PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU Irene Zebue SMP Negri 5 Gunungsitoli, kota Gunungsitoli Abstract: This study aims to determine the application of inquiry learning methods in the learning process at SMP Negeri 5 Gunungsitoli academic year 2016/2017 on the subject matter of cooperation between countries in the field of economy using inquiry method. The results of the research as follows: (1) In the first cycle of the observation of the implementation of learning process for teacher respondents through the application of inquiry methods reached an average of 67.08% are at sufficient intervals, whereas in cycle II the results of observation of the implementation of learning process for teacher respondents through the method of inquiry reached an average of 82.94% was at a good interval. Observation result of student activity during learning process in cycle I average is 48,84% is enough and in cycle II average equal to 76,92% pertained good; (2) In the first cycle of student learning outcomes of 65.27% is quite enough, whereas in the second cycle the average of student learning outcomes is 79.79% is good; (3) Percentage mastery of students 'learning outcomes in cycle I of 41.67% while the percentage of mastery of students' learning outcomes in cycle II is 86.11%. Keyword: inquiry Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 5 Gunungsitoli T.P 2016/2017 pada materi pokok kerjasama antar negara dalam bidang ekonomi dengan menggunakan metode inkuiri. Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Pada siklus I hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran untuk responden guru melalui penerapan metode inkuiri mencapai rata-rata 67,08% berada pada interval yang cukup, sedangkan pada siklus yang II hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran untuk responden guru melalui metode inkuiri mencapai rata-rata 82,94% berada pada interval yang baik. Hasil observasi aktifitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus I rata-rata sebesar 48,84% tergolong cukup dan pada siklus II rata-rata sebesar 76,92% tergolong baik; (2) Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 65,27% tergolong cukup, sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa 79,79% tergolong baik; (3) Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 41,67% sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 86,11%. Kata kunci: inkuiri 383
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia dan pelaksanaan berada dalam proses yang berkesinambungan dengan system pendidikan yang integral. Untuk merealisasikan hal ini di sekolah, pemerintah telah menetapkan kompetensi lulusan melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan demikian tugas dan tanggugjawab guru tidaklah semakin mudah sebagai pengelola pembelajaran dalam menjabarkan kopetensi siswa melalui pembelajaran nyata dikelas. Peranan guru sangat strategis karena merupakan ujung tombak program pendidikan, dan kualitas kinerja guru sangat berpengaruh terhadap proses pembelajarn. Namun, pada kenyataannya di sekolah guru masih belum mampu mengelola pembelajaran secara efektif. Kurangnya pengetahuan guru dalam penerapan model pembelajaran dapat menjadikan pemebelajaran tidak mencapainya tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan kemampuan dan pengetahuan guru dalam penerapannya. Penerapan model pembelajaran yang tepat dalam mempercepat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini akan menjadikan proses pembelajaran lebih baik dalam memberikan kemudahan belajar bagi siswa. Dengan demikian, rendahnya hasil belajar siswa sangat bergantung pada proses pembelajaran yang dialaminya. Pada umumnya, disekolah proses pembalajar dan masih belum optimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi peneliti, baik melalui pengamatan langsung pada saat kegiatan pembelajaran maupun wawancara kepada guru dan siswa disekolah SMP Negeri 5 Gunungsitoli, diketahui bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh guru cenderung dengan ceramah sehingga kurangnya minat atau partisipasi, siswa hanya mendengarkan sajian materi dari guru. Dengan demikian, keadaan tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPS belum optimal sesuai dengan KTSP yang menuntut adanya keterlibatan siswa mengalami dan membangun sendiri pengetahuan melalui proses pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator, menciptakan kemudahan belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti kepada siswa dan guru SMP Negeri 5 Gunungsitoli, bahwa siswa sulit dalam belajaar IPS terpadu, dimana dalam kegiatan pembelajaran siswa kurang terlibat aktif, berpartisipasi dan berinteraksi. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan kurang terfokus pada mata pembelajaran IPS terpadu. Dengan demikian, siswa belum memahami pentingnya belajar IPS dalam kehidupan sehari-hari sehingga berbagai faktor tersebut berdampak pada hasil belajar dan kompetensi belajar siswa yang masih kategori kurang. Dengan kelemahan-kelemahan tersebut diatas perlu adanya suatu tindakan berkaitan dengan metode pembelajaran sehingga permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Salah satu metode pembelajaran alternatif yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan metode inkuiri. Menurut Sanjaya (2006) bahwa Metode pembelajaran inkuiri menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan 384
