PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOAFEKTIF DI RSJD SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

SKRIPSI SULASTRI J

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan gangguan pada fungsi kejiwaan,yang berakibat. terganggunya hubungan sosial ( Townsend, 2008). Gangguan jiwa dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

FIRMAN FARADISI J

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

Transkripsi:

PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOAFEKTIF DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun Oleh: YENI NUR RAHMAYANTI J 210.060.060 Oleh : YENI NUR RAHMAYANTI J 210 060 060 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain membawa pengaruh tersendiri bagi perkembangan manusia itu sendiri. Kehidupan yang semakin sulit dan komplek serta semakin bertambah stresor psikososial akibat budaya masyarakat yang semakin modern, menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka alami (Saseno, 2001). Manusia adalah makhluk yang kompleks karena manusia merupakan makhluk somato-psiko-sosial dan spiritual (Soewadi, 2002), dimana ketiga faktor tersebut akan berinteraksi secara holistik dan antara faktor yang satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi. Saat keadaan normal, ketiga faktor tersebut dalam keadaan seimbang, tetapi dalam keadaan tidak normal, ketiga faktor tersebut ada yang mengalami gangguan sehingga untuk menetapkan gangguan jiwa ketiga unsur tersebut harus diperhatikan. Menurut data World Health Organisasi (WHO) dalam Yosep (2007), masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyatakan, paling tidak, ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. 1

2 Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO Wilayah Asia Tenggara, hampir satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neoropsikiatri. Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Depkes) mengatakan, angka itu menunjukan penderita gangguan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia. Berdasarkan data stratistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar 1 juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya (Yosep, 2007). Prevelensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 sampai 1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 15 sampai 45 tahun, namun ada juga yang berusia 11 sampai 12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan 2 juta jiwa menderita skizofrenia (Widodo, 2006). Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2007). Gejala skizofrenia dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu primer dan sekunder.

3 Pada masyarakat umum terdapat 0,2-0,8% penderita skizofrenia (Maramis, 2004). Dengan jumlah yang lebih dari 200 juta jiwa, maka jumlah yang mengalami skizofrenia sebanyak 400 ribu sampai 1,6 juta jiwa. Angka yang besar ini menjadi tantangan departemen kesehatan dalam menangani masalah ini. Angka kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta menjadi jumlah kasus terbanyak dengan jumlah 1.893 pasien dari 2.605 pasien yang tercatat dari jumlah seluruh pasien pada tahun 2004. Itu berarti 72,7% dari jumlah kasus yang ada. Skizofrenia hebefrenik 471, paranoid 648, tak khas 317, akut 231, katatonik 95, residual 116, dalam remisi 15. Angka kejadian skizofrenia pada tahun 2008 di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta tercatat dengan jumlah 1815 pasien (Rekam Medik RSJD, 2009). Penderita gangguan jiwa dirawat di RSJD Surakarta mengalami peningkatan dalam kurung waktu 3 tahun terakhir. Pada tahun 2002 sebanyak 2.420 pasien dengan prosentase hunian (BOR) 74%, tahun 2003 sebanyak 2.560 pasien dengan prosentase hunian 84,40%. Pada tahun 2004 sebanyak 2.605 pasien dengan prosentase 75,6% (Rekam Medik RSJD, 2005). Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya gangguan. Tujuan dari teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis, secara kognitif, dan secara behavioral. Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai

4 dengan penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi nafas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada extermitas (Townsend, 1999). Manifestasi kognitif pada tekanan releks adalah perubahan status kesadaran dari beta, dimana kondisi mental berada dalam keadaan siaga penuh menjadi alfa, yang menunjukkan status kesadaran, kemampuan menganalisa, konsentrasi, kreativitas, dan proses mengingat telah meningkat (Townsend, 1999). Black dan Matassarin (1997) menyatakan bahwa relaksasi merupakan teknik yang berhubungan dengan tingkah laku/ tindakan manusia yang terdiri atas meditasi autogenik training, latihan relaksasi progresif, guided imagery, pernafasan ritmik/ teratur, operan conditioning dan biofeedback. Macammacamnya antara lain teknik relaksasi termasuk dalam metode kognitif, behavioral yang terdiri dari guided imagery, musik dan pernafasan. Teknik relaksasi progresif misalnya dapat digunakan untuk pelaksanaan masalah fisik psikis, termasuk di dalamnya nyeri pada pasca operasi. Guided imagery dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan menfasilitasi tidur (Black and Matassarin, 1998). Guided imagery adalah proses yang menggunakan kekuatan pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara kesehatan/ relaksasi melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indera (visual, sentuhan, pedoman, penglihatan dan pendengaran). Teknik guided imagery

