JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

dokumen-dokumen yang mirip
Kinetika Adsorpsi Phenol Dalam Air Dengan Arang Tempurung Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu 2+

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

ADSORPSI KARBON AKTIF DARI SABUT KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP PENURUNAN FENOL

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

ISOTERMA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI KATION PLUMBUM(II) PADA LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN AKTIVATOR

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

ANALISIS SIFAT ADSORPSI KARBON AKTIF KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA PADA LIMBAH CAIR BATIK DI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

BAB III METODE PENELITIAN

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENURUNAN ANGKA ASAM PADA MINYAK JELANTAH. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Jason Mandela's Lab Report

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): ISSN: Maret 2014

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

ADSORPSI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KLUWAK (Pangium edule) TERHADAP PENURUNAN FENOL

BIOARANG LIMBAH DAUN KETAPANG (Terminalia catappa L.) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA METILEN BIRU DALAM LARUTAN BERAIR

PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN. Fitri, Rakhmawati Farma

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS MENGGUNAKAN METODE ACID CLAY TREATMENT

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

PROSES PEMUCATAN MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN ARANG AKTIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ZAT AKTIVATOR DAN WAKTU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI KARBON AKTIF DENGAN AKTIVASI KIMIA

PENYISIHAN KONSENTRASI COD LIMBAH CAIR DOMESTIK SISTEM BATCH MENGGUNAKAN ADSORBEN FLY ASH BATUBARA. *

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-116

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

Jurnal Kependidikan Kimia Hydrogen Vol. 1 Nomor 1, Juli 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Adsorpsi Pb (II) oleh Lempung Alam Desa Talanai (Das Kampar): modifikasi NaOH ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

STUDI KINETIKA ADSORPSI LARUTAN ION LOGAM KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN ARANG BATANG PISANG (Musa paradisiaca)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

Transkripsi:

36 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 10 No.2, 2016, hal.36-42 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa Ardelita Adiningtyas* dan Panut Mulyono Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta, 55281 *Alamat korespondensi: ardelitaadiningtyas@gmail.com A B S T R A C T The adsorption kinetics of nickel (II) in aqueous solution with activated carbon from coconut shell was studied by measuring the nickel concentration in the solution (C) as a function of time (t). The parameters studied in this study were adsorption temperature (T), particle diameter of activated carbon (d), and mass ratio of activated carbon to aqueous solution (r). It was found that the adsorption rate increased with the increase of the adsorption temperature and the mass ratio of activated carbon to aqueous solution. On the contrary, it was found that the rate of adsorption decreased with increasing the particle diameter of the activated carbon. The empirical rate expression for the adsorption of nickel (II) in aqueous solution with activated carbon from coconut shell has been determined as: with the relative mean error of 7.49%. The equation is valid for the range of T from 323 K to 363 K, d from 3360 µm to 297 µm, r of 0.5 to 0.6667, and for adsorption system in erlenmeyer agitated by using shaker bath. Keywords: adsorption kinetic, nickel (II), activated carbon, coconut shell A B S T R A K Kinetika adsorpsi larutan nikel (II) dalam air dengan karbon aktif tempurung kelapa dianalisis dengan mengukur konsentrasi nikel pada larutan sebagai fungsi waktu. Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah suhu adsorpsi (T), diameter partikel karbon aktif tempurung kelapa (d), dan rasio massa karbon aktif tempurung kelapa dengan larutan nikel (II) dalam air (r). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju adsorpsi meningkat dengan bertambahnya suhu adsorpsi dan rasio massa karbon aktif tempurung kelapa dengan larutan. Sedangkan, laju adsorpsi menurun dengan bertambahnya ukuran diameter partikel karbon aktif tempurung kelapa. Dari hasil penelitian, persamaan empiris laju adsorpsi nikel (II) dalam larutan dengan karbon aktif arang tempurung kelapa dinyatakan sebagai berikut: dengan kesalahan relatif sebesar 7,49%. Persamaan berlaku untuk kisaran suhu 323 K hingga 363 K, diameter karbon aktif tempurung kelapa kisaran 3360 µm hingga 297 µm, rasio massa karbon aktif

