BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN SERTA MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

I. PENDAHULUAN. perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena aktor-aktor utama pelaku korupsi tersebut kebanyakan aparat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. korupsi telah membuat noda hitam di lembaran sejarah bangsa kita. Bagaimana

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaat), tidak

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini korupsi sudah menjadi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penjelasan Pasal 31 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang semakin canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. waktu pembangunan dewasa ini. Korupsi di Indonesia sudah merupakan wabah

BAB I PENDAHULUAN. sorotan. Media massa terutama surat kabar hampir tiap hari menampilkan kasuskasus

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Political Economic and Risk Consultancy (PERSC), Transparency

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

I. PENDAHULUAN. Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi)

URGENSI PENERAPAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA MENANGGULANGI TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

SALAH PERSEPSI SOAL KORUPSI

ETIK UMB PENGERTIAN KORUPSI PRINSIP ANTI-KORUPSI. Norita ST., MT. Modul ke: Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Industri

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kepada Bishop Mabadell Creighton menulis sebuah ungkapan yang. menghubungkan antara korupsi dengan kekuasaan, yakni: power tends

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. negara dari segala ketidaknyamanan warga negaranya. Pembangunan Nasional

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengendapan Anggaran WAHYUDI KUMOROTOMO

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Satu Dasawarsa Pemberantasan Korupsi Pendidikan, Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Jakarta, 29 Agustus 2013

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada

SECARA HARFIAH BERARTI KEBUSUKAN, KEBURUKAN, KEBEJATAN, KETIDAK JUJURAN, DAPAT DISUAP, TIDAK BERMORAL, PENYIMPANGAN DARI KESUCIAN.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan yang muncul sejak berdirinya

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. demokratis yang menjujung tinggi hak asasi manusia seutuhnya, hukum dan

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. pengambil keputusan dalam pemerintahan di era reformasi ini. Pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesa Tahun 1945 (UUD. yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi disamping sudah diakui sebagai masalah nasional juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah terjadi secara meluas, dan dianggap pula telah menjadi suatu penyakit yang parah tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, menggerogoti demokrasi, merusak aturan hukum, dan memundurkan pembangunan, serta memudarkan masa depan bangsa. Dalam hubungan itu, korupsi tidak hanya mengandung pengertian penyalahgunaan kekuasaan ataupun kewenangan yang mengakibatkan kerugian dan aset negara, tetapi juga setiap kebijakan dan tindakan yang menimbulkan depresisasi nilai publik, baik tidak sengaja ataupun terpaksa. Korupsi bukanlah suatu bentuk kejahatan baru dan bukan pula suatu kejahatan yang hanya berkembang di Indonesia. Korupsi merupakan perbuatan anti sosial yang dikenal di berbagai belahan dunia. Menurut Mochtar Lubis (1985 : 16), korupsi akan selalu ada dalam budaya masyarakat yang tidak memisahkan secara tajam antara hak milik pribadi dan hak milik umum. Korupsi merupakan permasalahan klasik yang menjadi momok mengerikan dan sulit untuk diselesaikan di berbagai negara, khususnya Indonesia. Berdasarkan sumber Transparency International tahun 2013, Indonesia menempati urutan ke 64 dari 177 negara terkorup di dunia. Hal ini dapat dilihat 1

2 dari nilai indeks persepsi korupsi. Indeks persepsi korupsi adalah skala dari 0 sampai 100, dengan 0 mengindikasikan level korup yang tinggi dan 100 untuk level yang rendah. Untuk Indonesia sendiri memiliki indeks sebesar 32. Berdasarkan data tersebut tentu saja hal itu bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan bagi negara Indonesia. Korupsi menjadi satu hal polemik seperti menjadi darah daging atau budaya masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh masyarakat, aparat pemerintah maupun penegak hukum di berbagai sektor-sektor penting di Indonesia. (International, Transparency, Corruption Perception Index 2013, http:// www.ti.or.id/index. php/ publication/2013/12/03/corruption-perception index-2013, diakses pada tanggal 15 Maret 2017). Sektor-sektor penting tersebut seperti di bidang dalam pemerintahan birokrasi, swasta, hukum, politik dan berbagai bidang yang memungkinkan terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi saat ini seperti penyakit tumor yang ganas yang telah menggerogoti tubuh manusia, sehingga korupsi menjadi ancaman eksistensi dari negara Indonesia. Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang memiliki porsi anggaran yang cukup besar dari APBN dan APBD yaitu 20% sebagai amanat dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga pendidikan menjadi salah satu bidang yang rawan dalam tindakan korupsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan telah terjadi korupsi yang sistematik dan sistemik. Walaupun korupsi dari tiap-tiap oknum kecil, tetapi jika diakumulasi maka akan menjadi nilai yang sangat besar yang merugikan negara. Kerugian korupsi dalam bidang pendidikan bukan hanya tentang nominal

