BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2003). Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17-18 tahun (Fuad, 2003). Hasil penelitian pada 1038 remaja berumur 13-17 tahun tentang hubungan seksual menunjukkan 16% remaja menyatakan setuju dengan hubungan seksual, 43% menyatakan tidak setuju dengan hubungan seksual dan 41% menyatakan boleh-boleh saja melakukan hubungan seksual (Planned Parenthood Federation of America Inc, 2004). Data Depkes RI (2006), menunjukkan jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia sekitar 43 juta (19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar satu juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa mereka 1
pernah melakukan hubungan seksual. Penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa 5-10% wanita dan 18-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka 3-5 kali (Suryoputro, et al. 2002). Dampak seks pranikah pada remaja yang paling menonjol adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi. Di Amerika 75% gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011, yang mencatat perilaku seksual di 27 dari 32 negara-negara Afrika sub-sahara, di Banglaesh, India, Nepal dan Yaman di dalam semua 10 Amerika Latin dan negaranegara karibia, Diketahui sebanyak 40-80% perempuan telah aktif dalam seksualitas pada usia 18 tahun, begitu juga di Uganda, sebanyak 4% dari anak laki-laki berusia 10 tahun yang menyatakan mereka sudah melakukan hubungan seksual, 10% pada usia 12 tahun, 22% pada usia 14 tahun dan lebih dari 70% pada usia 18 tahun. Di Indonesia setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi dimana 20 persennya dilakukan remaja. Seks bebas dan kehamilan dikalangan remaja merupakan salah satu contoh realita perilaku remaja di bidang seksual. Hal ini ditambah dengan terbatasnya pengetahuan mereka tentang sistem reproduksi, seringkali menyebabkan perbuatan
coba-coba karena ingin tahu perbuatan mereka membuahkan kehamilan yang tidak direncanakan (Tanjung, 2001). Menurut Green (2003), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Hasil penelitian Seotjiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja di antaranya adalah faktor keluarga dan masyarakat. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang tua remaja, mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian yang dilakukan Soetjiningsih (2006) menunjukkan, makin baik hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin rendah perilaku seksual pranikah remaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi adalah hubungan antara orang tua dengan remaja, tekanan teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi. Kelompok teman sebaya memberikan sebuah dunia, tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-
nilai yang diletakan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman-teman seusianya (Hurlock,1996). Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarga remaja itu sendiri termasuk keluarganya. Dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual selama masapubertas dan 20% dari remaja mempunyai empat atau lebih pasangan. Ada sekitar 53% perempuan berumur antara 15-19 tahun melakukan hubungan seksual pada masa remaja, sedangkan jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual sebanyak dua kali lipat dari pada perempuan. Laporan ini disampaikan oleh National Surveys of Family Growth pada tahun 1988. Dengan semakin banyak akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual pada remaja yang pada umumnya berganti-ganti pasangan yang akan menimbulkan PMS (Penyakit Menular Sexsual) HIV/AIDS dan kehamilan yang tidak diinginkan yang mengakibatkan tindakan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan ini yang akan dialami remaja wanita (Kumalasari, dkk, 2012). Dari responden komponen KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) SDKI 2012 juga ditanyakan tentang pengalaman seksual mereka. Yang dipresentasikan wanita dan pria belum kawin berumur 15-24 tahun yang pernah melakukan hubungan seksual, menurut karateristik latar belakang. Secara umum, hanya 1% dari responden wanita yang dilaporkan pernah melakukan hubungan seksual. Pria yang pernah melakukan hubungan seksual hubungan seksual lebih tinggi daripada wanita 8%.