37 tempurung kelapa dengan larutan aqueous kisaran 0,5 hingga 0,6667, dan untuk sistem adsorpsi menggunakan Erlenmeyer dengan pengadukan menggunakan shaker bath. Kata kunci: kinetika adsorpsi, nikel (II), karbon aktif, tempurung kelapa 1. Pendahuluan Teknologi industri yang berkembang pesat merupakan salah satu potensi penyebab pencemaran air. Berbagai upaya meminimalisir bahaya polutan dilakukan untuk mengurangi efek berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup. Akumulasi logam berat yang terus meningkat pada perairan menjadi perhatian bagi berbagai pihak karena sifatnya yang beracun saat terkontaminasi dengan air. Logam berat dinyatakan sebagai polutan yang sangat toksik dan berbahaya karena sifatnya yang sukar terurai. Sifat inilah yang menyebabkan logam berat dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh makhluk hidup sehingga dapat menyebabkan keracunan secara akut dan kronis bahkan dapat menyebabkan kematian. Nikel (Ni) termasuk logam berat yang berbahaya. Nikel umumnya digunakan dalam pelapisan logam. Konsentrasinya dalam air limbah industri bervariasi antara 6-12 mg/l, sedangkan batas aman konsentrasi nikel dalam air ialah 1 mg/l (Miaratiska dan Azizah, 2015). Hal ini berarti bahwa konsentrasi nikel dalam air limbah di atas batas aman dan dapat menyebabkan masalah pencemaran air yang sangat serius bagi lingkungan. Metode adsorpsi dengan karbon aktif merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengolahan air limbah terkontaminasi logam berat (Thomas dan Crittenden, 1988). Namun, karbon aktif yang tersedia di pasaran masih dianggap mahal. Para peneliti telah menganalisis karbon aktif alternatif yang relatif murah dengan daya adsorpsi yang relatif sama dengan karbon aktif yang ada di pasaran. Salah satu alternatif bahan untuk karbon aktif ini salah satunya adalah tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bahan yang baik dijadikan karbon aktif karena mengandung silikat (SiO 2 ) yang cukup tinggi, lignin (29,4%), hemiselulosa (27,7%), selulosa (26,6%), air (8,0%), abu (0,6%) dan komponen ekstraktif (4,2%). Seluruh senyawa tersebut termasuk dalam senyawa hidrokarbon (Prananta, 2009). Selain itu karbon aktif yang dihasilkan dari arang tempurung kelapa memiliki mikropori yang banyak, luas permukaan besar, dan daya adsorpsi yang cukup tinggi (Gilar dkk., 2013). Perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika atau kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi disebut aktivasi karbon. Aktivasi dapat dilakukan secara fisika maupun kimia. Aktivasi secara fisika dapat didefinisikan sebagai proses memperluas pori dari arang aktif dengan bantuan panas, uap dan gas CO 2, sedangkan aktivasi secara kimia merupakan aktivasi dengan pemakaian bahan kimia yang disebut aktivator. Aktivator yang sering digunakan antara lain hidroksida logam alkali, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl 2, serta senyawa asam seperti H 2 SO 4 dan H 3 PO 4. Proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, ukuran butir penjerap, dan rasio massa zat penjerap terhadap massa larutan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan perpindahan massa partikel zat terjerap dari larutan ke permukaan zat penjerap. Persamaan matematis yang digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis mekanisme adsorpsi nikel (II) ke permukaan arang tempurung kelapa adalah persamaan yang diajukan oleh Chen dkk. (2003) dan Lee dan Lin (2004). Asumsi yang diambil untuk menghubungkan antara konsentrasi adsorbat sebagai fungsi waktu dapat didekati dengan Persamaan (1).