menemukan, artinya pendekatan pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Proses pembelajaran inkuiri biasanya dilakukan melalui proses tanyajawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama untuk melaksanakan metode pembelajaran inkuiri. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan, maka metode inkuiri adalah metode yang member kesempatan kepada siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa untuk berkreatifitas serta berpikir kritis dalam menemukan suatu pengetahuan yang mampu menggunakan pengetahuan tersebut untuk memecahkan suatu permasalahan yang diahadapi. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran, yaitu; (a) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya; (b) Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pelajarannya; (c) Melatih siswa dalam menggali dan memanfaatkan ling-kungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya; (d) Memberi pengalaman belajar seumur hidup; (e) Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya; (f) Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya; (g) Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya; dan (h) memberi pengalaman belajar seumur hidup. METODE Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 5 Gunungsitoli. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IX-A semester 2 SMP Negeri 5 Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 36 orang, terdiri dari 15 laki-laki, dan 21 orang perempuan. Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan instrumen lembar observasi, dokumentasi, dan tes hasil belajar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, bentuk instrumen berupa lembaran observasi tentang penerapan metode pembelajaran inkuiri dan kuantitatif tentang hasil belajar siswa setiap pertemuan. Setelah data terjaring, maka data di analisis dengan mengkaji setiap informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan setiap siklus dan interpretasi pada setiap siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap pertemuan dari pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 hasilnya antara lain : 1. Hasil pengamatan pada pertemuan pertama: a. Hasil pengamatan untuk guru selama proses pengajaran berlangsung pada pertemuan pertama berada pada interval lemah dan cukup. Hal ini terbukti dari hasil pengolahan persentase hasil pengamatan yaitu 57,67% b. Hasil pengamatan untuk siswa pada siklus pertama pertemuan pertama sebesar 43,98% 385
2. Hasil pengamatan pada pertemuan kedua: a. Hasil pengamatan untuk guru selama proses pengajaran berlangsung pada pertemuan kedua berada pada interval cukup dan lemah. Hal ini terbukti dari hasil pengolahan persentase hasil pengamatan yaitu 76,47% b. Hasil pengamatan untuk siswa pada siklus pertama perte-muan kedua sebesar 53,70% Setelah berakhirnya pelaksanaan pembelajaran dari pertemuan 1 sampai pertemuan ke-2 maka peneliti mengadakan evaluasi kepada siswa dengan memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Dari evaluasi tes hasil belajar yang dilaksanakan terlihat ratarata nilai siswa yaitu 65,27. Hal ini belum mencapai target yang telah ditentukan 75%. Maka dengan demikian peneliti meneruskan penelitian pada siklus ke dua. Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi tes hasil belajar pada siklus I yang diperoleh. Berdasarkan data dari hasil pengolahan lembar observasi siswa diketahui pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I (pertemuan ke-1 dan ke-2 mencapai rata-rata 48,84%. Data dari hasil pengolahan lembar observasi peneliti/ guru diketahui pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I (pertemuan ke-1 dan ke-2) mencapai rata-rata 67,08%. Dari tes hasil belajar terlihat rata-rata nilai siswa yaitu 65,27% masih tergolong Cukup dan apabila dilihat dari kriteria persentase ketuntasan yaitu 41,67%. Hal ini mendasari peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II. Dari pengolahan lembar observasi, pelaksanaan proses pembelajaran sudah terlaksana sesuai dengan yang sudah direncanakan, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Hasil belajar siswa juga masih belum sesuai dengan harapan dan target yang direncanakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu sebagai berikut: a. Langkah-langkah model pembelajaran belum terlaksana dengan maksimal pada proses