21 BAB II DESKRIPSI KECAMATAN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografis Kecamatan Banjarnegara merupakan bagaian wilayah admisnistrasi di Kabupaten Banjarnegara, sebagai wilayah pusat pemerintahan dan terletak dibagian selatan ditinjau dari bentuk tata letak dan geografis dari kabupaten Banjarnegara. Tipe daerah atau bentuk permukaan tanahnya termasuk daerah aliran sungai sampai daerah yang membentang dari arah yang sama, yaitu Sungai Srayu disebelah utara yang membatasi Kecamatan Banjarnegara dengan Kecamatan Madukara dan Banjarmangu. Batas wilayah adminstrasi Kecamatan Banjarnegara meliputi: Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat Sebelah utara : Kecamatan Sigaluh, : Kecamatan Pagedongan, : Kecamatan Bawang, : Kecamatan Madukara dan Kecamatan Banjarmangu. Jarak ibu kota Kecamatan ke ibu kota Kabupaten yang membawahinya sekitar 1 km dan terletak pada ketinggian 290 m dari permukaan laut (Monografi kecamatan Banjarnegara tahun 2012). Jarak dari kantor desa/kelurahan ke kantor kecamatan dan kabupaten di Kecamatan Banjarnegara terinci dalam tabel berikut, 21
22 Tabel 1 Jarak Dari Kantor Desa/Kelurahan ke Kantor Kecamatan dan Kabupaten di Kecamatan Banjarnegara No Desa Ke Kantor Kecamatan ( Km ) Ke Kantor Kabupaten ( Km ) 1 Argasoka 2 2 2 Ampelsari 3 2 3 Tlagawera 3 2 4 Cendana 4 3 5 Sokayasa 3 2 6 Sokanandi 3 2 7 Parakancanggah 2 1 8 Semarang 2 1 9 Krandegan 2 1 10 Kutabanjarnegara 0 1 11 Karangtengah 1 2 12 Wangon 1 2 13 Semampir 1 2 Sumber: Monografi Kecamatan Banjarnegara tahun 2012
23 Melihat jarak dari masing-masing desa ke kantor kecamatan dan kabupaten pada tabel di atas yang relatif dekat tidak heran memang apabila banyak masyarakatnya yang berprofesi sebagai pedagang selain bertani. Selain karena enggannya generasi muda sekarang untuk bertani yang harus menunggu musim panen baru bisa punya uang, pemukiman yang padat dan ramainya kota juga menjadi faktor yang dominan bagi masyarakat Kecamatan Banjarnegara untuk memilih profesi sebagai pedagang dari pada profesi yang lain. Suhu udara di Kecamatan Banjarnegara berkisar antara 20 C-26 C dengan temperatur terdingin yaitu 3 C-18 C, dengan kelembaban udara berkisar 80%-85%.Musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun, bulan - bulan basah (hujan) lebih banyak dari pada bulan-bulan kering (kemarau). Adapun curah hujan rata-rata 22,495 mm (Adisarwono, 2011; 11). Kecamatan Banjarnegara terdiri dari empat desa dan sembilan kelurahan dengan luas wilayah 26.24 km persegi. Kondisi wilayahnya merupakan dataran yang meliputi empat desa yaitu Desa Ampelsari, Desa Tlagawera, Desa Cendana, dan Desa Sokayasa. Sedangkan sembilan kelurahan lainnya merupakan daerah aliran sungai (Monografi Kecamatan Banjarnegara). Untuk lebih rincinya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
24 Tebel 2 Daftar Nama Desa dan Luas Wilayah Desa di Kecamatan Banjarnegara No Desa Luas (Ha) 1 Argasoka 363,219 2 Ampelsari 274,152 3 Tlagawera 356,379 4 Cendana 367,068 5 Sokayasa 182,005 6 Sokanandi 215,735 7 Parakancanggah 173401 8 Semarang 58,446 9 Krandegan 73,965 10 Kutabanjarnegara 148,200 11 Karangtengah 120,318 12 Wangon 119,044 13 Semampir 172,263 Jumlah 2.624195 Sumber: Monografi Kecamatan Banjarnegara tahun 2012