3 anggaran yang dikorup tetapi berdampak langsung terhadap peserta didik karena dapat menyebabkan menurunnya kualitas pendidikan. Persoalan pemberantasan korupsi di Indonesia bukan hanya merupakan persoalan dan penegakan hukum semata, tetapi juga merupakan persoalan sosial dan psikologi sosial yang sma-sama sangat parahnya dengan persoalan-persoalan hukum, sehingga masalah tersebut harus dibenahi secara simultan. Alasan mengapa korupsi dianggap merupakan persoalan sosial karena korupsi telah mengakibatkan hilangnya pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Korpsi pun harus dianggap sebagai persoalan psikologi sosial, karena korupsi merupakan penyakit sosial yang sangat sulit untuk disembuhkan. Dalam masalah kejahatan jabatan ini, pegawai negeri atau pejabat atau seseorang yang mempunyai kualitas sebagai pegawai negeri atau pejabat merupakan unsur yang sangat penting karena merupakan pelaku atau membuat atau subyek dari kejahatan yang dimaksud. Dari perspektif yuridis, konsepsi korupsi dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yakni dalam 13 pasal dalam Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Menurut Nitibaskara ( dalam http://www.kompas.com/kompascetak/0301/27/opini/96184.htm, 20 Maret 2017) bahwa strategi penghukuman yang keras sangat diperlukan, karena korupsi bukan merupakan penyimpangan perilaku (deviant behavior). Korupsi adalah tindakan yang direncanakan penuh perhitungan untung rugi (beneit-cost ratio) oleh pelanggar hukum yang memiliki status terhormat. Mereka tidak saja pandai menghindar dari jeratan hukum dengan

4 jalan memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem hukum itu sendiri. Pengerahan segenap kemampuan dan kewenangan diperhitungkan secermat mungkin, sehingga orang lain hanya bisa merasakan aroma korupsi, namun tidak berdaya bila harus membuktikan hal tersebut. Saat ini telah banyak tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan atau pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dilakukan oleh pejabat negara dan pemerintahan. Mengingat penyelenggaraan atau pengelolaan dana BOS selalu menyangkut kepentingan umum, dimana dana yang digunakan berasal dari rakyat yang seharusnya dipertanggungjawabkan secara benar dan harus secara khusus. Penyelenggaraan atau pengelolaan dana BOS diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasinal Sekolah. Adapun manfaat dari penyelenggaraan dana BOS yaitu membantu peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang bebas biaya dan bermutu, sehingga membantu pelaksanaan program pemerintah Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) Sembilan tahun. Namun program yang sangat baik untuk kemajuan pendidikan di Indonesia ini banyak disalahgunakan oleh pejabat pemerintahan atau pegawai negeri untuk memperkaya diri dengan menyalahgunakan kewenangan dalam jabatan yang ia duduki. Berdasarkan pantauan ICW, sejak tahun 2005-2016 terdapat sekitar 425 kasus korupsi dalam sektor pendidikan dengan kerugian negara mencapai Rp1,3 triliun dan nilai suap mencapai Rp55 miliar. Dari data ini terungkap bahwa objek yang paling banyak dikorupsi ialah DAK. Sekitar 85 kasus korupsi pada sektor

5 pendidikan berasal dari penyelewengan pengelolaan DAK dengan kerugian mencapai Rp377 miliar (Panji, Sasongko Joko, Penyimpangan Dana BOS Terjadi Karena Pelanggaran Regulasi, http:// www. Cnnindonesia.com/ nasional/ 20160521103521-20-132385/penyimpangan-dana-bos-terjadi-karena-pelanggaran - regulasi/, diakses pada tanggal 08 Mei 2017). Selama tahun 2006 2015, ICW mencatat ada 425 kasus korupsi di sektor pendidikan dengan melibatkan 618 pelaku di seluruh Indonesia. Para pelaku telah diproses oleh kejaksaan, kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan sebagian di antaranya telah diadili di pengadilan tindak pidana korupsi (Corruption Watch, Indonesia, Mencegah Korupsi Anggaran Penidikan, http://www.antikorupsi.org/id/content/mencegah-korupsi-anggaran-pendidikan, diakses pada tanggal 08 Mei 2017). Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyadari pentingnya permasalahan tindak pidana korupsi untuk dibahas seperti yang terjadi pada kasus tindak pidana korupsi penyalahgunaan jabatan yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatannya yaitu sebagai Kepala Sekolah di SD Negeri 178223 Nadeak Bariba Kab.Samosir, dimana Kepala Sekolah tersebut menyalahgunakan wewenang dan jabatannya dalam mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Maka dari itu penulis tertarik untuk menganalisis Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 44/Pid.Sus.K/2012/PN.Mdn terhadap Pasal 3 Undang- Undang No.31 Tahun 2001. Maka penelitian ini mengangkat judul TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PENYELENGGARAAN DAN

