BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang terintegrasi dengan pembangunan. peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah negara.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan undang undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dari pengertian diatas bahwa pendidikan merupakan upaya terorganisir yang dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, adanya tahapan dan komitmen bersama antara pendidik dan peserta didik di dalam proses pendidikan itu. Dalam UUD 1945 juga dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, setiap lapisan dari dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting, misalnya dalam mencapai hasil belajar. Di dunia pendidikan hasil belajar merupakan tolak ukur yang paling mendasar yaitu semakin baiknya hasil belajar yang dicapai dalam dunia pendidikan maka semakin besar kemungkinan tercapainya tujuan pendidikan, misalnya saja dalam pembelajaran matematika. Sejalan dengan hal itu, tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan peserta didik siswa yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Menurut peranan matematika sangat penting, seharusnya matematika menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga menimbulkan keinginan dan

2 semangat siswa dalam mempelajarinya. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa, diantaranya adalah ada ditemukan kesan bahwa sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran matematika karena merupakan pelajaran yang ditakuti dan dianggap sulit. Hal ini senada dengan Mulyono Abdurrahman (2009 : 252) yang menyatakan bahwa : Dari berbagai studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang yang dianggap sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar. Sulitnya matematika juga disebabkan oleh faktor yang lain yaitu cara penyampaian guru. Kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan. Kedudukan guru sangat strategis artinya guru akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Kedudukan guru sangat menentukan artinya bahwa gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Karena posisi guru merupakan ujung tombak dari keberhasilan suatu pembelajaran, untuk itu seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat menggunakan strategi, metode atau pendekatan yang sesuai dengan mata pelajaran juga kondisi siswanya. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan untuk dicapai. Ada beberapa komponen yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar, seperti yang diungkapkan Djamarah (2006:41) : Suatu sistem kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode mengajar, alat dan sumber serta evaluasi. Diantara komponen tersebut, salah satu komponen yang perlu mendapat perbaikan adalah model pembelajaran yang digunakan guru. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat yang digunakan guru, juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Banyak guru di sekolah-sekolah mengajar matematika dengan metode ceramah dimana pembelajaran berlangsung satu arah, sehingga siswa dikondisikan sebagai penerima saja. Siswa hanya mendengar kemudian mencatat informasi yang

3 disampaikan guru. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Ada lima kategori hasil belajar menurut Gagne (dalam Nana Sudjana, 2009) : 22 yakni: (a) informasi verbal, (b) katerampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Menurut Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana, 2009: 22) bahwa : Hasil belajar terbagi 3 ranah aspek yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Pada kenyataannya, banyak siswa yang hanya mampu mengingat yaitu tahap mengingat pada taksonomi Bloom, tetapi tidak mampu memahami apa yang sudah diingat. Karena pada tahap pemahaman tidak berjalan dengan baik, maka tahap selanjutnya juga tidak akan berjalan dengan baik, yaitu pada tahap penerapan. Karena siswa tidak mampu memahami dan menggunakan konsepkonsep yang sudah diingat, maka kemampuan penalarannya tidak akan berkembang baik sehingga hasil belajarnya pun menjadi rendah.permasalahan rendahn ya hasil belajar matematika dialami siswa MTsN Panyabungan. Hasil belajar siswa tidak terlepas dari aktivitas yang dilaksankan : Bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangkai mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah para siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam prosem pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Firdaus (2009).

4 Selain itu, rendahnya hasil belajar dialami siswa MTsN Panyabungan juga khususnya dalam sub pokok bahasan aritmatika sosial. Aritmatika sosial adalah materi yang wajib dipelajari di dalam kehidupan nyata, penerapan konsep aritmatika sosial banyak dijumpai terutama dalam jual beli. Tetapi masih banyak siswa yang tidak memahami materi ini. Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan masalah, siswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan dan konsep yang telah dipelajari dengan masalah yang dihadapi. Berdasarkan kenyataan tersebut, dengan tidak mengurangi faktor lain dalam proses pembelajaran, perlu adanya strategi pembelajaran sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Aritmatika sosial merupakan salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran matematika di kelas VII SMP/MTs. Materi ini bukan merupakan materi yang baru lagi bagi siswa karena sudah pernah di pelajari di tingkat SD. Akan tetapi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari aritmatika sosial. Berdasarkan data hasil observasi yang dilaksnakan peneliti di sekolah MTsN Panyabungan menunjukkam bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung diam dan tidak menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan guru, dan siswa kurang aktif mennyampaikan ideidenya sehingga guru masih menjadi pusat dalam proses belajar mengajar. Pada saat siswa menyelesaikan soal-soal latihan di depan kelas banyak siswa kurang memahami soal, siswa sulit dalam menyelesaikan soal. Siswa hanya mampu menjawab soal yang sama dengan apa yang telah dicontohkan guru. Sehingga apabila di berikan soal yang berbeda, siswa tidak mampu menyelesaikannya. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mampu menafsirkan kalimat dalam soal yang cocok dengan bentuk yang ditentukan yang mengacu pada penyelesaiaan soal, yang menyebabkan rendahnya hasil belajar dalam belajar matematika. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh melalui observasi yang dilakukan di kelas VII MTsN Panyabungan dengan memberikan tes awal dengan hasil dari 25 orang siswa diperoleh 3 orang (12%) yang memenuhi KKM atau dikatakan tuntas dan 22 (88%) orang siswa tidak memnuhi KKM atau tidak tuntas. Adapun nila rata-ratanya 49,4 termasuk dalam kategori sangat rendah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