Terlihat sedikit perbedaan dalam pengalaman seksual diantara wanita menurut umur. Responden pria yang lebih tua cenderung lebih memiliki pengalaman seksual dibanding pria lainnya 15 berbanding dengan 5%. Pria dengan tingkat pendidikan SMTA atau lebih tinggi cenderung pernah melakukan hubungan seksual dibandingkan dengan pria yang tingkat pendidikannya lebih rendah (SDKI, 2012). Berdasarkan hasil survei dari ( BBKBN, 2011) yang menyatakan separuh dari wanita yang belum menikah di kota-kota besar khususnya Jabodetabek kehilangan keperawanan dan melakukan hubungan seks pranikah. Tak sedikit pula yang hamil di luar nikah, rentan usia yang melakukan seks pranikah berkisar antara 13-18 tahun. Di wilayah lain seperti Surabaya mencapai 54%, Bandung 47% dan Medan 52%. Data ini dikumpulkan BKKBN sepanjang kurun waktu tahun 2010. Seks bebas dikalangan remaja merupakan ancaman serius yang dapat merusak masa depan remaja itu sendiri dan masa depan bangsa. Konseling bagi remaja mengenai pendidikan seks yang paling mungkin dilakukan. Agar siswa mengenali dan meminimalkan seks bebas, dikarenakan selama ini pendidikan seks dianggap tabu, karena asumsi yang beredar dikalangan publik adalah bahwa pendidikan seks sama dengan sosialisasi aktivitas seks dan identitas seks. Jika remaja mengetahui pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi remaja dan dampak negatif dari seks pranikah maka remaja tidak akan berani untuk mencoba melakukan seks bebas. Di Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan data BkkbN (2012), bahwa dari 552 remaja yang ada di Sumatera Utara, diketahui sebanyak 86,3% remaja yang berpegangan tangan ketika berpacaran, 32,2% remaja yang melakukan cium bibir, dan sebanyak 8,2% remaja yang melakukan
rabaan/rangsangan. Sebanyak 4.9% laki-laki dan 1,5% perempuan telah melakukan hubungan seksual pada saat berpacaran. Hal ini diperjelas dari penelitian BkkbN (2010), pada remaja di kota Medan yang telah melakukan hubungan seks pranikah sebesar 52%. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penelitian di lokasi wisata pemandian alam Tj Selamat di peroleh bahwa banyak remaja yang berkunjung melakukan perilaku seks pranikah remaja yang datang kelokasi pemandian alam diperhitungkan tiap hari ± 75 orang dan mereka rata- rata membawa pasangan masing-masing. Dan berdasarkan hasil wawancara kepada remaja sebanyak 5 orang di peroleh bahwa 3 orang (60%) telah melakukan seks pranikah dan 2 orang ( 40%) tidak melakukan seks pranikah. Remaja yang berkunjung ke lokasi wisata pemandian alam Tj Selamat melakukan perilaku seks pranikah terkait dengan faktor lingkungan, keluarga dan peer group. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas maka akan dilakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh lingkungan, keluarga dan peer group terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di lokasi wisata pemandian Tj Selamat, Kabupaten Deli Serdang 2015.
1.3. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh lingkungan, keluarga dan peer group terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di lokasi wisata pemandian alam Tj Selamat Kabupaten Deli Serdang. 1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi para keluarga/orang tua remaja dan pihak sekolah serta bekerja sama dengan BKKBN dan melaksanakan program di sekolah seperti GENRE dan BKKBN CERIA untuk sosialisasi/advokasi tentang kesehatan reproduksi remaja dan dampak negatif tentang perilaku seks pranikah di kalangan remaja. 2. Diharapkan tokoh masyarakat dan alim ulama setempat berperan dalam membuat upaya mencegah atau mengawasi lokasi wisata dan membuat peratutan pemerintah agar tidak terjadi angka perilaku seksual pranikah terhadap remaja yang berdapat negatif bagi remaja itu sendiri. 3. Bagi remaja itu sendiri, diberikan bimbingan rohani/ekstra kurikuler untuk mengurangi waktu atau peluang remaja dalam tindakan perilaku seksual pranikah pada remaja. Agar remaja lebih mengerti tentang Kespro remaja itu sendiri agar remaja tidak berprilaku yang dapat merusak dirinya.