan pembangunan yang bertumpu pada kemampuan dan kemandirian masyarakat. (3) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat di Kelurahan. (4) Memahami situasi dan kondisi kehidupan masyarakat Kelurahan secara tepat, mudah. (5) Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan yang ditetapkan berdasarkan kajian terhadap permasalahan berbagai bidang pembangunan dengan mengidentifikasi, menganalisis dan menentukan program serta kegiatan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat sebagai bahan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kelurahan (APB Kelurahan), kegiatan-kegiatan yang selanjutnya menetapkan prioritas yang dibahas di Kecamatan melalui Musrenbang Tingkat Kecamatan sebagai Bahan Penyusunan Musrenbang Tingkat Kota dalam rangka penyusunan Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) oleh masing-masing sektor Tingkat Kota. BAB III PRINSIP-PRINSIP MUSRENBANG KELURAHAN Pasal 3 Prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan adalah : a. pemberdayaan; b. keterbukaan; c. akuntabilitas; d. keberlanjutan; e. partisipasi; f. efisiensi; g. efektif dalam mengelola aspirasi masyarakat. 5

BAB IV PESERTA DAN NARA SUMBER MUSRENBANG KELURAHAN Bagian Kesatu Peserta Musrenbang Kelurahan Pasal 4 (1) Pelaksanaan Musrenbang Kelurahan dihadiri oleh : a. LPM; b. PKK; c. Karang Taruna; d. Kelompok Kesenian/Olahraga; e. Kelompok Guru; f. Bidan/Perawat; g. Lembaga Ekonomi Kelurahan; h. Tokoh Masyarakat; i. Tokoh Agama; Organisasi Profesi; j. Anggota DPRD yang berasal dari Kelurahan dan atau wilayah pemilihan; k. LSM; l. Aparatur yang berdomisili di Kelurahan; m. Ketua RT, RW. (2) Para peserta Musrenbang Kelurahan tersebut memberikan aspirasi, berpartisipasi secara aktif dan positif di bidang perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan dalam pengambilan keputusan. Bagian Kedua Narasumber Musrenbang Kelurahan Pasal 5 (1) Nara sumber Musrenbang kelurahan adalah : a. Camat; b. Lurah; c. LPM merangkap koordinator pelaksanaan Musrenbang Kelurahan. (2) Nara sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memfasilitasi seluruh komponen masyarakat kelurahan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. 6

BAB V PENDEKATAN DAN METODOLOGI PERENCANAAN Pasal 6 (1) Pendekatan perencanaan adalah pendekatan partisipatif. (2) Metodologi perencanaan pembangunan menggunakan metode Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat Kelurahan (P3MK). BAB VI MEKANISME MUSRENBANG KELURAHAN Pasal 7 (1) Musrenbang Kelurahan diawali dengan musyawarah tingkat RT, RW yang bertujuan untuk menginventarisir masalah, Potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat RT dan RW. (2) Musrenbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kelurahan (RPJMK), kinerja implementasi rencana tahun berjalan serta masukan dari narasumber dan peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang dihadapi. (3) Tata cara dan mekanisme pelaksanaan Musrenbang Kelurahan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB VII HASIL MUSRENBANG KELURAHAN Pasal 8 (1) Musrenbang Kelurahan menghasilkan : a. Daftar prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan sendiri oleh Kelurahan yang bersangkutan. b. Daftar kegiatan akan dilaksanakan melalui Alokasi Dana Kelurahan, secara swadaya maupun melalui pendanaan lainnya. c. Daftar prioritas kegiatan yang akan diusulkan ke Kecamatan untuk dibiayai melalui DPA SKPD Kota dan sumber lainnya yang sah. (2) Perencanaan Pembangunan Kelurahan yang telah dihasilkan dari hasil musyawarah Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai satu kesatuan dalam system Perencanaan Pembangunan Daerah Kota. 7