5 digunakan untuk mengelola stress dan koping dengan cara berkhayal atau membayangkan sesuatu. Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang (Smeltazer and Bare, 2002). Teknik ini sangat bermanfaat untuk mengurangi stess dan kecemasan. Kecemasan adalah suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan dan Sadock, 1997). Kecemasan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya patofisiologis dan situasional (Carpenito, 2000). Kecemasan diidentifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Stuart dan Laraia, 1998). Setiap individu mempunyai tingkat kecemasan berbeda hal ini ditandai dengan perbedaan integritas dan tingkatan keadaan yang ada. Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Jika mempengaruhi psikis maka akan menyebabkan gangguan jiwa. Bentuk dari gangguan jiwa tersebut yaitu skizofrenia. Berdasarkan uraian diatas tingkat kecemasan dapat di lakukan dengan pelaksanaan guided imagery. Hal ini digunakan penulis sebagai bahan dalam studi penelitian tentang Pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif di RSJD surakarta.

6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Apakah ada pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif di RSJD Surakarta. C. Tujuan Peneliti 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif di RSJD Surakarta 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif di RSJD Surakarta. b. Mendapatkan gambaran pengaruh guided imagery pada pasien skizoafektif di RSJD Surakarta. c. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien skizoafektif setelah dilakukan pemberian guided imagery di RSJD surakarta. d. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif antara kelompok perlakuan dan kontrol setelah diberikan post test di RSJD Surakarta. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi : 1. Instansi RSJD Surakarta adalah : a. Sebagai bahan masukan dalam standar penggunaan guided imagery, mengurangi tingkat kecemasan terhadap pasien Skizoafektif.

7 b. Sebagai bahan pengajuan standar operasional prosedur ke pemimpin Rumah Sakit yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan Rumah Sakit. 2. Institusi Pendidikan Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan serta program pendidikan dan pengembangannya. 3. Perawat Sebagai informasi dan masukan dalam peningkatan dan pedoman untuk melaksanakan tindakan keperawatan. 4. Peneliti Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada pasien. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul yang sama yaitu Pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizoafektif di RSJD Surakarta, belum pernah dilakukan. Adapun Penelitian yang berkaitan yaitu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Amrida Sumaryanti (2000) tentang Pengaruh Teknik Guided Imagery Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pra Bedah Apendiktomi di Ruang Perawatan RS Abdul Moeloel Lampung 2000 dengan hasil bahwa kecemasan yang

8 dialami klien dapat berkurang dengan dilakukan latihan teknik Guided Imagery. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Dyna (2004) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Teknik Relaksasi Oleh Perawat Pada Pasien Nyeri di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro. Metode yang digunakan yakni penelitian non eksperimental yaitu dengan metode deskriptif yang menggunakan pendekatan cross-sectional dihubungkan dengan cara pengambilan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan atau menembak satu kali terhadap satu khasus (one-shot method). Dengan hasil penelitian hasil korelasi faktor-faktor dengan pelaksanan teknik relaksasi oleh perawat pada pasien dengan nyeri yaitu tingkat pengetahuan dengan signifikasi (p) 0,038; motif dengan p = 0,863; sikap dengan p = 0,005; kelompok dengan p = 0,298; kebijakan dengan p = 0,335; gaji dengan p = 0,009; waktu kerja dengan p = 0,252; supervise dengan p = 0,537; dan fasilitas dengan p = 0,013. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuniarti (2003) tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri Pada Klien Dengan Post Operatif Apendiktomi di Ruang Perawatan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2003. Jenis penelitian yang digunakan adalah Non-Equivalent Control Group. Berdasarkan uji statisti Wilcoxon Signed Rank Test menggunakan aplikasi SPSS for Window versi 10,0 dengan α = 0,05 didapat p= 0,000 terlihat nilai p < α, yang berarti teknik

9 relaksasi nafas dalam berpengaruh terhadap tingkat nyeri pada klien post operatif apendiktomi. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Saseno (2001) tentang Teknik Relaksasi Dapat Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Di Akademi Perawat Departemen Kesehatan Magelang. Rencana penelitian eksperimental randomized control group pretest-posttest design, subjek penelitian 79 orang, alat ukur skala kecemasan T-MAS. Hasilnya sebelum pra uji tidak ada perbedaan setelah di uji menunjukkan perbedaan yang signifikan antara dua kelompok. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah dalam hal subjek penelitian, variable penelitian, unit analisa data, fenomena, waktu dan tempat penelitian. Penelitian yang dilakuan Eddy dan Mellalieu (2003). Peneliti menggunakan atlet dalam menurunkan nyeri menggunakan terapi guided imagery. Tujuan pemakaian guided imagery adalah untuk meningkatkan motivasi dan kinerja otot yang menurun sebagai akibat adanya nyeri selama olah raga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan teknik guided imagery, para atlit lebih termotivasi untuk lebih dapat berprestasi, selain itu dengan adannya guided imagery dapat menurunkan cidera otot dengan tidak menggunakan ketergantungan obat penghilang nyeri otot.