pembelajaran. b. Peneliti kurang memberikan motivasi kepada siswa pada proses pembelajaran. c. Peneliti kurang intensif membimbing setiap siswa yang mengalami kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung. d. Masih terdapat siswa yang kurang aktif mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. e. Guru kurang menguasai materi yang disajikan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian belum terselesaikan dengan baik sehingga perlu dilanjutkan pada proses pembelajaran siklus II. Untuk mengatasi beberapa kelemahan dan kekurangan yang diperoleh dari refleksi I, maka ada beberapa upaya perbaikan antara lain : a. Melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya sesuai dengan langkah-langkah pada Penerapan model pembelajaran Inquiry. b. Memotivasi siswa agar selalu aktif dalam proses pembelajaran. c. Peneliti lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung. 386
d. Peneliti mengarahkan bagaimana teknik atau cara dalam mengerjakan latihan dengan benar sehingga mereka dapat lebih aktif lagi. e. Menguasai materi pelajaran yang akan disajikan dengan baik. f. Mengupayakan agar proses pembelajaran menyenangkan sehingga presentase ketuntasan mencapai target yang telah ditetapkan dan rata-rata hasil belajar siswa Pada Pelajaran IPS Terpadu di Kelas IX-A dapat meningkat. Siklus II Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I, yang masih memberikan hasil yang belum memuaskan. Pelaksanaan siklus II terdiri dari pembelajaran Pelaku-pelaku Perekonomian di Indonesia. Proses pembelajaran ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan dan satu kali evaluasi. Tindakan pada siklus II ini dilakukan dengan berusaha memperbaiki pengajaran pada siklus sebelumnya. Sebelum tindakan perbaikan ini dilaksanakan maka dikonsultasikan dengan pengamat berdasarkan observasi yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap pertemuan dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-2 hasilnya antara lain: 1. Hasil pengamatan pertemuan ke-1 a. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap Guru/Peneliti dalam proses pembelajaran mencapai 81,17%. b. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap siswa dalam proses pembelajaran mencapai 66,82%. 2. Hasil pengamatan pertemuan ke-2 a. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap peneliti/guru dalam proses pembelajaran mencapai 84,70%. b. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap siswa dalam proses pembelajaran mencapai 87,43% Setelah berakhirnya pelaksanaan pembelajaran dari pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 maka peneliti mengevaluasi siswa dengan memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil evaluasi tes hasil belajar yang dilaksanakan terlihat rata-rata nilai siswa yaitu 79,79. Hal ini tergolong Sangat baik dan apabila dilihat dari kriteria persentase ketuntasan yaitu 86,11%. Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi tes hasil belajar pada siklus II yang diperoleh, data dari hasil pengolahan lembar observasi siswa diketahui pelaksanaan proses pembelajaran pada sklus II (pertemuan ke-1 dan ke-2) mencapai rata-rata 76,92% berada pada kriteria Baik Sekali. Data dari hasil pengolahan lembar observasi peneliti/guru diketahui pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II (pertemuan ke-1 dan ke-2) mencapai rata-rata 82,94% berada pada kriteria Baik Sekali. Dari tes hasil belajar terlihat rata-rata nilai siswa yaitu 79,79 berada pada kriteria Baik Sekali. dan apabila dilihat dari kriteria persentase ketuntasan yaitu 86,11%. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi diatas maka dapat 387
disimpulkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II berhasil. Kelemahan dan kekurangan pada siklus I dapat teratasi serta hasil belajar siswa juga mencapai target yang ditetapkan. SIMPULAN Berdasarkan penulisan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil proses belajar setelah penelitian penggunaan model pembelajaran Mnemonik untuk meningkatkan kemampuan menghafal dengan efektif dan menyenangkan pada pelajaran PKn mencapai nilai rata-rata 73,14. setelah termotivasi dilakukan penelitian melalui siklus I dan siklus II nilai ratarata mencapai 85,14. 2. Kemampuan menghafal pada siklus I mencapai ketuntasan belajar klasikal sebesar 73,61% setelah siklus II, ketuntasan belajar klasikal mencapai 89,43% DAFTAR PUSTAKA Aziz. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Damyanti dan Mudjino. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, O. 2005. Metode Belajar dan Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Sagala, S. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Sudijono. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Yustita. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya Sukardi. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Bandung: Usaha Nasional 388