(3) Perencanaan pembangunan kelurahan yang telah dihasilkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara berjangka yaitu : a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kelurahan (RPJMK) untuk jangka waktu 3-5 tahun yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kelurahan berpedoman pada Peraturan Daerah. b. Rencana Kerja Pembangunan Kelurahan (RKP Kelurahan), yang merupakan penjabaran dari RPJMK untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kelurahan berpedoman pada Peraturan Daerah. (4) Perencanaan Pembangunan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan seperti profilprofil Kelurahan, yang mencakup : penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan, organisasi dan tata laksana pemerintahan Kelurahan, keuangan Kelurahan, dan informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan dan pemberdayaan masyarakat. BAB VIII PERAN LEMBAGA-LEMBAGA DALAM MUSRENBANG KELURAHAN DAN KECAMATAN Pasal 9 (1) Peran Lembaga Kemasyarakatan dalam Musrenbang Kelurahan meliputi: a. mensosialisasikan kegiatan Musrenbang Kelurahan kepada seluruh warga kelurahan sampai tingkat RW dan RT. b. memfasilitasi serangkaian pertemuan warga dalam rangka Musrenbang Kelurahan mulai dari identifikasi masalah dan potensi masyarakat sampai dengan permasyarakatan hasil Musrenbang Kelurahan. c. menggalang swadaya warga dalam pembiayaan Musrenbang Kelurahan dalam forum Musrenbang Kelurahan. d. menyusun draft usulan program pembangunan Kelurahan. e. mengkonsultasikan draft usulan program pembangunan Kelurahan kepada Tim Teknis yang dibentuk oleh Walikota yang terdiri dari satuan kerja (Dinas, Badan, Kantor, Bagian di Kota) dalam rangka sinkronisasi dan penyempurnaan. f. memfasilitasi pembahasan dan penyepakatan dokumen usulan program pembangunan kelurahan melalui Musrenbang Kelurahan dan selanjutnya disahkan oleh Lurah dan LPM. g. bersama Pemerintah Kelurahan dan LPM memperjuangkan sebagian hasil Musrenbang Kelurahan yang telah disahkan oleh Lurah, agar masuk daftar prioritas usulan masyarakat pada Musrenbang Tingkat Kecamatan. 8

(2) Peran Lurah dalam Musrenbang Kelurahan meliputi : a. memberikan dukungan pembiayaan Musrenbang Kelurahan yang dianggarkan dalam DPA SKPD Kota maupun Propinsi. b. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan berbagai instansi dan lembaga lain sesuai dengan kebutuhan. c. mengkoordinasikan penyelenggaraan Musrenbang Kelurahan. d. bersama-sama Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan, Kecamatan memperjuangkan sebagian hasil Musrenbang Kelurahan agar masuk daftar prioritas usulan masyarakat pada Musrenbang Tingkat Kecamatan. (3) Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam Musrenbang Kelurahan meliputi : a. memastikan kesesuaian hasil Musrenbang Kelurahan dengan aspirasi masyarakat. b. bersama Lurah dan Lembaga Kemasyarakatan memperjuangkan sebagian hasil Musrenbang Kelurahan agar masuk daftar prioritas usulan masyarakat pada Musrenbang Tingkat Kecamatan. c. mengawasi kinerja Tim Teknis dalam kegiatan pendampingan Musrenbang Kelurahan dan hasilnya diteruskan kepada anggota DPRD yang mewakili kecamatan setempat. (4) Peran Tim Teknis dalam Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan meliputi : a. mensosialisasikan Musrenbang Kelurahan di Tingkat Kelurahan, kecamatan dan Tingkat Kota Kupang. b. bekerjasama dengan lembaga kemasyarakatan Kelurahan dalam Musrenbang Kelurahan. c. memberikan layanan konsultasi dan pendampingan kepada Lembaga Kemasyarakatan dalam pelaksanaan Musrenbang Kelurahan. d. mengkoordinasikan proses sinkronisasi hasil-hasil Musrenbang Kelurahan dengan program-program sektoral oleh berbagai dinas/instansi terkait di Kota maupun dari Pemerintah Pusat. e. melakukan monitoring dan evaluasi kinerja lembaga kemasyarakatan Kelurahan dalam pelaksanaan Musrenbang Kelurahan. f. mendiseminasikan pelajaran berharga dan pengalaman keberhasilan dalam Musrenbang Kelurahan. (5) Peran Pemerintah Kota dalam Musrenbang Kelurahan meliputi : a. mengagendakan kegiatan Musrenbang Kelurahan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)/Repetada dalam DPA SKPD. b. membentuk Tim Teknis Musrenbang Tingkat Kota. c. mengkoordinasikan proses sinkronisasi hasil-hasil Musrenbang Kelurahan. d. bersama-sama DPRD memperhatikan hasil Musrenbang Kelurahan dalam RKPD dan DPA SKPD. 9