25 Berdasarkan tabel di atas, dari 13 desa yang ada di Kecamatan Banjarnegara, penulis melakukan penelitian di lima Kelurahan, yaitu: Kelurahan Krandegan, Kelurahan Kutabanjarnegara, Kelurahan Parakancanggah, Kelurahan Wangon, dan Kelurahan Semampir. Alasan penulis melakukan penelitian di kelima Kelurahan itu karena dari semua Kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarnegara ke lima Kelurahan tersebut dilintasi jalan Provinsi, juga merupakan pusat kota Kabupaten Banjarnegara, jadi merupakan tempat yang strategis untuk berdagang dawet ayu, oleh sebab itu banyak sekali ditemukan pedagang-pedagang dawet ayu baik pedagang kaki lima, pedagang kios, maupun pedagang keliling. B. Kondisi Demografis. Pada umumnya desa/kelurahan di Kecamatan Banjarnegara tidak berpenduduk padat apabila dilihat dari luas wilayahnya kecuali di Kelurahan Kutabanjarnegara yang berjumlah penduduk 11.091 jiwa. Kelurahan Kutabanjarnegara rumah-rumahnya berhimpit padat, dengan gang-gang kecil sebagai jalur lalulintas penghuninya. Tidak begitu mengherankan memang karena Kutabanjarnegara merupakan kelurahan yang termasuk wilayah pusat kota Kabupaten Banjarnegara. Untuk melihat lebih detailnya jumlah penduduk di Kecamatan Banjarnegara dapat dilihat pada tabel berikut,
26 Tebel 3 Banayknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga Dirinci Menurut Desa dan Kelurahan di Kecamatan Banjarnegara Penduduk No Desa L P Jumlah Rumah tangga 1 Argasoka 2.035 2.128 4.163 1011 2 Ampelsari 1.864 1.817 3.681 1006 3 Tlagawera 1.404 1.355 2.579 659 4 Cendana 1.497 1.614 3.111 708 5 Sokayasa 1.320 1.313 2.633 716 6 Sokanandi 2.670 2.18 5.288 1302 7 Parakancanggah 3.531 3.682 7.213 1792 8 Semarang 2.452 2.455 4.907 1296 9 Krandegan 3.782 3.920 7.702 1631 10 Kutabanjarnegara 5.414 5.047 11.091 2609 11 Karangtengah 1.605 1.615 3.220 899 12 Wangon 1.399 1.516 2.915 753 13 Semampir 1.382 1.486 2.868 823 Jumlah 30.385 31.166 61.551 15.205 Sumber: Monografi Kecamatan Banjarnegara tahun 2012.
27 Berdasarkan data dari tabel di atas jelas terlihat perbedaan kepadatan penduduk antara Kelurahan Kutabanjarnegara dengan kelurahan atau desa lain di Kecamatan Banjarnegara. Di kelurahan ini pula salah satu kelurahan yang terdapat banyak pedagang dawet ayu karena merupakan pusat kota Kabupaten Banjarnegara. C. Kondisi Ekonomi Struktur penduduk menurut mata pencaharian dapat menggambarkan kondisi perekonomian penduduk dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Jenis mata pencaharian penduduk yang utama Kecamatan Banjarnegara mempunyai banyak ragamnya, dari pertanian, industri, perdagangan, angkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa. Dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Banjarnegara, mata pencaharian utama sebagian besar penduduk di Kecamatan Banjarnegara adalah di sektor pertanian. Sebab lahan di Banjarnegara sangat cocok untuk pertanian karena merupakan daerah pegunungan. Dengan latarbelakang pekerjaan yang berbeda-beda maka berbeda pula tingkat kesejahteraannya. Berikut daftar rincian tingkat kesejahteraan masyarakatnya Kecamatan Banjarnegara,
28 Tabel 4 Banyaknya Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkatannya Dirinci Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Banjarnegara 2012 Rumah Tangga No Desa/ Kelurahan Sangat miskin Miskin Hampir miskin Rentan miskin lainnya Jumlah 1 Argasoka 43 61 138 272 516 2 Ampelsari 79 137 239 369 824 3 Tlagawera 28 29 57 51 165 4 Cendana 21 65 137 177 400 5 Sokayasa 25 24 22 46 117 6 Sokanandi 15 19 61 253 348 7 Parakancanggah 31 66 122 313 532 8 Semarang 27 45 84 234 390 9 Krandegan 18 36 74 258 385 10 Kutabanjarnegara 5 17 48 429 499 11 Karangtengah 35 40 79 132 286 12 Wangon 4 8 26 114 152 13 Semampir 19 29 44 159 251 Jumlah 352 576 1.131 2.807 4.866 Sumber: Monografi Kecamatan Banjarnegara tahun 2012