5 Tabel 1.1 Persentase Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes awal pada Materi Aritmatika Sosial kelas VII MTsN Panyabungan Tahun Ajaran 2014/2015 Persentase Peguasaan 90% - 100% 80% - 89% 65% - 79% 55% - 64% 0% - 54% Tingkat Kemampuan Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Banyak Persentase Siswa Jumlah Siswa - - 1 4% 2 8% 8 32% 14 56% 25 100% Banyak faktor yang membuat pelajaran matematika lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya di MTsN Panyabungan. Salah satunya adalah dengan melakukan upaya perbaikan pembelajaran sebagai suatu strategi untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pemahaman siswa terhadap konsep matematika dengan cara bagaimana materi itu dikemas menjadi pelajaran yang menarik dan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selain guru, faktor lain yang mempengaruhi kualitas belajar siswa adalah model atau metode yang digunakan guru. Sebagaimana diungkapkan Slameto (2010:65) bahwa metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran diatas tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini sangat sulit mempelajari matematika. Guru masih banyak yang tidak memperhatikan bagaimana mengajar yang baik, metode apa yang cocok dipilih untuk suatu materi tertentu. Banyak guru yang masih mengajarkan suatu pelajaran khusunya matematika dengan cara konvensional. Tidak ada variasi dalam model atau metode yang dibawakan sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan kurang termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 65) bahwa:

6 Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik kurikulum IKIP Surabaya (1988), Lince (2001) dalam slameto (2003) bahwa efesiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala upaya guru untuk membantu para siswa agar belajar dengan baik. Agar dapat belajar secara efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat di tingkatkan dengan cara melibatkan secara aktif dalam belajar. Karena siswa tidak terampil dalam menyelesaikan masalah yaitu soal-soal dan tidak mampu mengintegrasikan konsep-konsep matematika yang telah diberikan. Maka dari itu peneliti memilih model pembelajaran problem solving yang akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu belum pernah diadakan penelitian dengan model pembelajaran problem solving di MTsN Panyabungan. Model pembelajaran problem solving memberikan peluang kepada siswa untuk lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran matematika. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. (Ardha, 2013). Sedangkan menurut Polya dalam pirdaus (2009) yang banyak dirujuk pemerhati matematika. Polya mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Adapun keunggulan Problem solving antara lain : (1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. (2)Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. (3)Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. (4)Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu

7 siswa bagaimana menstransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata (5)Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. (6) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. (7) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. Model pembelajaran ini diharapkan dapat membantu para guru atau tenaga pendidik dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya akan berkaitan erat dengan efektif tidaknya atau tepat tidaknya model pembelajaran tersebut pada materi yang akan diajarkan. Keefektifan dan ketepatan atau kesesuaian strategi dan materi harus menjadi pertimbangan dalam pelaksanaannya. Sehingga, rendahnya hasil pembelajaran yang selalu ada di setiap penelitian mahasiswa, tidak cenderung dikarenakan penggunaan model yang diterapkan saja. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mencoba mengadakan penelitian yang diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika. Penelitian dilakukan dengan judul : Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Aritmatika Sosial di kelas VII MTsN Panyabungan T.A 2014/2015. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan aritmatika sosial. 2. Guru selalu menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah.

8 3. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit. 4. Pembelajaran problem solving dalam pokok bahasan sebagai penerapan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 5. Kurangnya pemahaman siswa dalam materi Aritmatika sosial. 6. Teknik pembelajaran yang digunakan guru belum efektif. 1.3 Batasan Masalah Karena luasnya ruang lingkup permasalahan dan agar penelitian menjadi lebih efektif, jelas dan terarah, masalah yang timbul dibatasi yaitu pembelajaran problem solving sebagai penerapan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok materi aritmatika sosial di kelas VII MTsN Panyabungan T.A 2014/2015. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi fokus permasalahan dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran problem solving pada materi Aritmetika Sosial siswa kelas VII MTsN Panyabungan T.A 2014/2015? 2. Bagaimana keefektifan pembelajaran problem solving dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTsN Panyabungan T.A 2014/2015? 3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran problem solving mada materi Aritmatika social di kelas VII MTsN Panyabungan T.A 2014/2015? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan pokok penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran problem solving pada materi Aritmetika Sosial di kelas VII MTsN Panyabungan T.A 2014/2015.

9 2. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran problem solving dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII MTsN Panyabungan T.A 2014/2015. 3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran problem solving mada materi Aritmatika sosial di kelas VII MTsN Panyabungan T.A 2014/2015 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi aritmatika social. 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran problem solving. 3. Bagi peneliti, untuk mengetahui gambaran kemampuan dan kesulitan siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran problem solving. 4. Bagi sekolah, sebagai suatu alternatif pengajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran problem solving. 5. Bagi para ahli, sebagai referensi pembelajaran yang lebih kompleks mengenai pendekatan belajar mengajar di kelas dan sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian penelitian yang menggunakan pembelajaran problem solving.