e. memasukan seluruh hasil-hasil Musrenbang kelurahan dalam Bank Data Perencanaan Pembangunan, yang dapat diakses oleh semua pihak yang memerlukan, termasuk LSM, Lembaga Donor, Perguruan Tinggi, Swasta dan lain-lain. f. pemerintah daerah wajib menyampaikan skala prioritas RKA SKPD kepada DPRD untuk dipertimbangkan. (6) Peran DPRD dalam Musrenbang meliputi : a. berperan serta secara aktif dalam forum Musrenbang Tingkat Kelurahan, Tingkat Kecamatan dan Tingkat Kota Kupang. b. memastikan bahwa proses dan hasil Musrenbang Kota mengakomodir hasil Musrenbang Kelurahan secara partisipatif, aspiratif, dan adil melalui Musrenbang Tingkat Kecamatan. c. bersama Pemda memperhatikan hasil Musrenbang Tingkat Kecamatan. d. mengawasi kinerja Pemda dan Tim Teknis dalam bantuan teknis Musrenbang Kelurahan dan Tingkat Kecamatan. e. memberikan dukungan dana dalam pembahasan hasil Musrenbang tiap Kelurahan yang telah menetapkan program dan kegiatan prioritas. BAB IX POSISI DAN KAITAN MUSRENBANG KELURAHAN DENGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 10 (1) Posisi Musrenbang dalam Perencanaan Pembangunan Daerah adalah : a. dokumen rencana pembangunan yang dihasilkan dalam Musrenbang Kelurahan merupakan bahan acuan penyusunan Rancangan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja-SKPD) dari tingkat Kecamatan sampai dengan Kota yang akan dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada) atau disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Menengah dan Jangka Panjang. b. semua dokumen rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan oleh Walikota bersama DPRD. (2) Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan dengan proses Perencanaan Pembangunan Daerah adalah : a. musrenbang Kelurahan merupakan bagian dari system perencanaan pembangunan daerah; b. wujud dukungan Musrenbang Kelurahan dalam proses perencanaan pembangunan, khususnya dalam penyusunan RKPD, sebagai berikut : 10

1. data dan informasi potensi sumber daya yang dimiliki masyarakat Kelurahan sampai di tingkat RT/RW, Dasawisma (PKK); 2. data dan informasi permasalahan dan kebutuhan masyarakat Kelurahan (mencakup sarana dan prasarana lingkungan, ekonomi kerakyatan, social budaya) sampai tingkat RT/RW, Dasawisma (PKK); 3. daftar usulan program pembangunan yang bertumpu pada kebutuhan, aspirasi dan potensi sumber daya masyarakat Kelurahan sampai tingkat RT/RW, Dasawisma (PKK); (3) Musrenbang Kelurahan menjamin dihasilkannya dokumen RKPD yang merupakan titik temu antara kebutuhan pembangunan skala daerah, propinsi dan nasional dengan kebutuhan pembangunan skala lingkungan (tingkat kelurahan sampai RT/RW). (4) Mata rantai proses Musrenbang Kelurahan dalam proses Perencanaan Pembangunan Daerah setiap tahun anggaran adalah sebagai berikut : a. di tingkat masyarakat: identifikasi dan perumusan masalah dan kebutuhan, analisa potensi, penentuan prioritas dan penyepakatan program swadaya melalui forum Musrenbang Kelurahan; b. di tingkat Kelurahan : membahas dan menyepakati daftar prioritas usulan masyarakat yang akan diusulkan untuk dibiayai DPA (APBD), melalui forum Musrenbang Kelurahan; c. di tingkat Kecamatan : membahas dan menyepakati daftar prioritas usulan untuk dibiayai DPA/APBD, melalui forum Musrenbang Kota. (5) Hasil Musrenbang diproses lebih lanjut melalui penyusunan Rancangan DPA (APBD) tahunan oleh tim/panitia yang dibentuk oleh Walikota. (6) DPA (APBD) diajukan oleh Walikota kepada DPRD setelah mendapatkan persetujuan DPRD. BAB X SUMBER PEMBIAYAAN MUSRENBANG KELURAHAN Pasal 11 Sumber pembiayaan Musrenbang Kelurahan bersumber dari : a. Dana Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ; b. Alokasi Dana Kelurahan; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kelurahan; d. Swadaya masyarakat Kelurahan; e. Pihak ketiga. 11