38 (1) dengan C = konsentrasi (g/l), Co = konsentrasi mula-mula (g/l), t = waktu (menit), serta k dan n merupakan konstanta-konstanta yang ditentukan dari data eksperimen C(t). Berdasar penelitian Lee dan Lin (2004), untuk menentukan orde optimum pada persamaan ditentukan dengan tebakan nilai n yang memiliki nilai R 2 mendekati satu. Pada penelitian ini diperoleh n = 0,1, sehingga menghasilkan persamaan dengan hubungan kecepatan adsorpsi sebagai fungsi waktu sebagaimana dinyatakan dalam Persamaan (2). 2. Metode Penelitian 2.1. Bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nikel sulfat heksahidrat (NiSO 4. 6H 2 O) p.a., asam sulfat (H 2 SO 4 ) teknis, dan arang tempurung kelapa yang diperoleh dari Pasar Depok, Semarang. 2.2. Alat penelitian Rangkaian alat penelitian ditunjukkan dalam Gambar 1. (2) Penentuan nilai-nilai konstanta kecepatan adsorpsi dipengaruhi oleh faktor-faktor adsorpsi. Secara umum, hubungan antara kecepatan adsorpsi, suhu, ukuran adsorben, dan rasio massa adsorben dibanding massa larutan dapat dinyatakan dengan Persamaan (3) (Chen dkk., 2003). (3) Nilai-nilai yang perlu ditentukan berdasar hasil percobaan adalah,, dan. Penentuan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan metode grafis. Untuk penentuan nilai besaranbesaran tersebut, maka Persamaan (3) diubah bentuk menjadi Persamaan (4) (Mulyono dan Wibisono, 2007; Mulyono dan Kusuma, 2010). (4) Kemudian Persamaan (4) dilinearisasi menjadi Persamaan (5) (Mulyono dan Wibisono, 2007; Mulyono dan Kusuma, 2010). (5) Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konstanta persamaan empiris laju kinetika adsorpsi nikel (II) di larutannya dalam air dengan karbon aktif arang tempurung kelapa dan mengetahui hubungan antara diameter butir karbon aktif, suhu, dan rasio massa karbon aktif dibanding massa larutan pada proses adsorpsi. Keterangan: 1. Shaker bath 2. Air 3. Larutan NiSO 4. 6H 2 O 4. Tutup 5. Erlenmeyer 6. Karbon aktif Gambar 1. Rangkaian alat penelitian 2.3. Cara penelitian 2.3.1. Pembuatan Larutan Ni (II) dalam air Sebanyak 1 gram NiSO 4. 6H 2 O ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml lalu diencerkan hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen. Diperoleh larutan Ni (II) dalam air dengan konsentrasi 1000 ppm. 2.3.2. Aktivasi Arang Tempurung Kelapa Sebanyak 50 gram arang tempurung kelapa direndam dalam 200 ml H 2 SO 4 4M selama 10 jam. Kemudian ditiriskan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110 o C selama 3 jam. 2.3.3. Preparasi Arang Tempurung Kelapa Arang tempurung kelapa yang sudah diaktivasi kemudian dihancurkan dan diayak menjadi ukuran 6 mesh (3360 µm), 25 mesh (707 µm), dan 50 mesh (297 µm).

2.3.4 Proses Adsorpsi a. Variasi Suhu Operasi Sebanyak 50 ml larutan NiSO 4 1000 ppm diencerkan dengan akuades dalam labu ukur 500 ml hingga tanda batas dan digojog sampai homogen dan diperoleh larutan NiSO 4 100 ppm. Larutan NiSO 4 100 ppm dimasukkan ke dalam 3 buah Erlenmeyer 250 ml sebanyak 100 ml. Karbon aktif arang tempurung kelapa 25 mesh (707 µm), sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam masing-masing Erlenmeyer, lalu dimasukkan ke dalam shaker bath yang diset pada suhu 323 K, 343 K, dan 363 K. Shaker bath mulai dihidupkan dan dilakukan penggojogan selama 60 menit. Sampel diambil untuk dianalisis kadar Ni sisa setiap 10 menit dan disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan butiran karbon aktif yang terikut saat pengambilan sampel. b. Variasi Ukuran Butir Karbon Aktif Larutan NiSO 4 100 ppm dimasukkan ke dalam 3 buah Erlenmeyer 250 ml masingmasing 100 ml. Karbon aktif arang tempurung kelapa 6 mesh (3360 µm), 25 mesh (707 µm), dan 50 mesh (297 µm) dimasukkan ke dalam masing-masing Erlenmeyer sebanyak 5 gram, setelah itu dimasukkan ke dalam shaker bath yang telah diset pada suhu 323 K. Shaker bath mulai dihidupkan dan dilakukan penggojogan selama 60 menit. Sampel diambil untuk dianalisis kadar Ni sisa setiap 10 menit dan disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan butiran karbon aktif yang terikut saat pengambilan sampel. c. Variasi Rasio Massa Karbon Aktif per Massa Larutan Larutan NiSO 4 100 ppm dimasukkan ke dalam 3 buah Erlenmeyer 250 ml masingmasing sebanyak 100 ml. Karbon aktif 25 mesh (707 µm) dimasukkan ke dalam masing-masing Erlenmeyer sebanyak 10 gram, 15 gram, dan 20 gram, lalu dimasukkan dalam shaker bath yang telah diset pada suhu 323 K. Shaker bath mulai dihidupkan dan dilakukan penggojogan selama 60 menit. Sampel diambil untuk dianalisis kadar Ni sisa setiap 10 menit dan disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan butiran karbon aktif yang terikut saat pengambilan sampel. 2.3.5 Analisis Hasil Adsorpsi Konsentrasi sisa logam nikel pada larutan hasil adsorpsi dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). 3. Hasil dan Pembahasan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data hubungan antara rasio konsentrasi sisa nikel dalam larutan terhadap konsentrasi awal nikel (C/Co) dengan waktu (t) pada berbagai diameter karbon aktif (d), suhu operasi (T), dan rasio massa karbon aktif per massa larutan (r). Hasil percobaan untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 3.1 Variasi Suhu Operasi Variasi suhu operasi dilakukan dengan mengubah-ubah suhu shaker bath (323 K, 343 K, dan 363 K) dengan parameter massa karbon aktif 5 gram, ukuran butir karbon aktif 25 mesh (707 µm) dan rasio massa karbon aktif terhadap massa larutan 0,3333 dijaga tetap. Data hasil percobaan untuk variasi suhu operasi ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 2. Tabel 1. Hubungan antara konsentrasi nikel (II) sisa pada larutan terhadap konsentrasi awal nikel (II) (C/Co) dengan waktu (t) pada berbagai suhu operasi Suhu (K) Waktu (menit) Konsentrasi nikel sisa terhadap konsentrasi nikel mula-mula (C/Co) 323 343 363 0 1 1 1 10 0,4344 0,4222 0,4005 20 0,4009 0,4005 0,3951 30 0,3966 0,3978 0,3707 40 0,3878 0,3815 0,3707 50 0,3765 0,3761 0,3626 60 0,3712 0,3701 0,3626 Pada Gambar 2 terlihat bahwa rasio konsentrasi sisa nikel (II) dalam larutan semakin kecil selama proses adsorpsi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak nikel (II) yang terjerap oleh karbon aktif seiring dengan bertambahnya waktu. Data percobaan juga menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu 39