6 PENGELOLAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) di SDN 178223 NADEAK BARIBA Kab.SAMOSIR (STUDI PUTUSAN NOMOR 44 / Pid. Sus. K / 2012 / PN. Mdn) B. Identifikasi Masalah Melihat kinerja dari peradilan pada saat ini memang masih jauh dari apa yang diharapkan, tetapi hal ini tidak menimbulkan anggapan bahwa peradilan dalam kinerja dan fungsi-fungsi dari aparat penegak hukum tidak mampu memecahkan masalah ini. Peradilan sebagai suatu badan yang mempunyai tugas dan penegak hukum diharapkan mampu berperan dan bekerja dengan cepat dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, karena suatu lembaga peradilan dibentuk untuk menghadapi masalah kejahatan yang walaupun pada saat ini masih menghadapi krisis kepercayaan dari rakyat Indonesia sendiri yang pada saat sekarang mempunyai suatu badan peradilan yang terdiri dari beberapa tingkatan berdasarkan kopetensi absolute. Wewenang dari peradilan telah diatur secara rinci menurut tingkatantingkatan pemeriksaan, dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, peradilan juga mempunyai kelebihan-kelebihan dalam hal acara di pengadilan dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Undang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juga mengatur kewenangan dan peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Terkait dalam masalah ini, dalam penelitian ini terdapat permasalahan yang akan dibahas sebagai yaitu : 1. Penyalahgunaan Jabatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah 2. Manipulasi data Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

7 3. Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan hukuman pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi dana Bantuan Operasionl Sekolah (BOS) C. Batasan Masalah Salah satu hal yang penting dalam suatu penelitian adalah perlunya dibatasi permasalahan yang diteliti. Pembatasan masalah dalam suatu penelitian adalah sangat penting agar diperoleh analisa yang luas dan kesimpulan yang tepat. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2008:18) yakni: dalam penelitian harus dijalankan batas masalah yang akan diteliti sehingga penelitian ini dapat memulai suatu penelitian dan mengerti arah dan perginya suatu penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan hukuman pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi dana Bantuan Operasionl Sekolah (BOS). D. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan bagian yang sangat penting dan merupakan rumusan formal yang operasional dari masalah yang akan diteliti. Hal ini disesuaikan dengan pendapat Arikunto (2009:19) yaitu : agar penelitian dapat dicapai dengan sebaik-baiknya, peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus perginya dan dengan apa. Dari penjelasan diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap kasus perkara Nomor : 44/Pid.Sus.K/2012/PN.Mdn, tentang tindak pidana korupsi di SDN 178223 Nadeak Bariba Kab.Samosir?

8 E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan langkah utama agar dapat menentukan kearah mana sasaran yang dicapai dalam suatu penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2003:191) bahwa : yang dimaksud tujuan penelitian adalah berkenaan dengan maksud peneliti melakukan penelitian terkait dengan perumusan masalah dan judul. Maka tujuan dari penelitian ini secara garis besar yaitu untuk lebih meningkatkan kepedulian masyarakat terutama mahasiswa jurusan PPKn terhadap korupsi yang merupakan suatu penyakit yang harus dicegah dan diberantas karena sudah menjalar kemana-mana. Hal ini diuraikan lebih mendalam mengenai tujuan dari penelitian ini seperti : 1. Untuk mengetahui secara teoritis mengenai tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan atau pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 2. Mengetahui penerapan sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan atau pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan bermanfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Dibuatnya proposal ini diharapkan dapat mengisi kekosongan bahan kepustakaan di bidang hukum pidana khususnya mengenai penyalahgunaan jabatan dalam tindak pidana korupsi yang dirasakan masih kurang, juga sebagai

9 suatu sumbangan pengetahuan kepada kaum-kaum akademik yang membutuhkan pengetahuan mengenai permasalahan ini. 2. Manfaat Praktis Dibuatnya proposal ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah tindak pidana korupsi, dan diharapkan dapat menanggulangi dan mencegah para pejabat dalam menggunakan jabatannya untuk melakukan tindak pidana korupsi.