BAB XI MEKANISME MUSRENBANG KECAMATAN Pasal 12 (1) Musrenbang Kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari Kelurahan serta menyepakati kegiatan lintas dan antar kelurahan sebagai dasar Penyusunan Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) Kota pada tahun berikutnya. (2) Musrenbang Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk membahas dan menyepakati/menetapkan hasil Musrenbang Kelurahan. (3) Masukan-masukan dalam kegiatan Musrenbang Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. dari Kelurahan yaitu dokumen rencana pembangunan tahunan dari masing-masing kelurahan, daftar nama delegasi dari Kelurahan, instansi sektor di Kecamatan. b. dari Kota yaitu Kode kecamatan, prioritas pembangunan daerah untuk tahun mendatang serta penjelasan nama dan jumlah forum Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) dan gabungan SKPD sebagaimana ditentukan oleh BAPPEDA Kota berikut fungsi dan program terkait. (4) Mekanisme kegiatan Musrenbang Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Tahap Persiapan; b. Tahap Pelaksanaan; c. Tahap Keluaran; d. Pemilihan Delegasi Masyarakat; e. Tata Cara Pemilihan; f. Narasumber. (5) Tugas Tim Penyelenggara Musrenbang Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Merekapitulasi hasil Musrenbang Kelurahan. b. Menyusun Jadwal dan agenda Musrenbang. c. Mengumumkan secara terbuka jadwal, agenda dan tempat. d. Mendaftar peserta Musrenbang. e. Membantu delegasi Kecamatan dalam menjalankan tugasnya di forum SKPD dan Musrenbang Kota. f. Merangkum daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan untuk dibahas pada forum SKPD dan Musrenbang Kota. g. Merangkum Berita Acara Hasil Musrenbang Kecamatan (menurut prioritas kegiatan dan daftar delegasi). 12

h. Menyampaikan berita acara hasil Musrenbang Kecamatan kepada anggota DPRD, yang berasal dari wilayah Kecamatan tersebut. (6) Tugas Delegasi Kecamatan dalam kegiatan forum musyawarah stakeholders Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Membantu Tim Penyelenggara menyusun daftar prioritas kegiatan pembangunan. b. Memperjuangkan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan di forum SKPD dan Musrenbang Kota. c. Mengambil inisiatif untuk membahas perkembangan usulan Kecamatan dengan delegasi dari Kelurahan dan kelompok-kelompok masyarakat(pokmas-pokmas). d. Mendiskusikan berita acara Hasil Musrenbang Kecamatan dengan anggota DPRD dari wilayah pemilihan Kecamatan yang bersangkutan. (7) Tata cara dan mekanisme pelaksanaan Musrenbang Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota. Pasal 14 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 13

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Kupang. Ditetapkan di Kupang pada tanggal, 3 November 2007 WALIKOTA KUPANG, DANIEL ADOE Diundangkan di Kupang pada tanggal, 9 November 2007 PLT. SEKRETARIS DAERAH KOTA KUPANG AGUSTINUS HARAPAN LEMBARAN DAERAH KOTA KUPANG TAHUN 2007 NOMOR 18 14