40 operasi, maka semakin sedikit jumlah nikel (II) yang tersisa dalam larutan. Hal ini disebabkan karena pergerakan molekul nikel semakin aktif dengan naiknya suhu sehingga semakin cepat menyentuh sisi permukaan arang penjerap. ukuran butir karbon aktif, maka laju adsorpsi semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran butir karbon aktif, luas bidang kontak atau luas bidang jerapnya menjadi lebih besar sehingga lebih banyak nikel yang dapat terjerap. Tabel 2. Hubungan antara konsentrasi nikel (II) sisa pada larutan terhadap konsentrasi awal nikel (II) (C/Co) dengan waktu (t) pada berbagai ukuran butir karbon aktif Gambar 2. Konsentrasi nikel (II) sisa terhadap konsentrasi nikel (II) mula-mula sebagai fungsi waktu (t) pada berbagai suhu operasi Untuk variasi suhu dengan parameter lain dibuat tetap, maka Persamaan (5) diubah menjadi Persamaan (6). Ukuran butir karbon aktif Waktu (menit) Konsentrasi nikel sisa terhadap konsentrasi nikel mula-mula (C/Co) 3660 µm 707 µm 297 µm 0 1 1 1 10 0,4493 0,4344 0,4113 20 0,4205 0,4009 0,3761 30 0,3974 0,3966 0,3517 40 0,3924 0,3866 0,3327 50 0,378 0,3765 0,3246 60 0,3653 0,3712 0,3246 (6) Dengan A =. Kemudian dari Persamaan (6) diperoleh slope ( ), dengan nilai R = 8,314 J/mol.K, maka dapat diperoleh nilai = -1062,286 J/mol. 3.2 Variasi Ukuran Butir Karbon Aktif Variasi ukuran butir karbon aktif dilakukan dengan mengubah-ubah ukuran butir karbon aktif yang digunakan (3360 µm, 707 µm, dan 297 µm) dengan parameter massa karbon aktif 5 gram, suhu operasi 323 K dan rasio massa karbon aktif terhadap massa larutan 0,3333 dijaga tetap. Data hasil percobaan untuk variasi ukuran butir karbon aktif ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 3. Terlihat bahwa rasio konsentrasi sisa nikel (II) dalam larutan semakin kecil selama proses adsorpsi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak nikel (II) yang terjerap oleh karbon aktif seiring dengan bertambahnya waktu. Data percobaan juga menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran butir karbon aktif, maka semakin sedikit jumlah nikel yang tersisa dalam larutan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil Gambar 3. Konsentrasi nikel (II) sisa terhadap konsentrasi nikel (II) mula-mula sebagai fungsi waktu (t) pada berbagai ukuran butir karbon aktif Untuk variasi ukuran butir karbon aktif dengan parameter lain dibuat tetap, maka Persamaan (5) diubah menjadi Persamaan (7). (7) Dengan B =. Kemudian dari Persamaan (7) diperoleh slope = -0,0478. 3.3 Variasi Rasio Massa Karbon Aktif per Massa Larutan Variasi rasio massa karbon aktif per massa larutan dilakukan dengan mengubah-ubah massa karbon aktif arang tempurung kelapa yang digunakan (10 gram, 15 gram, dan 20 gram)