29 Dari data pada tabel diatas fokus penelitian adalah di Desa/kelurahan Parakancanggah, Krandegan, Kutabanjarnegara, Wangon, Semampir merupakan Desa/kelurahan yang masyarakatnya sangat miskit tergolong rendah kecuali Parakancanggah, ini berarti jika dawet ayu terus dikembangkan pada desa/kelurahan tersebut maka dapat mendongkrak tingkat kemiskinan masyarakat yang tergolong miskin karena akan menambah penghasilannya. D. Kondisi Sosial Masyarakat Bila dilihat perkembangan dari awal berdirinya, Kecamatan Banjarnegara pada mulanya terdiri dari masyarakat yang dimana bupati membagikan tanahtanahnya kepada warga sekitar untuk ditinggali maupun untuk bersawah dan bercocok tanam. Pola ini menjadikan corak kehidupan dan pekerjaan masyarakat Banjarnegara menjadi sangat agraris. Perkembangan wilayah sampai ke pelosokpelosok pada awalnya disebabkan oleh datangnya warga yang berkembang menjadi banyak kemudian membutuhkan wilayah untuk tempat tinggal dan bercocok tanam yang lebih luas (Humas Setda Banjarnegara dalam http://www.banjarnegarakab.go.id, diakses 08 Mei 2014). Seiring berkembangan zaman, modernisasi, globalisasi, dan kapitalisme menyebabkan perubahan yang sangat cepat pada penciptaan alat-alat berbasis teknologi tinggi yang dipakai dalam berbagai penelitian, barang rumah tangga, dan yang paling penting adalah pada pekerjaan dan industri. Hal ini berpengaruh pada munculnya pabrik-pabrik dan pusat industri modern lain di wilayah kota Banjarnegara. Pendirian pabrik dan pusat industri ini secara langsung maupun
30 tidak langsung mengubah struktur dan corak masyarakatnya dari yang semula agraris menjadi ke arah masyarakat industri. Hal ini menjadikan perkembangan masyarakat kota Banjarnegara berubah masyarakat industri, keadaan ini bertahan sampai sekarang. Melihat kehidupan sosial masyarakat, masyarakat kota Banjarnegara sebenarnya sudah banyak terpengaruh dampak globalisasi khas masyarakat modern. Bahkan sebelumnya kota Banjarnegara baru memasuki tahap Pra- Modern, kondisi non-fisik/non material (sosial-budaya) masyarakat kota Banjarnegara sudah menunjukkan tanda-tanda memasuki tahapan masyarakat yang modern. Bahwa kebudayaan yang bersifat material berkembang dengan pesat namun pergerakan kebudayaan material tertinggal, kurang mampu mengikuti pesatnya perkembangan kebudayaan tadi (Humas Setda Banjarnegara dalam http://www.banjarnegarakab.go.id, diakses 08 Mei 2014). Kemajuan zaman dipakai untuk menggambarkan munculnya suatu tatanan sosial yang di dalamnya mengedepankan betapa penting dan kuasanya media massa serta budaya populer. Media massa dan segala rupa budaya populer mengendalikan bahkan membentuk hubungan sosial yang lainnya. Perilaku para remaja di kota Banjarnegara menunjukkan perihal tersebut. Hal ini terutama berkaitan dengan hobi mereka dalam memanfaatkan waktu luang untuk menikmati segala yang kurang bahkan tidak bermutu di televisi, koran, majalah, jejaring sosial (facebook, twitter). Kebiasaan yang kurang bermanfaat ini secara tidak langsung mempengaruhi cara berfikir mereka. Berujung pada tindakan sehari-hari yang