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 secara jelas memerintahkan agar dalam rangka pembentukan, pemekaran, penggabungan dan penghapusan Daerah Otonom dan kawasan khusus, Kecamatan, Kelurahan, perimbangan keuangan, pembagian urusan Pemerintahan, penetapan Alokasi Dana Umum (DAU) dan Alokasi Dana Khusus (DAK), Alokasi Dana Desa (ADD) dan Alokasi Anggaran Kelurahan, Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Menengah dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah, Renstra Daerah, Arah Kebijakan Umum dan Anggaran, Renstra SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Perencanaan pembangunan yang bersifat partisipatif harus di mulai dari bawah (bottom up), oleh karena itu perlu dilakukan suatu kegiatan musyawarah dari tingkat yang paling bawah (RW) lalu ke Tingkat Kelurahan dan Kecamatan. Kota Kupang telah ikut melaksanakan kegiatan Musrenbang Kecamatan dan Kelurahan di Tingkat Kelurahan dan Kecamatan kegiatan ini dikoordinator oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Kupang dengan pemberian dana bantuan untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud. Selain itu untuk mendapatkan suatu proses perencanaan yang baik, keseragaman dalam administrasi pelaporan, proses pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dilakukan pula Pelatihan Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat Kelurahan. Bahwa dengan adanya Peraturan Daerah yang mengatur pengelolaan Perencanaan Pembangunan di Tingkat Kelurahan dan Kecamatan sangat mempengaruhi di dalam kelancaran pelaksanaan Musrenbang terhadap pemantauan dan evaluasi keterlibatan masyarakat untuk mendukung program-program Pembangunan berkelanjutan di Kota Kupang. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan mengacu pada Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0259/M/PPN/I/2005-050/166/SJ Perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan MUSRENBANG Tahun 2005 serta untuk pengelolaan Perencanaan Pembangunan Kelurahan dengan baik sesuai prosedur dan mekanisme yang diatur sebagai peraturan perundang-undangan, maka Pemerintah Kota Kupang mengeluarkan 15

Produk Hukum dalam bentuk Perda Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) Kecamatan dan Kelurahan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Ayat (1) huruf g Yang dimaksud dengan Lembaga Ekonomi Kelurahan yaitu Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Unit Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEKSP). Ayat (2) Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Pendekatan Partisipatif adalah Pendekatan dari, oleh dan untuk masyarakat (DOUM). Masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan masalah yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan untuk berlangsungnya proses perencanaan berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu sendiri. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) huruf b 16

(1) Data Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud meliputi; Potensi umum yang meliputi batas dan luas wilayah, iklim, jenis dan kesuburan tanah, orbitrasi, bentangan wilayah dan letak; Pertanian; Perkebunan; Kehutanan; Peternakan; Perikanan; Bahan galian; Sumber daya air; Kualitas lingkungan; Ruang public/taman dan wisata. Data Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud meliputi; jumlah; usia; pendidikan; mata pencaharian pokok; agama dan aliran kepercayaan; kewarganegaraan; etnis/suku bangsa; cacat fisik dan mental dan tenaga kerja. Data Sumber Daya Kelembagaan sebagaimana dimaksud meliputi; lembaga pemerintahan kelurahan; lembaga kemasyarakatan kelurahan; lembaga sosial kemasyarakatan; organisasi profesi; partai politik; lembaga perekonomian; lembaga pendidikan; lembaga dapat dan lembaga keamanan dan ketertiban. (2) Data prasarana dan sarana meliputi; transportasi; informasi dan komuniksi; prasarana air bersih dan sanitasi; prasarana dan kondisi irigasi; prasarana dan sarana pemerintahan; prasarana dan sarana lembaga kemasyarakatan; prasarana peribadatan; prasarana olahraga; prasarana dan sarana kesehatan; prasarana dan sarana pendidikan; prasarana dan sarana energi dan penerangan; prasarana dan sarana hiburan dan wisata dan prasarana dan sarana kebersihan. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 192 17

18