dengan parameter suhu operasi 323 K dan ukuran butir karbon aktif 25 mesh (707 µm) dijaga tetap. Data hasil percobaan untuk variasi rasio massa karbon aktif per massa larutan ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 4. Tabel 3. Hubungan antara konsentrasi nikel (II) sisa pada larutan terhadap konsentrasi awal nikel (II) (C/Co) dengan waktu (t) pada berbagai rasio massa karbon aktif per massa larutan Waktu (menit) Rasio massa karbon aktif terhadap massa larutan Konsentrasi nikel sisa terhadap konsentrasi nikel mula-mula (C/Co) 0,5 0,6 0,6667 0 1 1 1 10 0,4466 0,4249 0,4222 20 0,4195 0,4168 0,3897 30 0,4195 0,3951 0,3761 40 0,4032 0,3815 0,3734 50 0,3924 0,3653 0,3571 60 0,3598 0,3463 0,3382 Untuk variasi rasio massa karbon aktif terhadap rasio massa larutan dengan parameter lain dibuat tetap, maka Persamaan (5) diubah menjadi Persamaan (8). (8) Dengan B =. Kemudian dari persamaan (8) diperoleh slope = 0,2899. Karena nilai,, telah diketahui maka nilai dapat dihitung. Diperoleh nilai = 1,1872. Dengan demikian persamaan empiris laju kinetika adsorpsi dinyatakan dalam Persamaan (9). dengan kesalahan relatif sebesar 7,49%. 41 (9) Gambar 4. Konsentrasi nikel (II) sisa terhadap konsentrasi nikel (II) mula-mula sebagai fungsi waktu (t) pada berbagai rasio massa karbon aktif per massa larutan Pada Gambar 4 terlihat bahwa rasio konsentrasi sisa nikel (II) dalam larutan semakin kecil selama proses adsorpsi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak nikel (II) yang terjerap oleh karbon aktif seiring dengan bertambahnya waktu. Data percobaan juga menunjukkan bahwa semakin besar rasio karbon aktif per massa larutan, maka semakin sedikit jumlah nikel (II) yang tersisa dalam larutan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio massa karbon aktif per massa larutan, maka laju adsorpsi semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin besar rasio massa karbon aktif per massa larutan, maka luas bidang kontak (luas bidang penjerapan) antara adsorben dan adsorbat menjadi lebih besar. 4. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a. Persamaan empiris laju adsorpsi nikel (II) dalam larutannya di air dengan karbon aktif arang tempurung kelapa berdasarkan metode grafis dapat dinyatakan sebagai dengan kesalahan relatif sebesar 7,49%. Persamaan empiris ini berlaku untuk kisaran suhu 323 K hingga 363 K, diameter karbon aktif tempurung kelapa dengan kisaran 3360 µm hingga 297 µm, rasio massa karbon aktif tempurung kelapa dengan larutan nikel (II) di air dengan kisaran 0,5 hingga 0,6667, dan untuk sistem adsorpsi menggunakan Erlenmeyer dengan agitasi menggunakan shaker bath. b. Laju adsorpsi nikel (II) dengan karbon aktif arang tempurung kelapa akan meningkat dengan meningkatnya suhu operasi (T) dan rasio massa karbon aktif terhadap massa larutan (r), dan akan menurun dengan semakin besarnya ukuran butir karbon aktif (d).

42 Daftar Pustaka Chen, Chu-Yuan, and Chun-I Lin, 2003, Kinetics of Adsorption of β-carotene from soy Oil with Activated Rice Hull Ash, J. Chem. Eng. Japan, 36 (3), 265 270. Lee, C.H. and Chun-I Lin, 2004, Kinetics of Adsorption of Phospholipids from Hydrated and Alkali-Refined Soy Oil Using Regenerated Clay, J. Chem. Eng. Japan, 37 (6), 764 771. Miaratiska, N. dan R. Azizah, R., 2015, Hubungan Paparan Nikel dengan Gangguan Kesehatan Kulit pada Pekerja Industri Rumah Tangga Pelapisan Logam di Kabupaten Sidoarjo, Universitas Airlangga. Mulyono, P. dan Wibisono, 2007, Kinetika Adsorpsi Amoniak dalam Air dengan Karbon Aktif, Media Teknik, 2, XXIX, Edisi Mei, 36-42. Mulyono, P. Dan Kusuma, W.M., 2010, Kinetika Adsorpsi Phenol dalam Air dengan Arang Tempurung Kelapa, Forum Teknik, 33 (2), 103-110. Thomas, W.J. and Crittenden, B.D., 1998, Adsorption Technology and Design, Butterworth-Hienemann, Oxford.