31 berkenaan dengan gaya hidup, gaya berpakaian, cara berbicara, gaya berhubungan dengan lawan jenis, pola berhubungan dengan orang tua dan orang muda, sampai gaya makan, yang hampir kesemuanya meniru budaya masyarakat barat modern. Produk-produk yang dikemas dan ditampilkan media sebagian besar berorientasi pada keuntungan, kurang memberikan pembelajaran. Sehingga mudah menemukan anak muda yang sedang membolos di alun-alun kota untuk bermain dengan teman-temannya, ataupun mengisi waktu belajarnya untuk bermain game online maupun berjejaring sosial di warnet-warnet yang tersebar di sudut-sudut kota (Humas Setda Banjarnegara dalam http://www.banjarnegarakab.go.id, diakses 08 Mei 2014). Perilaku-perilaku tersebut lebih menekankan pada gaya dan kebiasaan kurang baik. Jika sudah menjadi budaya, maka perilaku hidup tersebut akan mengubah realita hidup mereka dari realita yang sebenarnya menjadi realita di dalam dunia maya misalnya. Media dan segala pencitraannya adalah realita mereka sekarang. Penekanan lain dari perubahan masyarakat kota Banjarnegara sesuai dengan tanda-tanda masyarakat yang modern adalah sifat konsumtifnya yang meningkat. Karena pengaruh dari realita kehidupan tadi juga, sekarang perilaku belanja masyarakat kota Banjarnegara menjadi tuntunan keinginan, bukan lagi kebutuhan. Hal ini tentu menguntungkan kaum yang berkuasa yang hanya mementingkan pada keuntungan materi. Sekedar berinvestasi di Banjarnegara dengan mendirikan banyak pusat perbelanjaan dengan tujuan utama mencari keuntung besar.
32 Efek negatif paling terasa adalah lunturnya nilai keagamaan masyarakat kota Banjarnegara karena sudah terkena arus budaya massa yang bercorak masyarakat barat. Masjid Agung di barat alun-alun tidak seramai dahulu ketika waktu shalat tiba. Padahal Islam adalah agama mayoritas di masyarakat kota Banjarnegara. Efek lainnya tentu saja berkurangnya kesadaran berbudaya orang Banjarnegara dengan tipe Mbanyumasan dan logat ngapak-nya, kalah dengan budaya Lu-Gue serta budaya yang dianggap lebih gaul dan modern. Kecintaan pada kearifan dan produk kebudayaan lokal Banjarnegara semakin terkikis. Mungkin ini juga yang menjadi salah satu penyebab produk lokal unggulan khas Banjarnegara tidak bisa berkembang maksimal untuk meningkatkan perekonomian warga Banjarnegara sendiri. (Humas Setda Banjarnegara dalam http://www.banjarnegarakab.go.id, diakses 08 Mei 2014). E. Pendidikan Pendidikan di Kecamatan Banjarnegara memang lebih maju dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Banjaranegara, itu di karenakan karena kecamatan Banjarnegara merupakan pusat pemerintahan Kabupaten. Selain itu adanya kesadaran masyarakat tentang pendidikan juga menjadi faktor yang sangat penting, bagi masayarakat Banjarnegara pendidikan merupakan suatu kebutuhan. Lebih majunya pendidikan di Kecamatan Banjaranegara dengan kecamatan-kecamatan lain di wilayah Kabupaten Banjarnegara dapat dibuktikan
33 dengan banyaknya sekolahan-sekolahan yang ada di kecamatan ini. Berikut daftar jumlah sekolahan yang ada di kecamatan Banjarnegara mulai dari PAUD sampai SMA, Tabel 4 Jumlah Sekolah yang Ada di Kecamatan Banjarnegara DESA PAUD/TK SD/MI SMP/MTS SMA/MA/SMK Argasoka 5 3 - - Ampelsari 2 2 - - Tlagawera 3 3 - - Cendana 2 2 - - Sokayasa 2 2 - - Sokanandi 7 3 2 1 Parakancanggah 9 6 2 2 Semarang 10 4 1 3 Krandegan 7 4 1 1 Kutabanjarnegara 10 5 3 - Karangtengah 4 3 1 - Wangon 3 2 4 Semampir 4 3 1 - Jumlah 58 41 11 11 Sumber: Monografi Kecamatan Banjarnegara 2012. Dengan banyaknya jumlah sekolah yang tertera pada tabel di atas menunjukan bahwa Kecamatan Banjarnegara sudah cukup maju dalam bidang
34 pendidikan, hal ini akan terus meningkat seiring dengan banyak pembangunanpembangunan sekolah baru baik sekolah swasta maupun negeri.